Teman Hidup

Nandita Aprilias
Chapter #4

E M P A T

***

Freya menutup pintu kamarnya agak sedikit tergopoh. Dia memang sedang buru-buru sebab ada kuliah pagi, jam tujuh. Dan sekarang sudah setengah tujuh. Belum nanti jika kena macet di jalan. Alamat dia bisa terlambat. Dan kalau sudah begitu dia tidak mungkin dipersilahkan mengikuti kegiatan perkuliahan. Sebab Dosen yang mengampu mata kuliah pagi ini benar-benar disiplin soal waktu.

Ketika Freya berbalik hendak berlari menuju tangga, pintu kamar sebelahnya terbuka. Nampak Adam muncul dengan kaos merah dan celana selututnya. Rambutnya masih acak acakan. Siapapun yang melihatnya pasti tahu kalau Adam baru bangun tidur tanpa harus diberitahu. Adam terlihat mengucek-ngucek matanya yang sepertinya masih menuntut untuk terpejam. Freya tertegun menatap Adam yang sekalipun berpenampilan amat biasa seperti itu, namun aura ketampanannya masih tetap terpancar.

"Anjir! Bangun tidur kok masih cakep?" Batin Freya tanpa sadar.

Adam yang hendak melangkah, mengurungkan niatnya sebab merasa diperhatikan oleh seseorang. Ketika dia menolehkan kepala ke arah Freya, dengan gumamannya dia bertanya, "kenapa lo?"

Lamunan Freya tentang betapa tampannya Adam pun buyar seketika. Gadis itu sepenuhnya kembali sadar dan segera merutuki dirinya sendiri karena bisa-bisanya terpana dengan ketampanan Adam yang baru bangun tidur. Apaa apaan matanya itu? Freya tidak terima, merasa dikhianati oleh mata dan pikirannya sendiri.

"Gak pa pa." balas Freya sesingkat dan secuek mungkin.

"Gak pa pa, tapi kok liatin gue?" Adam masih belum selesai dengan pertanyaannya.

Freya mengernyit memandangi Adam. Lalu dengan nada sewotnya dia menjawab, "Siapa juga yang liatin lo? Gak usah ngarang deh!"

"Yeee.. lo pikir gue buta? Gue tau lo merhatiin gue tadi."

"Tolong ya, gak usah kepedean." Freya berdecak lalu geleng-geleng kepala. Dia mengelak sebisanya. Padahal nyatanya apa yang dikatakan Adam memang benar. Freya memang memperhatikan pemuda itu tadi. Malah tanpa sadar sampai memuji ketampanan Adam. Tapi, tak mungkin bagi Freya membenarkan tuduhan Adam padanya. Mau taruk di mana muka Freya? Jadi ngeles adalah pilihan terbaik yang dimiliki Freya.

Akhirnya Adam cuma mendengus. Di tanyain bagaimanapun Freya tak akan pernah mengaku bahwa tadi memang memperhatikan Adam. Selanjutnya cowok itu memperhatikan Freya dari ujung rambut sampai ujung kaki. "Lu mau ke mana?" Tanyanya keheranan. Karena menurutnya dengan penampilan seperti itu Freya tidak mungkin ke kampus, tapi lebih cocok ke fashion show.

"Jualan jamu!" Sahut Freya kesal. "Ya ke kampus lah. Begok ya, masih nanya?"

"Ke kampus? Dengan dandanan menor begini?"

"Whattt? Me- menor lo bilang?" Freya melotot mendengar ledekan Adam. "Heh lu gak tau aja,ini penampilan paling oke se universitas. Cowok cowok pada liatin gue kalau lewat di depan mereka.."

Ada tertawa. "Iya iya..mbak model seterah lu dah. Gih sana berangkat. Sakit mata gue liat lo berkeliaran di mari.."

Freya kesal sekali. Rasanya dia ingin mencakar dan menyobek-nyobek mulut cowok di depannya itu kalau bisa. "Ini juga mau pergi!" Balasnya sewot. "Gerah gue lama-lama di deket lo. Bisa meledak kepala gue."

"Ya udah sana pergi."

Freya pun melengos lalu segera melangkah meninggalkan suaminya itu. Dia tidak mau lagi melanjutkan obrolan menyebalkan bersama Adam. Namun belum ada mencapai tangga, dia tiba-tiba berhenti dan menoleh ke arah Adam lagi.

Melihat Freya yang menatapnya, Adam pun bertanya bingung, "Kenapa berhenti? Kenapa juga liatin gue begitu?"

"Gak pa pa sih. Gue Cuma mau ngasih tau lo aja."

Adam mengernyit. “Ngasih tau apa?”

"Resleting celana lo ke buka tuh!"

Adam terkejut bukan kepalang. Dengan segera tangannya menutupi apa yang dimaksud Freya, dan selanjutnya dia menundukkan kepalanya demi memperhatikan resliting celananya yang kata Freya terbuka. Tapi anehnya Adam tak menemukan resleting di sana. Karena memang Adam hanya mengenakan kolor ijo biasanya.

Sadar kalau dikerjai, Adam pun mendongakkan kepalanya. Namun dia sudah tak melihat batang hidung Freya. Sepertinya gadis itu sudah melesat jauh menuruni tangga setelah berhasil membuat Adam jantungan, takut Freya melihat sesuatu yang tidak seharusnya dia lihat.

"Anjir si ondel-ondel! Ngerjain gue ternyata!" Umpat Adam kesal, karena telah terberdaya.

 

***

Freya keluar bersama-sama dengan temannya dari ruang kelasnya yang sudah lumayan sepi. Kegiatan perkuliahannya baru saja selesai dan dia berencana untuk nongkrong bersama teman satu gengnya itu, menghabiskan waktu dengan berkeliling mall atau berkeliling Jakarta sampai malam. Kebetulan dia juga sedang tidak ada job hari ini. Jadi Freya bisa have fun menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Gadis itu seolah lupa statusnya bahwa dia sekarang adalah seorang istri.

"Lo emang gak dicariin suami lo Frey?" Naomi salah satu teman Freya yang berambut keriting bertanya.

Freya mendengus. "Dicariin ya gue juga bodo amattt.." sahutnya kemudian cuek bebek.

Teman-temannya kontan tertawa mendengar jawaban Freya.

"Parah lu Frey.." timpal Indah temannya yang lain, sembari geleng geleng kepala. Total teman-teman satu geng Freya ada tiga orang. Mereka adalah Naomi, Indah, dan Tere. Ketiganya saling mengenal sejak masa ospek fakultas dan makin lengket seiring terlewatinya beberapa semester. Naomi tipikel manusia yang agak cerewet. Sementara Indah menengah, dan kalau si Tere lumayan pendiam anaknya. Dia baru bicara kalau obrolan teman-temannya terdengar penting dan serius. Selebihnya, jika hanya hal remeh temeh yang dibicarakan dia memilih menjadi pendengar saja.

"Yeee biarin aja. Lagian gue juga yakin dia gak bakal nyariin gue. Paling juga dia lagi nongkrong bareng temen-temennya juga.." Freya menanggapi komentar Indah tadi. Tentu saja Adam tidak akan mencarinya. Malah Freya yakin, pemuda itu justru senang jika tidak ada Freya disekitarnya. Jadi untuk apa Adam mencarinya?

"Gini ya kalau nikah karena perjodohan.." Indah kembali mengomentari. "Pengantin baru bukannya sayang-sayangan atau bulan madu, eh tapi malah cuek bebek satu sama lain gini.."

“Gak juga lagi. Orang tua gue nikah karena perjodohan langgeng-langgeng aja tuh sampe sekarang. Tiap hari kerjaannya malah tebar kemesraan.” Tere baru terdengar suaranya, membalas ucapan Indah.

“Iya itu kan orang tua lu Ter. Ini si Freya sama Adam ketemu aja pasti cakar-cakaran.” Ujar Indah. Ketiga teman Freya memang sedikit tahu tentang sejarah hubungan Freya dan Adam. Meski tidak pernah melihat langsung bagaimana kacaunya hubungan Freya dan Adam tetapi mereka cukup banyak mendapatkan gambarannya dari cerita-cerita Freya.

"Jangan-jangan kalian belum malam pertamaan ya?" tiba-tiba Naomi bersuara dengan pertanyaannya yang membuat semua orang melotot padanya. Terlebih Freya. Gadis itu dengan gercep menggeprak pelan bahu sahabatnya itu.

"Kepikiran aja enggak!" Ujar Freya kemudian sembari bergidik geli.

"Bahhhh macam mana pula ceritanya ini..? Gimana mau segera dapet dedek bayi..?"

"Eh ngaco ya si Naomi. Sapa juga yang mau punya dedek bayi sama tuh kambing." Freya bersungut-sungut. Kesal sekali dengan ledekan Naomi.

"Kambing?" Tere terkejut mendengar kata kambing. Siapa yang Freya maksud kambing?

"Kok jadi kambing?"tanya Indah sama terkejutnya.

"Siapa maksudnya kambing?" Naomi pun tak jauh berbeda.

"Siapa lagi? Ya si Adam lah. Dia kan mirip kambing."

Jawaban Freya jelas membuat teman-temannya terbahak bersama-sama.

"Wah parah lu Frey. Suami sendiri lu katain kambing. Njir!" Ujar Indah diantara gelak tawanya.

"Parah parah. Kasian gue sama si Adam." Naomi geleng-geleng kepala. Merasa Adam begitu malang beristrikan Freya.

"Ngapain kasian sama dia? Dia emang cocok dipanggil begitu. Lagian dia juga ngatain gue. Masa dia bilang gue lebih mirip ondel-ondel ketimbang model? Kan sialan tuh cowok."

Kini ketiga temannya makin terbahak lagi. Benar-benar tak mengrti tentang Freya dan Adam. “Kegagalan hubungan macam apa ini?” Indah kembali bersuara sambil terus tertawa. Mengimbangi tawa kedua temannya yang lain. Sementara Freya hanya menekuk wajah, merasa sedikit kesal sebab teman-temannya malah menertawakannya.

Namun tawa ketiga teman Freya itu lenyap seketika tatkala seorang pemuda menghampiri mereka berempat. Freya juga membeku dalam sekejap melihat kedatangan lelaki yang amat dikenalnya itu.

"Wahhh ada tamu tak diundang! Mau ngapain lagi lo?" Tere langsung menghadang langkah lelaki itu sebelum mencapai Freya. Gadis itu tahu bahwa tujuan orang itu adalah menemui Freya.

Terdengar lelaki itu menghela napas. Dia tidak terlalu kaget dengan sikap dingin Tere. Sebab dia sudah memprediksinya sebelum memberanikan diri menghampiri gerombolan gadis-gadis itu. Lelaki itu kemudian berujar santai, "Gue boleh pinjam Freya sebentar girls?"

"Mau apa?" Tanya Tere yang langsung mendorong pelan orang itu yang tak lain adalah Daniel, mantan pacar Freya yang telah mereka berempat cap sebagai cowok brengsek. Bagaimana tidak brengsek? Selama berpacaran dengan Daniel, Freya sering dipukuli. Belum lagi sifat overprotektifnya yang kelewat tidak wajar hingga membuat Freya merasa di kekang.

"Gue Cuma mau ngomong bentar.." balas Daniel dengan suara memelas.

"Kayaknya gak ada yang perlu lo omongin lagi deh Niel.." jawab Indah sembari menatap Daniel. Menjadikan dirinya sebagai benteng pertahanan Freya yang kedua.

"Mending sekarang lo pergi.." imbuh Naomi kemudian, berusaha mengenyahkan makhluk itu jauh-jauh dari sahabatnya.

Freya yang melihat ketiga sahabatnya sudah pasang ancang-ancang menjauhkan Daniel dari dirinya mencoba menengahi. "Guys guys.. udah udah.." ucap Freya sambil menarik ketiga temannya yang berdiri membelakanginya. Selanjutnya dia menatap Daniel. "Lo mau apa lagi sih Daniel?" Tanyanya.

Daniel menatap Freya sedih. Melihat Freya menampakkan dirinya, Daniel pun bergegas dengan cepat menghampiri Freya dan meraih tangan gadis itu lalu menggenggamnya erat-erat. Membuat semua teman-teman Freya melotot melihatnya.

"Gue mau ngomong empat mata sama lo Frey.." pinta Daniel kemudian. Suaranya terdengar memohon dan penuh harap.

"Heh gak usah pegang pegang!" Indah yang tak tahan melihat apa yang dilakukan Daniel menyentak dan menepis kedua tangan Daniel yang menggenggam tangan sahabatnya.

Lihat selengkapnya