Teman Hidup

Nandita Aprilias
Chapter #6

E N A M

***

Jam 16.32. Freya dan Adam sudah nangkring di salah satu mall, tempat mereka janjian dengan kedua orang tua Freya. Keduanya sedang duduk di kursi panjang di area luar bioskop.

Adam mendengus. "Mama papa lo mana sih ah?" Gerutunya sebal. Pasalnya dia mulai bosan menunggu kedua mertuanya yang tak kunjung datang. Dia sudah menunggu nyaris setengah jam. Tapi mama papa Freya itu tak kunjung kelihatan.

"Bawel. Ya mana gue tau? Orang gue disini sama lo, bukan sama mereka." Balas Freya yang duduk disamping Adam. Dia nampak santai dengan penampilan kasualnya. Dia memakai Jeans, jaket navie dan sepatu kets. Dia tidak mau dandan yang wah hari ini. Memang sudah dia niatkan dari awal. Toh juga cuma nonton doang. Apalagi nontonya sama Adam yang notabenenya gak bakal perduli Freya mau pakai baju apa dan dandan seperti apa. Jadi dia merasa tidak perlu mempercantik diri. Lagipula dia juga udah cantik. Bahhh!

Sementara Adam tak jauh berbeda. Dia Senantiasa cool dengan jaket kulit hitam polosnya dan rambut acak-acakannya. Padahal mau ketemu mertua. Tapi memang dasarnya dia cuek juga sih. Lagipula gantengnya masih kelihatan.

"Telfon coba." Perintah Adam setengah sebal. Dia memang tidak suka menunggu.

Freya yang malas mendengar gerutuan Adam lebih jauh, segera meraih ponsel nya lalu menghubungi papa mama nya yang janjinya akan sampai di mall jam 4 sore. Tapi hampir 30 menit menunggu, mama dan papanya itu tak kelihatan. Padahal sebentar lagi filmnya akan segera mulai.

"Hallo." Ucap Freya cepat setalah teleponnya tersambung. "Ma? Mama sama papa di mana sih? Freya sama Adam udah nyampe nih.."

"Iya itu sayang. Mama lupa ngabarin.."

"Ha? Ngabarin apa?" Freya melirik Adam. Perasaannya mulai tak nyaman.

"Ini, papa kamu tiba tiba ada pertemuan sama client pentingnya. Dan mama juga sekalian nemenin. Jadi kita gak bisa kesitu sayang.."

"Lah!" Freya terkejut sampai berdiri. Adam ikut berdiri melihatnya berdiri. "Kok mama baru bilang sih? Ini Adam sama Freya udah nungguin dari tadi maaa.."

"Ya maaf sayang yaaa.. mau gimana lagi. Ini client penting kata papa kamu."

"Ya terus sekarang gimanaa dong?" tanya Freya dengan merengut. Sebal menunggu lama, eh yang ditunggu malah tidak jadi datang.

"Ya udah kamu kencan aja berdua sama Adam. Malah lebih bagus kalau gak ada mama sama papa kan? Gak ada yang ganggu." mama Freya terdengar cekikikan di telepon itu.

"Ih mama. Males banget Freya kencan sama ni kambing."

Adam melotot. Mengerti maksud kata 'kambing' yang sangat jelas Freya tujukan untuk dirinya.

"Sayanggg.. itu suami kamu loh. Yang sopan. Lagian Adam ganteng begitu. Imut lagi."

"Iyuhhhhhhhh.." Freya bergidik geli. Lalu melirik Adam, dan semakin dia merasa geli. Adam cuma mengernyitkan dahi, dengan tampang bloonnya. Tidak tahu dan juga tidak mau tau kenapa istrinya jadi bereaksi seperti itu.

"Mama gak usah muji-muji dia. Dimata Freya dia tetep kambing."

Terdengar Adam mendengus.

"Ya udah Freya pulang aja deh yaaa?"

"Jangan! Kok pulang sih?! Itu tiketnya sayang jadi mubazir.."

"Ya nanti Freya kasih orang.." ujar Freya enteng.

"Jangan! Freya, itu papa kamu susah payah loh dapetinnya. Hargain kenapa sih?" Mama Freya agaknya marah. Freya jadi bingung.

"Ya tapi ma-"

"Pokoknya mama gak mau tau! Kamu sama Adam gak boleh pulang. Harus nonton film itu sampai selesai. Terus habis itu pergi jalan-jalan berdua."

Freya sudah membuka mulut hendak mengelak lagi, tapi lagi-lagi mama Freya tak memberinya kesempatan.

"Dan jangan berani-berani pulang ya Frey! Nanti mama bakal video call kalian biar mama bisa pantau."

"Mah-!" Freya menjerit tak suka. Ogah banget dia. Sejak menikah dengan Adam tak terbesit sekalipun dirinya harus kencan dengan suaminya itu. Tapi gara-gara mamanya, dia mau tak mau, suka tak suka harus melakukan sesuatu hal yang tak pernah dibayangkannya. "Mama kok begini sih?"

"Udah sana nonton berdua. Filmnya udah mau mulai kan? Dan ingat, jangan pulang! Nanti mama bakal video call kamu. Awas aja kalau gak diangkat. Mama gak segan-segan marah sama kamu ya Frey.."

"Mah ya Tuhan maaaaa.. mama kok-"

Tut.

"Maaa? Maaa? Hallo mamaaaaa?"

Freya melihat ponselnya. Ternyata mamanya sudah memutuskan sambungan telepon itu padahal Freya belum menyetujui pemintaannya. Kesel! "Mama nyebelin banget sih?!" Gerutu Freya dengan wajah kusut sekusut-kusutnya.

"Kenapa?" Tanya Adam yang tak mengerti secara keseluruhan tentang kekesalan Freya. Maklum dia tidak mendengar banyak pembicaraan antar Freya dan mertuanya, selain kata ‘kambing’. "Mama sama papa lo gak jadi dateng ya?”

Freya Cuma menatap Adam malas. Tapi Adam tahu bahwa dugaannya benar. Oleh karenanya dia berkata kembali dengan wajah riang. “Ya bagus donggg.. kita bisa pulang. Kenapa lo malah kesel? Udah yuk pulang!"

Freya yang melihat Adam hendak pergi, segera menahan tangan Adam agar langkah lelaki itu tehenti. "Pulang pala lu?!" Ujarnya dengan muka merengut.

"Lahhh? Terus? Mau ngapain di sini? Lo mau ngajakin gue kencan?"

"Idihhh amit amit! Kek gak ada kerjaan lain aja gue.."

"See? Ya udah pulang aja dong kalau gitu."

"Gak bisa Dam! Mama sama papa ngotot nyuruh kita buat kencan berdua."

"Hahh?" Adam melongo. Apa dia sedang tidak salah dengar? Tapi dia masih punya alasan untuk terus menolak. "Ya udah sih bilang aja kita kencan. Tapi kita tetap pulang. Masalah selesai. The end."

"Lo pikir mama gue begok? Masalahnya mama bakal video call kita buat mastiin kita bener bener kencan atau enggak!"

"Apa?!" Adam ternganga. "Niat banget mama lo?" tanyanya takjub luar biasa.

"Tauk nih si mama. Gue juga bingung. Lagian ini juga pasti gara-gara lo sih.."

"Lah kenapa jadi salah gue?" Adam bingung dong Karena Freya malah jadi melemparkan kesalahan padanya.

"Iya salah lo. Gue yakin banget mama itu pasti begini, karena tahu kita gak akur pas nginep di rumah kamaren.."

Ingatan Adam mengembara pada pertengkaran dirinya dan Freya ketika keduanya sedang menginap di rumah Freya. Tapi itu tidak sepenuhnya salah Adam dong? Freya juga ikut andil dalam terjadinya pertengkaran itu. "Enak aja lo nyalahin gue. Yang mulai duluan siapa?"

"Ya elo lah. Pake nanya."

"Dih! Kagak sadar dia. Elo ya yang mulai duluan. Yang gak mau ngalah tidur di sofa siapa..?"

"Heh itu kamar gue, kenapa jadi gue yang harus tidur di sofa?"

"Cuma karena itu kamar lo, bukan berarti lo bisa nyuruh gue seenaknya buat tidur di sofa. Lo pikir gak sakit apa tidur di sofa..?"

"Halah kayak gitu aja sakit. Manja. Dasar lemah lu."

"Apa lo bilang?" Adam melotot.

"Le-mah le-mahhh!" Freya menekankan kata lemah sembari balik memelototi Adam tidak mau kalah. Keduanga benar benar larut dangan percekcokan yang sepertinya tiada ujungnya diantara mereka itu.

Lalu keduanya terdiam. Sadar, bahwa mereka sedang jadi pusat perhatian orang-orang yang berada di sekitar bioskop. Beberapa ada yang memandangi mereka dengan tatapan bingung, sementara beberapa yang lain mesam-mesem menahan senyumnya, seolah pertengkaran Freya dan Adam itu lucu dan patut untuk ditertawakan.

Adam pun mendengus. Pemuda itu mengalihkan pandangan. Tak melotot pada Freya lagi. Gadis di depannya pun melakukan hal yang sama. Mereka sama-sama melemparkan pandangan ke arah yang berbeda.

"Terus gimana nih?" Tanya Adam dengan dahi mengkerut tanpa menatap Freya.

"Ya terpaksa nonton lah. Gue gak mau mama marah sama gue."

"Aish-" Adam kesal, namun tak bisa berbuat apa-apa selain menyetujui ucapan istrinya. "Ya udah ayo. Dah mau mulai filmnya."

"Ya udah.."

Keduanya pun mulai berjalan memasuki area gedung bioskop. Namun ketika baru saja melewati pintu, Freya tersandung sebab menginjak tali sepatunya sendiri. Gadis itu terhuyung dan kepalanya nyusruk membentur lengan Adam yang notabene nya tulang semua karena pemuda itu kurus.

"Adohhh!" Jerit Freya tertahan, sambil mengusap-usap kepalanya.

Sementara Adam yang sedikit terkejut sebab diseruduk seperti itu, menoleh ke belakang dengan raut wajah agak kesal. "Apaan sih hah? Heboh banget lu?" Gerutunya sembari menatap Freya.

"Kesandung anjir!" Umpat Freya. Sebab dia sudah kena musibah eh si Adam malah mengomelinya.

"Kasandung apaan? Emang ada batu di bioskop?" Adam heran bagaimana gadis itu bisa tersandung. Padahal lantai bioskop begitu bersih. Tidak ada benda apapun yang bisa membuat langkah kaki orang tersandung. Tapi baru saja dia bertanya seperti itu, Adam sudah kembali dibuat bingung ketika dia menatap Freya yang bukannya mengikat tali sepatunya dengan benar, tetapi malah hanya menyelipkannya ke dalam sepatunya.

"Lah itu diiket. Kenapa cuma diselipin begitu?"

Freya mendengus. "Kalau gue tahu caranya ngiket tali sepatu, gak usah lo kasih tau pun udah gue iket begok."

Adam melongo sebentar. Mencoba mencerna penutran Freya dengan benar. "Terus? Maksud lo, lo gak tau caranya ngiket tali sepatu gitu?"

"Ya menurut looo?" Freya menjawab sewot. Dia agaknya malu mengakui itu tetapi dia harus menjawab agar Adam tidak banyak bertanya lagi.

Mendengar perkataan Freya, Adam seketika tertegun menatap gadis itu. Merasa tak percaya dengan apa yang di dengarnya. Freya tak bisa mengikat tali sepatu? Sumpah demi apa?

"Hmpphhh" Adam berusaha menahan tawanya. Tapi ternyata tak bisa. "Buahahahahahahahahaha.." tawanya pun meledak seketika. Membuat Freya berkacak pinggang, dan menahan diri untuk tak mencakarnya.

"Gak usah ketawa begitu deh lu! Lagian gak bisa ngiket tali sepatu juga apa salahnya? Gak dosa pun!" gerutu Freya sebal diketawain Adam. Sementara Adam tertawa semakin kencang. Tak perduli meski tawanya membuat beberapa pasang mata menatap ke arahnya.

"Astaga, astaga, astaga.. ajaib banget lu Frey.” Ujar Adam begitu takjub. “Hidup udah 20 tahun lebih tapi gak tau caranya ngiket tali sepatu.. Buahahahahahahahaha.." tawa Adam ternyata belum juga usai. "Sepupu gue aja yang umur setaon dah pinter..hahahahahah.."

"Ha ha ha ha ha ha! Ketawa aja terus. Huh!" Freya yang kesal berjalan sebal dan menubruk bahu Adam. Wajahnya berubah menjadi semakin kusut. Lagian kenapa juga dia bisa kesandung tadi? Kalau dia tidak kesandung kan, Adam tak kan tau kelemahannya itu? Ah. Kesel!

Tiba-tiba langkah Freya terhenti, ketika tangannya ditarik seseorang. Freya lalu menoleh ke belakang dan mendapati Adam lah yang menarik tangannya.

"Apaan sih? Lepas!" Gerutu freya masih kesal pada lelaki itu.

"Dihhh ngambek.." ledek Adam dengan sisa-sisa tawanya.

"Lo kalau cuma mau ngeledek-" dan perkataan Freya segera terpotong ketika dengan tiba-tiba Adam duduk berjongkok di depannya. Gadis itu tekejut lalu mundur sedikit. "Mau ngapain lo?" tanyanya bingung.

Adam mendongakkan kepalanya. "Ya mau naliin sepatu lo lah. Itu bahaya kalau keinjek."

Dan Freya tertegun mendengar ucapan Adam. Dia tak sempat menolak, sebab Adam pun segera mengikat tali sepatunya dengan sabar dan telaten.

Lihat selengkapnya