Teman Hidup

Nandita Aprilias
Chapter #5

L I M A

LIMA

***

"Maaaaaaaa.." Freya main nyelonong masuk saja setibanya di rumahnya sambil berteriak sekencangnya. Dia sudah berteriak seperti itu sejak di teras depan rumahnya. Membuat Adam yang berjalan bersamanya harus menutup telinga agar pendengarannya tidak rusak. Pemuda itu tidak tahu bahwa ternyata Freya bisa menjadi lebih bar bar jika sudah berada di rumahnya sendiri.

Jika Freya memasuki rumahnya dengan begitu santainya, berbeda dengan Adam yang agak kikuk karena bagaimanapun itu bukan rumahnya. Belum lagi dia hanya beberapa kali pernah singgah di rumah tersebut. Oleh karenanya sebelum benar-benar mencapai pintu utama, Adam buru-buru mencegat langkah Freya. Ditariknya lengan gadis itu yang hendak melewati pintu utama rumahnya itu.

"Eh eh! Assalamu'alaikum dulu kek. Main nyelonong masuk aja.." ujar Adam menutupi kekikukannya.

Freya meliriknya dengan kernyitan di dahi. "Yeee.. orang rumah sendiri kok!" balasnya cuek, lalu menepis tangan Adam. "Lepas lepas.."

Adam menghela napas. Freya memang tak pernah mendengarkannya. Lihat saja. Gadis itu bergerak masuk meninggalkan Adam yang masih berdiri di ambang pintu. Bingung mau ikut masuk atau tetap menunggu di luar. Dia benar-benar sungkan masuk ke dalam rumah mertuanya sendiri.

Merasa Adam tak mengikutinya, Freya menolehkan kepalanya ke belakang. Dan benar dugaannya. Cowok itu terpaku di ambang pintu. Freya menghela napas. Lalu dia berderap kembali menuju Adam.

"Lo ngapain berdiri di situ? Ayo masuk!"

“Gue-“ Kedua mata Adam ragu-ragu menatap Freya. Membuat gadis itu menjadi mengerti bahwa sepertinya Adam ragu untuk masuk ke dalam rumahnya.

“Kenapa? Lo sungkan masuk ke rumah mertua lo sendiri?”

“Eum, ya gitu-“

“Kebanyakan gaya lo! Udah ah, santai aja! Ayo masuk!”

"Tapi-"

Freya yang geregetan akhirnya menarik tangan Adam yang bebas, tak menenteng bungkusan kue dan membawa lelaki itu berjalan mengikutinya memasuki rumah. Adam yang diseret tanpa tanda apapun itu kemudian hanya bisa pasrah mengikuti ke mana istrinya membawanya pergi.

"Maaa- di mana sikkk? Freya dah dateng nihhhhhh.." seru Freya yang suaranya nyaris memenuhi seluruh penjuru rumah.

Terlihat Renata, mama Freya datang dengan agak tergopoh sembari melepaskan celemeknya. Wajahnya berubah sumringah tatkala melihat anak gadisnya telah datang bersama menantunya yang tampan. Renata mendekat ke arah Freya dan Adam lalu memeluk putrinya erat.

"Ya ampunnn Freyyyyy.. mama kangennnnnn.." ujar Renata.

"Ya dijengukin dong akunya.." jawab Freya sembari melepas pelukan mamanya.

"Kebalik. Harusnya kamu yang jengukin mama. Kalau mama gak nyuruh Adam ke sini bawa kamu, mama yakin kamu gak bakal ngunjungin mama.."

Bibir Freya mengerucut. Tak sepenuhnya setuju dengan ucapan mamanya. "Ih mama kok ngomong begitu..?" balas Freya kemudian, pura-pura merajuk.

Namun Renata beralih pada Adam. Tak terlalu memperdulikan Freya lagi. Dia tersenyum lebar melihat lelaki yang menjadi menantunya itu.

"Adammm-" Renata memeluk Adam lembut. Membuat pemuda itu agak sedikit kaget. "Makasih yaaa- udah mau ngunjungin mama.." imbuh Renata kemudian sembari menepuk-nepuk punggung Adam lembut. Membuat hati Adam terasa menghangat. Tangan Adam kemudian bergerak untuk membalas pelukan itu.

Agak lama Adam dan Renata berpelukan. Membuat Freya yang berdiri di samping keduanya merasa diacuhkan. Karenanya gadis itu cepat-cepat berkata heboh, sambil berusaha melepaskan pelukan Adam pada mamanya.

"Dam dam woy! Udah lepasinnnnnn-"

Pelukan Adam dan Renata pun terlepas. Renata yang melihat putrinya agak berlebihan ketika menyuruh Adam melepas pelukan berkata lembut, "Frey jangan gitu dong.." merasa tak enak.

“Ih lagian si Adam meluk mama lama amat. Mama kan mamaku..” Ujar Freya sambil memeluk lengan mamanya dengan erat, sambil agak mendelik menatap Adam. Kekanakan! Batin Adam dengan menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

Renata hanya tertawa. Putrinya memang tidak pernah dewasa. “Gimana Dam hidup sama Freya beberapa minggu ini? Dia manja begini, pasti sangat ngerepotin kamu ya?”

Freya yang tak terima mendengar penuturan mamanya buru-buru melepaskan pelukannya. Baru hendak membantah, Adam lebih dulu membalas pertanyaan mamanya. “Ya gitu mah. Tapi kan Adam sabar orangnya. Jadi- gak pa pa lah, masih bisa Adam atasi.”

 Freya ternganga mendengar jawaban Adam. Dia buru-buru menunjuk Adam dengan jari telunjuknya, tanda bahwa dia memberi peringatan. Tetapi baru hendak ingin membalas perkataan suaminya itu, suara mamanya lebih dulu terdengar. Membuat perkataan Freya tertelan kembali sebelum mencapai udara.

 “Sudah mama duga. Pasti repot banget ya ngurusin dia?”

 Adam mengangguk cepat.

”Enggak kok!” teriak Freya cepat ketika memiliki kesempatan untuk berbicara. “Yang ada dia tuh mah, yang ngerepotin Freya!”

”Eh, lo lupa?”

 “Apa?”

”Yang nyuciin baju lo yang bejibun itu siapa?”

 Freya melotot mendengar Adam mengungkit hal itu. Sedang mamanya sama-sama terkejut mendengar penuturan Adam.

”Eh? Kamu nyuciin baju Freya Dam?” tanya Renata tak percaya.

”Iya ma. Soalnya kata Freya dia tuan putri yang gak pernah nyuci seumur hidupnya.”

”Adam lo tuh-“ Freya kesal sekali Adam mengadukan hal itu pada mamanya.

”Astaga Freya! Kok bisa kamu nyuruh suami kamu nyuci baju? Yang ada itu harusnya kamu yang nyuciin baju dia..” Renata berbicara dengan nada mengomel. Mendadak merasa malu dengan menantunya sebab anak perempuannya sepertinya tidak bisa mengurus suaminya dengan baik.

”Maaa-“ Freya memasang wajah memelas. “Mama kan tahu sendiri, Freya emang gak pernah nyuci.”

”Ya tapi bukan berarti kamu malah nyuruh suami kamu buat nyuciin baju kamu Frey!”

Freya mendengus. Terdiam dengan wajah merengut. Omelan mamanya membuatnya tidak menemukan jawaban apapun untuk membela diri. Tetapi lewat sudut matanya dia melirik Adam tajam, yang sekarang sedang menahan ledakan tawanya melihat Freya diomeli mamanya. “Sialan emang si kambing!” geram Freya dalam hati. “Terus apalagi yang dia perbuat Dam? Oh ya, apa dia gak masakin kamu?”

”Mama ihhh- mama kan tau aku gak bisa masak!” Freya buru-buru menjawab sebelum Adam membeberkan fakta bahwa selama menikah dengan Freya Adam beli makannya di luar.

Renata menghela napas sambil memijit pelipisnya. “Maaf ya Dam. Freya memang begini. Salah mama juga kelewat manjain dia. Jadinya dia gak bisa apa-apa saat sudah menikah seperti ini.”

”Mama gak perlu merasa begitu ma. Adam ngerti kok.” Ucap Adam berusaha menghilangkan perasaan bersalah mertuanya. Meski itu hanya terdengar seperti omong kosong di telinga Freya. Lihat saja gadis itu bahkan sekarang sedang melotot padanya. Tapi Adam tak terlalu memperdulikannya, sebab merasa puas mendengar gadis itu diomeli mamanya.

”Kamu memang suami yang pengertian..”

”What?! Mama gak tahu aja-“

”Freya udah, ssttt! Jangan berusaha jelek-jelekin Adam.”

”Mahhhhhhh-“ Freya kehabisan kata-kata.

Mengacuhkan Freya dengan kekesalannya sendiri, Adam berkata lagi sambil mengangkat bungkusan yang sedari tadi hanya ditentengnya. "Oh iya maaa, ini ada kue. Tadi Adam sama Freya mampir dulu di toko kue.." Adam menyerahkan bungkusan itu kepada mama mertuanya. Renata menerimanya dengan raut wajah bahagia.

"Wahhh, kamu kok repot-repot sih Dam?"

"Gak repot kok ma. Kue doang.." balas Adam dengan senyuman manis dibibirnya.

"Makasih ya sayang.." ucap Renata lagi sambil tangannya bergerak mengelus pipi menantunya penuh sayang. Freya jengah sekali meliihatnya.

"Sama-sama ma.." Adam terus memamerkan senyumannya. Membuat Freya yang awalnya malas melihat senyum itu, mendadak menyadari sesuatu!

"Hey! Kenapa gue gak pernah lihat senyumnya yang kayak begini sebelum-sebelumnya?” Freya membatin dalam hati. Kedua matanya tak berkedip memandangi senyuman di bibir Adam. Rasa-rasanya, Freya baru pertama kali melihat senyum Adam yang terasa tulus seperti itu. Bukan berarti dia tidak pernah melihat Adam tersenyum meski faktanya memang Adam adalah type orang yang jarang tersenyum. Yang Freya maksudkan adalah, senyum Adam detik ini terasa berbeda dengan senyuman yang pernah dia lihat sebelumnya dari lelaki itu. terasa lebih lepas dan lebih tulus. Rasanya bukan hanya melihat senyuman dibibir itu tetapi juga Freya seperti melihat senyuman hati pemuda itu.

Dan yang bahaya, Freya menyukai senyuman itu. Dia bahkan menyadari dan mengakui bahwa wajah Adam menjadi makin manis ketika tersenyum seperti itu. "Oh shit! Dia manis kalau senyum."

"Freya! Freyaaa!"

"Ha?" Freya menjawab linglung tatkala merasakan lengannya di guncang. Ternyata mamanya yang melakukannya. "Ha? Apa ma?"

"Kamu kenapa kok liatin Adam begitu? Ngelamunin Adam yaaa kamu?" Tuduh mamanya tepat sasaran. Freya yang mendengarnya kontan memelototkan kedua matanya.

Kok mamanya tau sih?

"Dih! Ngaco nih mama. Ngapain juga Freya ngelamunin dia!" ujar Freya ngeles sebisanya. Tak lupa dia juga berpura-pura bergidik ketika mengatakannya agar tidak ketahuan bahwa dirinya sedang berbohong.

"Terus kenapa bengong begitu sambil liatin Adam?"

"Siapa yang laitin dia sih mah? Gak ada kerjaan lain apa?" Gerutu Freya kesal sembari melirik lirik Adam yang memasang wajah datarnya. "Udah ah.. Freya laper nih maaa.." Freya kemudian berusaha mengubah topik. Tidak tahan terus dipojokkan.

"Ohhh iyaaa! Kebetulan mama udah siapin makanan kesukaan kamu."

"Iyaaa?" Freya antusias mendengarnya. Selain karena berhasil mengubah topik pembicaraan, dia juga sudah sangat merindukan masakan mamanya.

"Iya dong. Kan anak mama mau ke sini, jadi mama harus masakin yang enak-enak. Oh iya Dam! mama juga masakin makanan kesukaan kamu loh."

Adam agak terkejut mendengarnya. "Oh iya ma?"

"Emang mama tau makanan kesukaan dia? Aku aja gak tau.."

Mama Freya langsung mencubit lengan Freya yang bertanya dengan entengnya. "Ya mangkanya kamu tuh harusnya nyari tau. Gimana sih? Istri kok gak pekaan banget.."

Mulut Freya mengerucut. Kena lagi dia. Sementara Adam cuma mesem. "Boro-boro nyari tau maaa. masak aja aku gak tauuu.."

Renata geleng-geleng kepala. Malu dia sama Adam. Anaknya sepertinya belum mampu mengurus Adam dengan baik. Lalu Renata kembali bersuara, "Untung suami mu gak banyak maunya Frey.. beruntung kamu dapetin Adam.."

Lihat selengkapnya