***
Adam dan Freya keluar dari kamar masing-masing secara bersamaan. Hal ini entah secara kebetulan atau tidak, kerap mereka alami. Keduanya pun berpandangan. Namun tiba-tiba baik Freya dan Adam bersin di waktu yang nyaris bersamaan.
"Huaciiiiiiim!"
Keduanya saling pandang dalam ketertegunan lagi. Detik berikutnya mereka tergelak, berpikir bahwa bersin bersamaan seperti itu terlihat lucu.
"Gara gara lo nih gue jadi meler.." Ujar Freya sembari menggosok hidung.
"Lah lo gak liat gue sama melernya begini..?" timpal Adam. Membuat Freya tergelak.
"Lo mau ke mana?" Tanya Freya, menyadari bahwa Adam keluar kamar pasti hendak melangkah ke suatu tempat di rumah ini.
"Dapur. Mau bikin jahe anget." Jawab Adam. "Lo-" pemuda itu menggantungkan kalimatnya. Agak ragu melanjutkan. Padahal Freya sudah menunggu kelanjutan perkataannya.
"Lo apa?" tanya Freya sebab Adam terus diam saja.
"Lo- mau gue bikinin juga?" Ujar Adam dengan suara pelan. Namun Freya masih bisa mendengarnya.
Freya tersenyum penuh arti. "Ohhh jadi lo mau bikinin istri lo jahe anget?"
"Gak usah mesem-mesem kek orang gila gitu deh ah! Mau enggak?!" Ujar Adam pura-pura galak.
"Emang lo bisa bikin jahe anget?"
Adam tersenyum meremehkan. Tangannya ia masukkan ke dalam kantong celana pendek yang dikenakannya. Dadanya sengaja ia busungkan. Lalu berkata, "Ya bisalah. Emangnya lo?"
"Jangan mulai deh ah!" Gerutu Freya membuat Adam tersenyum. "Terus ngapain masih di sini?" Tanya Freya.
"Ha?"
"Katanya mau bikin jahe anget! Gimana sih?"
"Iya ini baru mau jalan! Lo tanya-tanyain mulu sih!" Gerutu Adam lalu bergerak melangkah mendahului Freya yang kemudian berjalan mengikutinya dari belakang.
***
Freya mengintip Adam yang berkutat di dapur. Ketukan pisau dan telenan yang digunakannya untuk memotong jahe terdengar merambat diudara. Sadar, bahwa Freya sedang memperhatikan, Adam pun berujar. "Awas bintitan kalau ngintipin gue terus-terusan."
"Dih!" Menyadari bahwa perkataan itu tertuju untuk dirinya Freya buru-buru mengalihkan pandangan. Tetapi gadis itu yang awalnya duduk di meja makan, malah berdiri lalu mendekat menuju pada Adam. Gadis itu pun memperhatikan Adam yang lihai memotong jahe.
"Cocok jadi kang potong jahe.." cibirnya asal, hanya ingin mengikis keheningan yang tercipta antara dirinya dan Adam.
Adam tergelak. Membuat Freya terdiam sejenak melihat tawa pemuda itu. Kalau dipikir-pikir Menurut sudut pandang Freya, akhir-akhir ini dia sering melihat Adam tertawa. Apakah itu karena dirinya?
Aish! Freya segera menggelengkan kepalanya. Sebab menyadari bahwa dia mulai berpikiran ngawur. "Apa sih gue ini?" Batinnya sembari mengenyahkan jauh-jauh pikiran yang sempat terbesit di kepalanya tentang senyum Adam.
"Lo- mau dibantuin gak?" Freya menawarkan diri.
"Emang bisa? Pegang pisau aja gue gak yakin lo bisa.." sahut Adam.
Freya segera menyikut perut Adam yang berdiri disampingnya. "Bacot ya!" Umpatnya kesal. Adam lagi-lagi hanya tertawa. Tuh kannn! Adam ketawa kalau lagi diledekin Freya. Membuat Freya jadi kembali memikirkan arti senyumnya lalu salting sendiri setelahnya.
Freya merapikan rambutnya ke belakang telinganya. Entah kenapa jadi ingin terlihat cantik malam ini.
"Kalau megang pisau aja gue bisa. Nih!" Freya pun mengambil alih pisau yang dipegang Adam lalu dengan gerakan cepat diacungkannya pisau itu ke arah leher Adam sampai pemuda itu berjengit dan mundur ke belakang. Berusaha menghindar sebab Freya seakaan hendak menusuk lehernya. Jantung Adam berdebar-debar.
"Yakkkkkkk!" Teriak Adam kaget luar biasa. Matanya yang memang bulat, kian membesar seiring keterkejutan yang dirasakannya.
"Hmph! Bahahahahahahaha!" Freya tak bisa menahan tawanya sehingga dia terbahak-bahak melihat wajah pucat Adam dan reaksinya yang ketakutan. Puas sekali rasanya Freya bisa menjahili pemuda itu.
Adam hanya geleng-geleng kepala sembari mengelus dada. Dilihatnya Freya yang belum usai dengan tawanya. Lalu ia ambil alih pisau yang di pegang Freya.
"Rese lu.." ujar Adam masih kesal.
Sementara Freya meliriknya sembari menyelesaikan tawanya. "Gitu aja takut.. huuuuuu.." cibirnya kemudian.
Adam tak memperdulikan. Pemuda itu berbalik lalu memasukkan irisan jahe ke dalam air yang sedang ia didihkan. Setelahnya pemuda itu berdiri dan menunggu beberapa waktu. Dan disaat itu dia terdiam, dengan tangan bersidekap di dada dan menatap Freya.
"Dam!" Freya tiba-tiba memanggil Adam.
"Hmmm?"
"Besok kan libur.”
“Terus?”
“Lo ada acara besok?"
Adam mengernyitkan dahinya. Bingung kenapa Freya tiba-tiba saja bertanya demikian. "Mau tau aja lu."
"Hih. Serius! Lo ada acara besok?"
"Banyak!"
"Oh ya?" Freya agak sedikit kecewa mendengarnya.
"Iya. Pagi gue harus tidur. Siang gue juga harus tidur. Sore pun seharusnya gue tidur sampe malem."
Freya mencoba menahan diri untuk tidak melempar telenan ke arah Adam, karena kesal. "Lo bisa gak sih, serius dikit Dam?"
"Lagian ngapain sih, lo nanya-nanya? Mau ngapain?"
"Enggak, nanya aja biar gak krik krik krik.." ujar Freya cuek lalu mendekat hendak mengintip air rebusan jahe yang sedang ditunggui Adam. Sementara Adam melongo mendengar jawab Freya. Sekitar 15 detik waktunya terbuang sia-sia hanya untuk memjawab pertanyaan tak penting Freya.
"Dah mendidih Dam.." seru Freya sambil mengibas-ngibaskan tangan, bermaksud memanggil Adam agar mendekat.
"Minggir, minggir.. entar kena.. panas ini.." ujar Adam membuat Freya segerea menjauh sementara dia mengkat panci kecil yang dia gunakan untuk merebus air dan jahe itu. Pemuda itu dengan taletannya kemudian menuangkan air panas itu ke dalam dua buah gelas yang sudah ia masukkan gula ke dalamnya terlebih dahulu.
Freya senang ternyata Adam benar-benar membuatkannya segelas jahe hangat. Yang hangat-hangat memang cocok dinikmati ketika dingin-dingin begini. Hujan masih terus terjadi di luar.
Adam mengaduk beberapa saat kedua teh jahe di depannya. Dan beberapa detik kemudian, jahet hangat itu selesai dibuat. Jahe hangat ala Adam pun siap dihidangkan.
Adam mengangkat dua gelas jahe hangat itu dan berbalik. Freya sudah berdiri di belakangnya dan menyambutnya dengan cengiran.
"Makas-" ucapan Freya terpotong sebab Adam malah berjalan melewatinya dengan membawa dua gelas jahe hangat itu. Padahal Freya sudah mengulurkan kedua tangan hendak mengambil salah satunya. Gadis itu berbalik menatap Adam kesal.
"Yakkkkkk Adam! Bukannya satu buat gue?"
"Kegeeran sih lu.." ujar Adam seraya terus berjalan. Membuat Freya yang melihatnya menghentakkan kakinya sebal.
Namun tiba tiba Adam berbalik dan tertawa melihat Freya. Kena dia! Pembalasan sukses dilakukan. Freya bingung melihat Adam yang tertawa.
"Kesel ya? Syukurin. Mangkanya jangan iseng ngagetin orang pake pisau tadi.." ujar Adam. Dia memang sengaja mengerjai Freya yang tadi mengerjainya terlebih dahulu. "Nih.." Adam pun mengulurkan salah satu gelas ditangannya ke arah Freya. Membuat wajah kesal Freya perlahan-lahan berubah senang. Gadis itu pun pada akhirnya tersenyum.
"Dasar jail." Freya pun berjalan mendekat ke arah Adam dan menerima segelas jahe hangat buatan Adam itu. Adam hanya tertawa. "Tapi makasih.." lanjut Freya kemudian sambil menyeruput jahe hangat miliknya.
"Sama sama. Harganya seratus ribu ya mbak.. harus kontan gak boleh ngutang.."
Freya tertawa hampir tersedak. Di sikutnya Adam yang tak berhenti melawak di depannya.
"Kemahalan njir!" Ujar Freya sembari tertawa dan malanjutkan Langkahnya. Adam pun mengikuti.
"Oh ya?"
"Iyalah. Sapa yang mau beli kalau harganya segitu?"
"Ya ini kan jahet hangatnya spesial. Orang ganteng soalnya yang buat.."
Freya sembari menahan tawa menendang pantat Adam hingga membuat pemuda itu terdorong pelan ke depan. “Narsis lu!”
Selanjutnya dia meninggalkan Adam yang mengikutinya menuju ruang tivi.
***
Freya dan Adam duduk di satu sofa dengan jarak yang berjauhan. Keduanya duduk bersila diatas sofa itu. Bahu mereka bersender dan sepasang mata keduanya menatap ke layar televisi. Jahe hangat di gelas sudah raib. Masuk ke dalam tubuh mereka dan mengahangatkan tubuh keduanya.
Freya mencuri pandang ke arah Adam lewat sudut matanya. Pikirannya sama sekali tidak tertuju pada sinetron yang sedang ditontonnya. Melainkan dia masih penasaran dengan mantan Adam. Dia belum punya kesempatan untuk bertanya pada Adam siapa mantan yang sangat dicintai Adam itu. Tadi dia dan Adam terlanjur berdebat kecil sebelum Freya menanyakan sosok itu lebih jauh.
"Dam." Freya buka suara. Tak tahan untuk bertanya. Dia juga tak mengerti kenapa dia jadi ingin tahu sekali tentang Adam, mantannya dan isi hati pemuda itu.
Adam tak menjawab. Fokus matanya tertuju pada televisi di depan. Freya menatapnya sebal. Dilemparkannya bantal kecil yang sedari tadi di peluknya. Membuat Adam beralih menatapnya malas.
"Apaan sih?! Gak bisa biarin gue nonton tv dengan tenang apa lu?" Gerutu Adam sebal. Acara menonton sinetronnya jadi agak terganggu karena ulah tak sopan gadis di sebrangnya.
"Gue mau nanya kambing!"
"Gak mau jawab."
"Gue kemplang juga lu ah!" Balas Freya sebal. "Dam-"
Adam mendengus. Dia kemudian mengorek telinganya yang jadi gatal karena keseringan mendengar ocehan Freya. "Apaan?!"
"Mantan lo, siapa sih?”
Pertanyaan Freya itu, membuat Adam melirik Freya intens. Dia tidak mengerti kenapa tiba-tiba Freya jadi membahas tentang masa lalu nya lagi. “Kenapa lo jadi nanya itu?” tanyanya tak langsung menjawab.
"Gue penasaran aja. Apa gue kenal orangnya?"
Adam segera tertegun setelah tahu pertanyaan yang dimaksud Freya. Detik berikutnya dia mengalihkan pandangan kembali ke arah televisi. Malas menanggapi kekepoan Freya seputar Gwen.
"Kalaupun kenal terus lo mau apa?” tanya Adam. Dia tidak tahu bagaimana reaksi Freya jika tahu bahwa mantan Adam adalah Gwen, model panutannya.