Teman Hidup

Novya
Chapter #5

MALIKA SAFARINA

“Pagi sayang.” Ku sambut hangat Alif yang mengunjungiku di Butik milikku yang ku beri nama sesuai nama lengkapku ‘Butik Malika Safarina’. Berawal dari kegemaranku merancang fashion ku sendiri untuk di pakai di berbagai acara kemudian aku mengembangkannya dengan menciptakan brand sendiri dan mengelola sebuah butik. Butik Malika Safarina sendiri menyediakan berbagai macam koleksi fashion. Mulai dari koleksi baju pengantin hingga karya busana sehari – hari yang dibutuhkan oleh masyarakat.

“Pagi juga sayangku.” Sapanya sembari mencium keningku.

“Ayo sini duduk, aku udah bikinin kamu Sandwich Toast kesukaan kamu.” Aku mengajaknya sarapan bersama di ruangan butik yang ku desain sesimpel mungkin, terkoordinasi, dengan interior serba putih dan nuansa elegan ditambah aksen kaca di sudut-sudut butik, ku tambahkan sentuhan benda mati seperti pohon dengan bunga mawar yang lebat berwarna peach pink menambah suasana semakin nyaman, ku tempatkan produk atau barang dengan pola vertikal agar memberi kesan pada ruangan yang terlihat lebih tinggi dan juga luas. Aku menggunakan sekat atau rak pembatas ruangan untuk membuat area khusus yang berfungsi sebagai rak pajangan sekaligus penghias ruangan dan diujung dekat dengan cermin besar ku letakkan satu meja tidak terlalu panjang dan empat kursi tinggi dengan warna magenta yang membuat suasana jadi elegan dan feminim.

Warna merupakan elemen penting yang menjadi pembentuk sebuah ruangan untuk bisa terlihat lebih menarik. Suasana nyaman serta menyenangkan dapat terealisasi dengan perpaduan warna yang tepat pada sebuah dinding ruangan butik. Warna putih adalah warna dasar dan sangat cocok untuk penjualan yang di targetkan untuk semua kalangan baik itu orang tua, remaja, dan anak-anak dimana warna ini lebih terkesan netral, kalem, dan memberikan efek ruangan terasa lebih luas dan lapang saat melihat koleksi butik. Oleh karena itu aku memilih warna putih dengan tujuan untuk memamerkan semua koleksi tampak lebih menonjol dan pengunjung bisa fokus melihat semua koleksi di butik ini. Aku berpikir warna putih yang dikombinasikan dengan desain produk penuh warna mampu menghasilkan tampilan interior butik yang cantik, menciptakan suasana ruang yang baik dan mencerminkan eksklusivitas. Semua koleksi di Butikku yang harus memberikan warna-warni disetiap sudut butik dan menjadi vocal of view ruangan tersebut.

“Makasih ya sayang, kamu baik banget.” Pujinya, kemudian mengambil sepotong Sandwich dan melahapnya sembari mengacungkan kedua jempolnya kepadaku mengisyaratkan bahwa Sandwich buatanku enak. Syukurlah aku senang sekali menerima pujian Alif.

“Sayang, kita kan udah 1 tahun pacaran nih kamu gak ada niat buat kenalin aku ke orang tua kamu?” Tanyaku membuka pembicaraan yang selama ini ingin sekali ku bahas dengan Alif, namun Alif terlalu sibuk untuk punya quality time denganku hingga hari ini pagi di jam 9 dia menyempatkan untuk menemuiku sebelum berangkat keluar kota bersama kedua orang tuanys karena kakak iparnya baru saja melahirkan. 

Sejak kami pacaran, Alif tak pernah mengajakku kerumahnya atau sekedar bertemu dengan kedua keluarganya ku rasa Alif juga tidak memberitahu mereka jika dia mempunyai pacar. Terkadang perasaan takut menyerangku hingga mengacu pada pemikiran negative yang bermunculan di benakku. Apa mungkin Alif tidak serius denganku, tapi dia sering bertemu dengan kedua orang tuaku dan selalu antusias jika diajak ke acara keluarga besarku.

“Sabar ya sayang, kita tunggu waktu yang tepat nanti soalnya kan mama sering bolak balik ke Jakarta karena mengurus kakak iparku jadi maksud aku nanti mau kenalin kamu ke semua anggota keluargaku. Ini juga aku ke Jakarta sekalian survey lokasi proyek terbaru dari perusahaan dan bertemu dengan beberapa investor yang telah bekerja sama dengan perusahaan yang keluargaku kelola selama ini.” Tutur Alif menggenggam tanganku yang ketika itu wajahku memang tanpa ekspresi alias datar.

“Tapi orang tua kamu tau kan kalo kamu punya pacar? Bahkan selama ini kamu gak pernah update apapun dimedia sosial tentang aku.” Sungutku dengan perasaan sedikit kecewa karena memang aku sering bersabar, Alif tak pernah membicarakan aku kepada dunia entah itu dunia real ataupun dunia maya. Alif tak pernah mengajakku ke acara gathering kantornya, perkumpulan teman-temannya, bahkan di media sosial pun Alif tak pernah memajang foto berdua denganku satupun tak seperti akun media sosialku yang tak pernah sepi dari wajahnya.

“Tau kok, kamu tenang aja ya.” Katanya menghiburku seraya mengelus lembut pipi kananku.

Namun, perasaanku berkecamuk. Setiap perempuan pasti memahami ini karena memang perasaan seorang perempuan itu sangat kuat. Aku merasa ada hal yang Alif sembunyikan dariku selama ini dan jika dugaanku benar tak bisa ku bayangkan akan bagaimana jadinya hubungan kami nanti. Selama ini aku selalu sabar menahan beberapa pertanyaan yang ingin sekali ku tanyakan padanya tapi aku juga menjaga agar setiap bertemu kami hanya membahas hal yang menyenangkan saja karena memang waktu Alif banyak tersita untuk pekerjaan. Aku memakluminya dan sering mengalah jika Alif sering mendadak membatalkan janji ketika harus menghadapi klien. Ku rasa aku sedang ujian dalam melatih kesabaran dan berharap ini akan berakhir bahagia. Pasalnya memang setiap insan di dunia ini menginginkan kisah cinta yang berakhir happy ending namun ingat juga bahwa ada Sang Pencipta yang mengatur segalanya.

“Sayang baik-baik ya aku tinggal satu minggu.” Dia masih mengusap pipiku lembut.

“Harusnya aku yang bilang begitu ke kamu, baik-baik disana dan jangan nakal.” Pesanku sembari menekuk wajah.

Lihat selengkapnya