Teman Hidup

Nandita Aprilias
Chapter #7

T U J U H

***

Dor!

Wussssssssssssss

Motor yang dilajukkan Adam meliyuk-liyuk tak seimbang. Adam dan Freya yang berada di boncengan belakang bisa merasakan goncangan pada motor ninja berwarna merah itu. Adam segera menepi dan menghentikan laju motornya. Sebab dia tau ada yang tak beres dengan kendaraannya itu.

"Kenapa Dam?"

Adam tak menjawab. Hanya melepas helm dan bergegas turun. Freya meski bingung apa yang terjadi, ikut turun. Adam terlihat berjongkok di depan motornya, sementara Freya berdiri dengan badan sedikit membungkuk di dekat Adam.

"Sial! Bannya meletus!" Ucap Adam kesal sambil memukul ban yang sudah kempes pes pes itu. Tak ada angin yang membuatnya menggelembung.

"Haaaaaaa?" Freya tercengang. Tidak tahu harus apa dan harus bagaimana dengan situasi yang dialaminya sekarang. "Terus- gimana dong?"

"Ya cari bengkel lah.."

"Mau nyari di mana? Lo kira di tempat sesepi ini, ada bengkel gitu hah?" balas Freya sewot. Belum apa-apa tapi dia sudah marah-marah duluan.

Mendengar ocehan Freya, Adam jadi tambah kesal. "Gak usah lo kasih tau gue juga tau. Udah deh minggir..!" Ujar Adam dengan wajah ditekuk lalu mulai mendorong motornya.

Freya menatap pemuda itu tak percaya. "Dam masa jalan? Yang bener aja? Rumah masih jauh loh.." Freya ingin menangis rasanya memikirkan kakinya yang indah akan jadi melar karena berjalan berpuluh-puluh kilometer.

"Berisik! Lu cari taxi aja sana!" Adam tidak mau ribet. Jadi dia memberikan saran yang terbaik untuk gadis manja yang terus merengek padanya itu.

Dengan memanyunkan bibirnya, Freya berjalan menyusul Adam. "Kalau ada taxi gak perlu lu bilangin gue juga udah naik taxi kaleee.."

"Ya kalau udah tau diem aja! Jangan bikin gue tambah pusing dan kesel dengerin ocehan lu.."

"Yayayayayayayayayaya.."

Beberapa menit berlalu. Dan mereka berdua dengan tidak sabaran dan rasa gondok di hati, berjalan menyusuri jalanan yang sepi. Freya sudah mulai berkeringat. Hatinya sudah penuh dengan berbagai macam gerutuan. Sementara Adam jangan di tanya. Peluh membanjiri tubuhnya.

"Duhhh gerahhhhhh.." keluhan Freya terdengar lagi setelah beberapa menit yang lalu cewek itu diam tanpa kata. "Dam lu gendong gue napaaa.."

"Sana tuh gendong sama bagong!"

Freya berdecih. Lagipula sudah tau Adam tak kan mau menggendongnya, masih berusaha minta digendong segala. Caper emang si Freya.

"Dam berapa lama lagi sih? Gue udah pegel nih.. betis gue rasanya jadi makin gede.." Freya terus dengan setia mendendangkan ocehannya.

"Baru jalan beberapa menit doang lo dah ngeluh!" benar-benar manja pikir Adam.

"Yeee gue kan gak pernah kek begini.."

"Ya terus menurut lo gue perduli?"

"Hih nyebelin!" Freya menendang ban belakang motor Adam. Membuat Adam berhenti melangkah dan mendelik menatapnya.

"Apa, apaa? Mau marah-marah? Mau berantem? Ayookkk! Lo pikir gue takut apa?" Tantang Freya. Sementara Adam selanjutnya hanya membuang muka dan lanjut mendorong motornya. Freya menatapnya sembari menghela napas. Gadis itu pun kembali berjalan mengikuti langkah suaminya.

Dan disaat itulah, tanpa pernah Freya duga, tiba-tiba tas kecilnya yang ia sampirkan di bahunya, ditarik dan direbut paksa. Freya tertegun sesaat. Baru ketika motor itu melaju melewati Adam, membawa kabur tas kecilnya, Freya baru tersadar kalau dia baru saja kecopetan.

"CO-COPETTTTTTT! ADAM TAS GUE DICOPETTTTTT!" Teriak Freya histeris dan langsung berlari menuju Adam yang menatapnya terkejut.

"Copet?" Tanya Adam bingung.

"Iya itu copetnyaaaaaaa!" Teriak Freya panik sembari menunjuk ke arah copet yang sudah melaju agak jauh itu.

Adam terkejut dan membelalakkan mata. Baru mengerti apa yang sedang dialami istrinya. "Sialannnn!!!” Geramnya dengan penuh emosi. Tanpa berpikir apapun lagi, Adam pun mulai berlari. Mengejar copet, dan meninggalkan sepeda motornya begitu saja. Freya yang panik ikut berlari, namun teringat bahwa motor Adam tidak boleh ditinggal begitu saja. Gadis itu pun berbalik sebentar, mengunci motor itu dan mencabut kuncinya lalu berlari menyusul Adam yang telah jauh di depan.

"OY BRENGSEK! BERHENTI LO!" Adam terus berteriak seiring larinya yang melaju cepat. Dia berlari bak angin kencang. Tak memperhatikan sekitar.

Lihat selengkapnya