Teman Hidup

Novya
Chapter #10

MALIKA SAFARINA

“Parah lo Sa!” Aku tertawa mendengar kisah Prisa ketika dia menceritakan Kenzie dan Jason yang langsung ngacir ketika Mbak Dessy, pembantu Prisa yang super duper suka berdandan menor itu menggoda mereka.

Malam ini aku meminta waktu khusus si pakar cinta Andara’s For You ini untuk bergalau ria, janjian ketemu di salah satu coffee shop yang terkenal di sini.

“Biar pada pulang tuh anak berdua, gue geli sendiri ketika gue ngintip dari balik jendela kamar gue dilantai dua ngeliat mereka langsung pada pulang.” Prisa tertawa geli.

“Jadi Jason itu mantan pacar lo di SMA?” Tanyaku.

Prisa mengangguk. 

“Kalo seandainya nih Jason ngajakin balikan gimana? Atau langsung ngelamar elo?” Tanyaku lagi.

Prisa mulai memasang tampang serius. “Big No!” Tegasnya. “Gue gak akan mau balik lagi sama mantan.” Katanya.

“Why? Emang kita nggak boleh ya balikan sama mantan?” Aku ingin tahu alasan tegas Prisa tak ingin balikan sama mantan.

“Menurut gue boleh kok balikan sama mantan selama penyebab putusnya itu selain karena perselingkuhan, pertengkaran hebat, bohong-bohongan, tipu menipu dan pukul-pukulan. Selain itu boleh kok balikan sama mantan karena menurut gue hal-hal semacam yang gue sebutkan tadi itu fatal.” Jelas Prisa.

“Percaya deh gue sama pakar cinta kesayangan gue ini." Kataku tersenyum. "Oh iya Sa kalo misalnya jodoh lo adalah Kenzie gimana?" 

      Prisa menatapku. "Ah gak mungkin kayaknya Ka, gue udah pernah ngebayangin pasti bakal canggung nantinya kalo sampai gue nikah sama Kenzie geli sendiri gue mikirin itu." Gubrisnya.

     "Lho! gak ada yang gak mungkin kalo Tuhan mengizinkan Sa." Celetukku.

     "Udah ah jangan bahas itu, kan elo yang mau curhat Ka." Prisa mengingatkan niat awalku.

     "Oh iya benar juga." Sahutku seraya menyedu Machiato terenak di cafe ini.

     "Lo sama Alif baik-baik aja kan?" Prisa mulai membuka topik pembicaraan.

     "Sejauh ini sebenarnya baik sih Sa, cuman gue masih agak ragu aja apakah hubungan gue sama Alif bisa dikategorikan dalam hubungan yang serius atau enggak." Aku mulai murung.

     "Karena Alif gak go public?" Prisa memang mengetahui hal ini.

     Aku mengangguk pelan. "Parahnya lagi, sampai saat ini gue belum dikenalin ke orang tuanya tau gak." Aku meringis.

    "Ok kita ambil dari sisi positifnya dulu, pertama bagi sebagian orang ada yang menjunjung tinggi nilai privasi. Yah, memang. Di luar sana pasti ada orang-orang yang malas banget membagi hal-hal mengenai dirinya. Terutama, privasinya. Bahkan, mereka nggak begitu tergoda dengan adanya media sosial yang marak belakangan ini, Alif tipe orang yang aktif banget di sosmed nggak? atau jarang?" Tanya Prisa.

Lihat selengkapnya