"Harusnya tadi lo jangan ngomong gitu ke Kia." Kataku pada Maurin ketika kami hanya berdua di ruangan Andara's for you, yang lain sedang keluar pagar menemui para wartawan yang meminta klarifikasi dari Prisa.
"Gue gak bermaksud nuduh kok, dianya aja yang sensitif." Maurin mengelak, padahal jelas sekali kata-katanya telah menuduh Tazkia yang memfitnah Prisa dengan pemberitaan miring.
"Rin, banyak saksinya dan gue dengar elo nyindir Kia sekaligus nuduh." cetusku kesal karena Maurin terus-terusan mengelak bahwa dia tidak salah.
"Belain aja terus si Kia, gue tau kok dia sahabat dekat lo sejak SMA." Ucap Maurin nyolot.
"Gue gak belain siapa-siapa karena kita ini sahabatan Rin, harusnya lo ngaku salah terus minta maaf, dan masalah selesai tapi dari tadi elo membela diri mulu tau gak." Gerutuku pada Maurin yang hari ini entah kenapa dia sangat menyebalkan.
"Gue gak ngerasa salah pokoknya Ka." Maurin bersikeras sampai aku habis kesabaran.
"Lo kenapa sih Rin?" Bentakku.
"Elo yang kenapa? dari tadi sensi amat sama gue." Balasnya tak mau kalah.
"Ya ampun Maurin, gue gak akan sensi kalo lo dari tadi nggak ngebantah." Aku berusaha menjaga emosiku.
"Udah deh Ka gue capek." Katanya kemudian.
Astaga! Dia pikir aku tidak capek menghadapi dia yang keras kepala, tak mau disalahkan dan selalu membela diri padahal dia salah. Maurin memang egois dan mau menang sendiri selama ini kami sering memaklumi sifatnya namun kali ini sepertinya Tazkia benar-benar tak bisa menahan kemarahannya terhadap Maurin. Begitu juga yang ku rasakana saat ini yang benar-benar kesal dengan tingkahnya yang jelas sekali salah namun tak mau disalahkan.
"Lo pikir gue gak capek menghadapi elo yang dari tadi susah dikasih tau." Aku berdiri dari tempat duduk ingin menjauh dari Maurin yang membuat emosiku semakin tak bisa dikendalikan. Ketika aku beranjak tak sengaja tanganku menyenggol tas kecil selempang berbentuk segiempat milik Maurin yang diletakkannya diatas meja kerja Prisa. Kemudian tas itu tumpah dan mengeluarkan isinya, Maurin menyeringai dengan wajah tak suka, dengan sigap dia langsung membenahi isi tasnya yang ku jatuhkan, aku berusaha ingin membantu namun tanganku ditepisnya.
"Gausah sok care." sergah Maurin.
Mataku tertuju pada beberapa lembar foto yang hanya sekilas bisa ku lihat yang mengundang kecurigaanku.
"Apaan tadi?" Tanyaku penuh selidik.
"Gak apa-apa." sahutnya cepat.