Sumpah aku benar-benar benci dengan perbuatan Maurin. Pertama dia membuatku berantem hebat dengan Arga di pagi hari ketika aku mendapati foto seperti adegan pelukan mesra antara Prisa dan Arga. Kedua, aku sudah mempermalukan diriku dengan menyerang Prisa. Ketiga, dia menyebarkan berita bohong dengan memfitnah Prisa dan melibatkan aku juga Arga.
“Udah teman-teman, kasih dia space untuk ngejelasin semuanya kenapa dia ngelakuin ini.” Prisa sebagai korban Maurin bisa menguasai dirinya untuk berusaha tenang padahal Maurin telah jahat kepadanya.
“Ayo ngomong Rin.” Desak Kenzie tak sabar.
“Gue gak bermaksud sampai sejauh ini.” Maurin mulai angkat bicara dan dengan terus terisak dia menceritakan awal perbuatannya.
“Awalnya gue terosebsi sama Kenzie, gue suka sama dia. Karena selama ini gue nggak pernah ngerasain jatuh cinta yang sesungguhnya namun ketika ketemu sama Kenzie gue rasa gue jatuh cinta sampai gue bertekad bahwa harus bisa memiliki Kenzie. Tapi Kenzie menolak gue secara halus, dia bilang bahwa dia sudah punya calon istri.” Maurin mendesah seolah-olah dia sedang ditimpa beban yang berat, kemudian melanjutkan cerita karena kami semua memasang telinga dengan seksama. “Gue penasaran, karena Kenzie bilang Prisa pun nggak tau tentang ini.” Maurin berhenti sejenak.
“Lanjut Rin, gue mau dengar sampai habis.” Tegas Prisa dengan wajah serius.
“Sampai akhirnya gue nekat untuk cari tau siapa perempuan yang berhasil menaklukkan hati Kenzie. Hari itu gue membayar mata-mata untuk mengawasi Kenzie.”
“Gila lo sampai segitunya sama Gue.” Tukas Kenzie.
“Kenzie tolong jangan di ralat dulu.” Tegur Prisa pelan.
“Kebetulan dia pergi keluar, meeting dengan rekan kerjanya. Setelah meeting berakhir Kenzie makan siang sama seorang cewek yang saat itu sempat gue duga adalah orang yang dimaksud Kenzie sebagai calon istrinya namun aku salah, karena cewek itu adalah sekretarisnya dan Kenzie meminta pendapat pada sekretarisnya untuk memilihkan cincin berlian yang di pesannya secara online. Disitu lah pangkal permasalahannya bahwa wanita yang dicintai Kenzie selama ini adalah orang yang gue kenal. Elo Prisa!” Maurin menatap Prisa yang terlihat tampak kaget begitupun kami yang tak kalah kaget apalagi Kenzie yang mulai tak enak hati.
Maurin melanjutkan ceritanya. “Yang ku dengar dari obrolan Kenzie dengan sekretarisnya bahwa malam itu ketika dia mengajak Prisa ke Cafe milik Arga, Kenzie berniat untuk mengungkapkan perasaannya pada Prisa karena dia takut jika Jason akan kembali merebut Prisa. Tapi nggak jadi karena Kenzie mengurungkan niatnya entah apa penyebabnya. Malam itu aku benar-benar iri sekaligus benci sama Prisa karena selalu saja menjadi penghalang dari semua keinginan gue.” Ungkapan Maurin membuat Prisa tak tahan untuk tak angkat bicara.
“Selalu jadi penghalang? Maksud lo?” Prisa mengangkat alis.
“Lo ingat ketika lo diikutsertakan sebagai finalis duta kampus namun elo menolak padahal gue yang berjuang agar bisa diikutsertakan oleh Rektor menjadi finalis duta kampus tapi malah elo yang di sorot dan dipilih langsung oleh Rektor.”
“Astaga Rin, gue nggak tau apa-apa tentang itu lagian juga lo nggak bilang kan sama gue.” Prisa bersungut-sungut.
“Bukan Cuma itu, lo juga hampir mengalahkan popularitas gue dikampus dan gue nggak suka Sa, Sori Sa! Gue emang egois gue minta maaf.” Maurin mengakui semuanya, memang berat sekali saat ini untuk Prisa, bisa ku rasakan dari tatapan matanya yang sayu.