***
Brum brum brummmmmmmm!
Suara bising deru motor terdengar bersahut-sahutan. Berpadu dengan suara riuh orang-orang yang berbicara dengan sedikit berteriak. Tempat itu jauh dari kata sepi nan tenang. Benar-benar hingar dan bingar.
Adam terlihat diantara berpuluh orang yang berada di tempat itu. Pemuda itu tengah duduk di atas motornya, berpangku helm yang sengaja di letakkan tepat di depannya. Teman sepermaianannya, Bayu dan Uji, berada di samping kiri dan kanan Adam dengan motor masing-masing. Ketiganya tengah bersiap-siap untuk mengikuti perlombaan balap motor liar yang akan segera di gelar.
Adam tak banyak bicara. Bukan karena sariawan, tetapi memang begitu perangainyas. Dia memang agak pendiam, tidak terlalu aktif berbicara. Kecuali berdebat dengan Freya. Hal itu pengecualian dalam kamusnya. Sifat pendiamnya ini membuat orang-orang menganggapnya dingin dan sedikit sombong. Padahal sebenarnya dia tidak bermaksud seperti itu. Memang dia diciptakan sudah seperti itu. Bukan hendak bersikap sombong atau dingin seperti yang dipikirkan kebanyakan orang tentang dirinya. Tapi toh Adam tidak terlalu ambil pusing dengan pemikiran orang lain tentang dirinya.
"Dam, lo gak dicariin istri lo?" Tanya Uji meledek yang segera disambut cekikikan oleh Bayu.
Adam melirik Uji kesal. "Berisik!" Gerutunya kemudian, membuat cekikikan Bayu dan Uji makin kencang terdengar.
Baru juga dibicarakan, tiba-tiba ponsel dalam kantong celana Adam bergetar-getar. Karena merasa agak terganggu Adam pun merogoh kantong celananya untuk mengeluarkan benda elektronik itu dan mengecek siapa gerangan orang yang tidak ada kerjaan meneleponnya malam-malam begini. Sekarang memang sudah bisa dikatakan larut malam, sebab jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Dan nama yang tertera di layar ponselnya adalah sebuah nama yang membuat Adam menyesal setengah mati sudah repot-repot mengeluarkan ponsel itu dari dalam kantong celananya.
Adam langsung me-reject panggilan itu tanpa ragu. Malas sekali mengangkat telepon dari orang itu.
"Kok gak diangkat Dam? Dari siapa emang?" Tanya Bayu. Kepo.
"Ya dari siapa lagi? Udah pasti dari Jubaedah lahhh.." Uji mencoba menjawab.
"Hah? Jubaedah siapa?" Tanya Bayu bingung. Perasaan deretan fans Adam tidak ada yang bernama Jubaedah menurut sepengetahuannya.
"Istrinya, begok!" Uji kesal sebab Bayu agak kurang cerdas menangkap maksud perkataannya.
Sementara Bayu malah tergelak. "Anjir law! Nama orang diubah-ubah." Balasnya kemudian sambil melanjutkan tawanya yang ternyata belum usai.
Uji ikut tertawa sambil menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tak gatal. "Habis siapa namanya? Lupa gue.." memang satu kelemahan Uji. Susah untuk mengingat nama. Sekalipun itu nama istri sobat karibnya.
"Freya! Masa lu gak inget? Ah geblek ah.." Bayu mencibir.
"Udah diem! Berisik lu pada!" Gerutuan Adam kembali terdengar. Dia sudah kesal dan makin kesal setelah mendengar ocehan dua sobatnya itu. Uji dan Bayu berpandangan lalu cuma nyengir sambil geleng-geleng kepala.
Tiba-tiba ponsel yang hendak Adam masukkan kembali ke kantongnya berderit-derit lagi. Membuat Adam ingin membantingnya saja rasanya.
"Mau apaan sih ni orang?" Keluh Adam sangat kesal. Wajahnya berekspresi seperti orang yang paling menderita di muka bumi karena mendapat panggilan telepon itu.
"Angkat aja Dam. Kali aja penting." Bayu memberi saran. Kali ini suaranya agak serius. Beda sama Uji yang dengan santainya menjawab,
"Ah palingan lu dikunciin di luar malem ini, gegara track-track-an.."
Membuat Bayu yang mendengarnya tergelak lagi. Sementara Adam cuma mendengus. Dia mengikuti saran Bayu dan mengangkat telepon yang memang benar dari Freya itu.
"Apaan?" Serbu Adam dengan segera dan malas.
"Jemput gue sekarang."
Adam mengernyit mendengar perkataan yang lebih mirip perintah itu. "Kenapa juga gue harus jemput lo? Lo pikir gue supir lo gitu? Ogah!" Tolak Adam mentah-mentah.
"Jemput gue sekarang juga!" Suara diseberang terdengar penuh penekanan dan pemaksaan.
"Gak! Lo kan ada mobil. Pake mobil lo gih."
"Kalau mobil gue gak mogok, lu pikir gue mau repot-repot nyuruh lo jemput gue?"
Adam mendengus mendengar jawaban Freya. Sekalipun mobil Freya mogok, kenapa juga harus ngerepotin dirinya, pikir Adam. Apa Freya pikir Adam akan perduli? Oh No! Adam tidak akan perduli sama sekali. "Ya udah naik taxi aja sana! Gak usah manja!"
"Kalau gue diculik gimana? Ini udah malem."
"Siapa juga yang bakal nyulik lo? Gak ada faedahnya buat para penculik."
"Lo tuh- emang bener-bener minta ditampol ya! Pokoknya gue gak mau tau, jemput gue sekarang Adam!"
"Gak! Gue lagi sibuk!"
Adam hendak mematikan sambungan telepon itu namun Freya buru-buru berkata,
"Jemput gue sekarang atau kalau enggak, gue gak akan segan-segan laporin lo ke papa lo, kalau lo masih sering ikut balap liar!"
Adam mengepalkan tangannya kuat-kuat. Kesal sekali mendengar Freya mengancamnya begini. "Arghhh! Lo ngeselin banget sih?!"
"Waktu lo setengah jam. Bye."
Tut.
"ARGHHH!" Teriak Adam sekali lagi. Kali ini lebih kencang dari yang tadi. Nafasnya terdengar memburu dan tangannya terkepal hebat. Bayu dan Uji memandangnya ngeri.