***
Freya sudah siap berangkat untuk menghadiri fashion show hari ini. Dia memang tidak ikut berpartisipasi. Tetapi dia tetap ingin pergi. Dia nampak sangat cantik dengan dres bunga-bunga selutut yang dikenakannya. Rambutnya yang dikriting gantung sengaja digerai. Freya tahu bagaimana cara agar kecantikannya terpancar.
Freya berjalan melewati meja makan. Di sana ada Adam yang sudah berpakaian lengkap hendak pergi juga. Biasa. Dia sudah janjian dengan teman se-gengnya untuk nongkrong. Lagian di rumah sendiri tanpa Freya yang berisik akan sangat membosankan. Adam yang tengah meneguk segelas air sebelum pergi menatap ke arah Freya yang berjalan melewatinya. Dan seketika, pemuda itu tersedak, dari saking kagetnya melihat Freya.
Ralat! Bukan kaget. Melainkan terpukau melihat kecantikan Freya.
"Uhuk uhuk uhuk!" Adam heboh dengan tersedaknya. Sementara Freya menghentikan langkahnya karena mendengar Adam batuk-batuk. Gadis itu lalu menatap Adam bingung.
"Ngapa lu?" Tanya Freya pada cowok itu.
"Kesedak! Pake nanya! begok ya? Uhuk uhuk..” ujar Adam kemudian batuk-batuk kembali.
"Yeee ditanyain baik-baik malah sewot. Lagian aer doang bisa kesedak? Alay lu.." cibir Freya namun tak ditanggapi lagi oleh Adam. Pemuda itu hanya terus berusaha meredakan batuknya seraya berjalan melewati Freya menuju ke luar rumah.
"Mau ke mana lo?" Tanya Freya yang berjalan di belakang Adam. Maksud hati dia ingin mensejajari langkah pemuda itu. Namun Adam yang jalannya cepat membuatnya kualahan.
"Kepo aja lo. Mau gue ke Mars juga bukan urusan lo.." jawab Adam menyebalkan sekali.
"Oh jadi lo mau ke Mars? Bagus deh. Gak usah balik sekalian. Biar hidup gue aman.." ditanggapi pula oleh Freya..ckck
Dan Adam cuma mendengus sebal. Keduanya tiba di depan pintu. Namun Adam menghentikan langkahnya tiba-tiba, sebab melihat sebuah kotak tergeletak di depan pintu. Freya yang berjalan tanpa menatap ke arah depan, tak tau bahwa Adam menghentikan langkahnya dan terus saja berjalan. Alhasil dia menubruk punggung lebar Adam hingga membuat hidungnya sakit.
"Anjir Adammmm!" Freya hendak menepuk punggung Adam, ingin memberikan pelajaran. Namun upayanya gagal, sebab Adam segera merunduk. Membuat Freya makin kesal. "Hihhhh!"
"Apaan nih?" gumam Adam setengah penasaran, seraya mengangkat kotak yang berhasil diraihnya. Kepo, Freya pun melongokkan kepalanya yang berada di belakang punggung Adam,demi melihat apa yang dimaksud Adam.
"Apaan?" Tanya Freya.
"Buat lo nih.." Adam pun berbalik dan menyerahkan kotak yang dipegangnya pada Freya. Freya menerimanya dan mengamati sebentar. Ternyata benar. Kotak itu memang ditujukan untuk dirinya. Tertera jelas namanya sebagai penerima di atas kotak itu.
"Ooo pasti dari fans gue.." ucap Freya senang seraya memeluk kotak itu.
"Cih! Emang lo artis? Lagian siapa juga yang nge fans sama lo?!"
"Diem deh lo! Gak usah iri dengki!"
"Sapa juga yang iri dengki?!"
Freya tak meladeni Adam lagi. Gadis itu pun tanpa menunggu lama, segera membuka kado itu. Sementara Adam berjalan pergi meninggalkan Freya. Dan ketika Adam hendak menapaki anak tangga, terdengar Freya menjerit. Membuat Adam kaget dan berbalik. Dilihatnya Freya yang wajahnya sudah pias dan ketakutan. Kotak yang tadi gadis itu pegang sudah tergeletak di lantai. Sepertinya dilempar oleh sang empunya. Adam pun berlari mendekat pada Freya.
"Kenapa Frey?"
Freya yang seperti orang linglung menatap Adam. Dan ketika menyadari bahwa Adam sudah berdiri kembali di hadapannya, Freya berhambur memeluk cowok itu erat-erat.
"Tikus! Itu tikus mati Dam! Gue takuttttttttttt!" Ucap Freya nyaris menangis di dalam pelukan Adam. Saranya bergetar, dan tangan yang memeluk Adam pun gemetar.
"Hah?" Adam terkejut. "Serius lo?"
"Iyaaa.. gue takut.." Freya terisak ketakutan. Pelukannya masih mengerat.
"Bentar Frey gue periksa dulu..”
"Enggak! Jangan! Jangan jauh-jauh dari gue! Gue takut..!" Freya makin mengeratkan pelukannya tatkala mendengar Adam hendak meninggalkannya.
Adam pun tak punya pilhan lain. Terlebih melihat bagaimana takutnya Freya. Alhasil dia membiarkan Freya memeluknya sampai gadis itu merasa tenang.
Bebera menit kemudian, Freya sudah nampak lebih tenang dibanding tadi. Pelukannya sudah tak sekencang tadi. Saat itulah Adam perlahan melepaskan diri dari pelukan Freya. Disentuhnya bahu Freya yang wajahnya sudah basah karena air mata.
"Lo gak perlu takut. Ada gue.. oke?" ucap Adam lembut sambil menatap mata Freya lekat-lekat.
Freya cuma mengangguk. Adam pun beralih untuk memeriksa kotak yang dilemparkan oleh Freya ke atas lantai itu. Kedua mata Adam membulat lebar, tatkala menyadari bahwa apa yang dikatakan Freya sepenuhnya benar. Kotak itu memang berisi tikus mati dengan darah yang masih membasahi tubuh si tikus. Adam buru-buru mengangkat kotak itu dan membuangnya ke tempat sampah. Dia lalu kembali mendekat ke arah Freya setelahnya.
"Lo udah gak pa pa Frey?" tanya Adam, penuh perhatian. Padahal tadi dia masih berdebat menyebalkan dengan Freya. Tapi melihat Freya yang shock seperti itu membuat Adam tidak tega juga untuk terus bertingkah menyebalkan.
"Dam.." Freya memegangi ujung kaket Adam. "Itu maksudnya apa Dam? Kenapa ada orang yang ngirim tikus mati ke gue? Apa gue sedang jadi sasaran pembunuhan?"
Adam menghela napas. "Jangan berpikiran gitu ah. Mungkin orang yang ngirim cuma iseng doang.."
"Gak mungkin iseng tapi seniat itu. Gimana kalau orang yang ngirimin kotak itu beneran pengen celakain gue..?" tanya Freya. Sorot matanya benar-benar terlihat ketakutan. Bahkan dia mengatakan kalimatnya barusan dengan menahan tangis.
"Emang lo ada musuh?" tanya Adam, mencoba menggali informasi yang mungkin berkaitan dengan kejadian barusan.
Freya menggeleng. Dia tidak pernah merasa pernah punya masalah dengan orang lain sampai membuatnya memiliki musuh. Freya yakin benar itu.
"Apa perlu gue lapor polisi?" Tanya Adam lagi, melihat Freya yang sepertinya masih khawatir.
Freya tertegun sebentar. Terlihat berpikir dulu, sebelum menjawab pertanyaan Adam. Dia takut, tapi tak mau membawa masalah ini ke polisi. Alhasil Freya pun menggeleng pelan.
"Tapi kalau yang terjadi ini seperti yang lo takutin gimana?" Adam juga mulai cemas sebenarnya. Tapi tadi dia tidak ingin membuat Freya semakin ketakutan.
"Sampe semuanya pasti, gue belum mau ngelaporinnya ke polisi.."
Adam menghembuskan napas kasar, lalu menganggukkan kepala tanda bahwa dia mengerti. "Ya udah.. terus lo masih mau pergi..?"
Freya mengangguk. Dia mengusap wajahnya yang basah karena air mata dengannya tangannya yang masih sedikit gemetar. Adam melihatnya semakin tak tega. Di raihnya tangan Freya kemudian, lalu digenggamnya.
Freya tertegun menatap tangannya yang digenggam.
"Gue temenin lo hari ini!" Ucap Adam tanpa keraguan.
Freya semakin tertegun, menatap tak percaya ke arah Adam. Hatinya bersorak senang. Sebenarnya dia ingin meminta Adam untuk menemaninya, sebab dia masih agak takut. Tapi dia berpikir Adam tak kan mau melakukannya. Siapa yang menduga bahwa ternyata Freya salah. Sebab Adam sekarang yang menawarkan diri untuk menemaninya. Hati Freya seketika menjadi tenang. Tak tau apa penyebabnya. Mungkin karena Adam disisinya, jadi dia merasa aman.
“Tapi bukannya lo mau pergi Dam?” tanya Freya yang tiba-tiba teringat bahwa Adam juga punya kepentingan.
“Ah gak penting kok! Bisa gue batalin.”
Mendengar itu Freya sama sekali tak bisa menyembunyikan rasa senangnya lagi. Dia pun mengikuti ke mana langkah Adam membawanya pergi.
***
Adam berjalan ke luar ruangan fashion show digelar dengan wajah ditekuk yang terlihat begitu masam. Dia benar-benar kesal, dan menyesal sudah menemani Freya hari ini pergi ke pagelaran fashion show itu. Pasalnya ternyata Freya menghadiri acara itu tidak sendirian. Melainkan bersama ketiga temannya yang dulu sempat bertemu dengan Adam ketika pemuda itu menjemput Freya di kampusnya. Jadi bisa dibayangkan bagaimana kekinya Adam diantara para gadis itu. Sejatinya Adam bisa pergi meninggalkan Freya. Toh gadis itu juga sudah bersama teman-temannya, tidak sendirian. Tetapi Freya terus merengek, menahan kepergian Adam. Membuat Adam tidak berkutik dan pada akhirnya terpaksa menemani gadis itu macam bodyguard menjaga tuan putrinya.
“Dam!”
Adam mendongakkan kepalanya dan menunjukkan wajah kusutnya, ketika Freya memanggilnya. Gadis itu tersenyum lalu berjalan menghampiri Adam yang berada di belakangnya.
“Jangan kesel gitu dong. Udah muka gak ganteng juga.”
“Berisik!” gerutu Adam makin gondok. Tetapi Freya malah tertawa. Dia lalu menggamit lengan Adam dan memeluknya mesra. “Kenapa sekarang jadi pegang-pegang gue? Lepas, lepas!”
“Diem deh!” ucap Freya tanpa mau memperdulikan ucapan Adam lagi. “Girls..” Freya memanggil ketiga temannya yang berjalan di depannya. Ketika semua temannya menoleh, dia lalu melanjutkan perkataannya. “Gue sama Adam duluan ya. Kalian have fun.”
“Eummm iya iya, yang gak mau pisah ama suami.” Ucap Naomi dengan wajah menggodanya yang menyebalkan. Tere dan Indah hanya tersenyum-senyum demi menanggapi ocehan Naomi.
“Apaan sih? Bukan gitu. Kalian gak liat muka betenya ni orang?” Freya menyenggol Adam yang tepat berada di sampingnya. “Gue takut dia ngamuk kalau gue makin lama bikin dia nemenin gue.”
Ketiga teman Freya terkekeh. Sementara Adam Cuma mendengus sambil menahan emosi.
“Tapi gue salut loh sama Adam. Mau-maunya nemenin Freya nontonin acara yang bukan dia banget. Pasti acaranya bosenin parah, ya Dam? Bener-bener suami idaman.”
“Udah deh, gak usah muji-muji dia. Entar makin lebar telinganya kayak telinga gajah. Gue juga yang repot kalau punya suami telinganya segede gajah.”
“Berisik lo!” tukas Adam cepat dengan mata mendelik menatap Freya. Tapi gadis itu malah menjulurkan lidahnya ke arah Adam. Makin membuat Adam kesal saja melihatnya.
Setelah itu Freya berpisah dengan ketiga temannya. Dia memilih pergi bersama Adam yang sudah baik sekali hari ini mau menemaninya pergi ke pagelaran fashion show itu. Freya tahu, Adam melakukannya karena alasan kotak misterius tadi. “Dam,” panggil Freya yang berjalan di samping Adam.