Teman Hidup

Nandita Aprilias
Chapter #10

S E P U L U H

***

Adam berkacak pinggang menatap kulkas yang kosong melompong. Perutnya kelaparan dan dia tidak menemukan bahan makanan apapun yang bisa dia olah didalam kulkas itu. Pemuda itu mendengus lalu membanting pintu kulkas keras-keras. "Ya Tuhan laperrrrr.." gerutunya sembari mengelus perut dengan wajah memelas.

Freya yang tadi bersantai di ruang tv tiba-tiba muncul. Tadi dia mendengar suara berisik dari dapur. Dan dia yakin Adamlah biang keroknya. Sebab tak ada orang lain lagi selain Adam dan dirinya di rumahnya ini.

"Kenapa sih lu?" Ujar Freya bingung melihat wajah Adam yang merengut.

"Gue laper."

"Ya makan!" Ujar Freya santai.

"Anak teka ya juga tau kalau laper itu makan!"

"Nah terus? Apa masalahnya?"

"Masalahnya adalah udah gak ada bahan apapun lagi yang bisa diolah buat dijadiin makanan nona Freya."

"Ah masa?" Freya kemudian berjalan menuju kulkas. Lalu dibukanya dan sedikit terkejut mendapati perkataan Adam memang benar adanya. "Kok habis? Lu gimana sih?" Freya menggeprak lengan Adam yang berdiri di sampingnya.

"Lah kok gue?"

"Ya kenapa lo gak ngontrol bahan makanan, sampe habis semua gini baru marah-marah..?"

"Ya gue mana sadar.."

"Makan mulu sih lo taunya." Cibir Freya membuat Adam melotot ke arahnya. Namun Adam berusaha bersabar kali ini.

"Terus gimana nih? Kalau gak ada sayur,sama daging kita gak bisa makan dong?" Tanya Freya.

Adam menatap Freya jengah. "Lo masih nanya gimana? Kenapa gak lo coba nanem sayur-sayuran sekarang, sama rempah-rempah sekalian di halaman rumah, biar nanti kalau udah tumbuh subur kita gak usah susah-susah beli? Nah nanti gue bakal ternak sapi, ayam, sama kalkun kalau perlu kadal sekalian biar kita gak kekurangan protein sedikit pun. Gimanaaaaa?" Cerocos Adam panjang lebar sambil menahan kegeraman dalam dadanya. Selain menyebalkan istirnya juga kurang cerdas kadang.

"Wahhhh!" Freya bukannya menangkap maskud Adam malah berbinar ceria wajahnya. Siapa yang menyangka bahwa dia akan menyetujui ide ngawur Adam. "Ide bagus tuh. Nanti kalau perlu gue alih profesi buka pertanian dan lo peternakan.."

Adam memandang miris istrinya. "Ya ya ya. Istri gue emang gebleknya gak ketulungan." Ujarnya kemudian dengan nada sebal sembari menggeleng-gelengkan kepala.

Sementara Freya sudah tertawa-tawa kegelian. Wajah kesal Adam lucu sekali ketika Freya menanggapi ocehan ngawurnya. Freya sampai sakit perut di buatnya. "Adam adammmmm.." ucap Freya sembari geleng geleng kepala di antara tawanya yang renyah.

"Lah sekarang malah ketawa. Gesrek yeee?" Adam yang tak tahan menghadapi Freya pun ngeloyor pergi pada akhirnya. Namun gadis itu tiba tiba mencegat langakhnya dengan menarik tangan Adam. "Mau ke mana?" Tanya Freya penasaran.

"Ya menurut lo ke mana lagi? Ya mau belanja lah.." Cowok itu pun melepas cegatan Freya pada tangannya dan kembali melangkah.

"Belanja?" Gumam Freya nampak berpikir. Selanjutnya dia kembali menatap Adam yang telah pergi, lalu berteriak manja, "Adammm.. ikut!"

***

Adam dan Freya sudah berada di warung kaki lima. Mereka tidak langsung pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli bahan-bahan makanan yang mereka butuhkan sebab perut mereka sudah keroncongan. Perut adam sih lebih tepatnya. Freya mah manut yang nyetir saja.

Freya duduk di salah satu kursi yang tersedia sementara Adam memesankan dua porsi makanan untuk mereka. Menu mereka malam ini adalah mie ayam. Kata Adam di sini mie ayam nya uwenak tenan. Gak tau lidah Freya akan setuju atau tidak dengan rekomendasi Adam.

Adam tiba dan duduk satu meja dengan Freya. Kini mereka saling berhadap-hadapan. "Lo gak pa pa makan di sini?" Tanya Adam.

"Lah emang kenapa?" Tanya Freya bingung mendengar pertanyaan Adam.

"Ya takut nya lo gak mau makan ditempat begini. Takut tydack hiegeinis.." jawab Adam minta ditampol. Namun Freya mencoba menahannya.

"Bacot!" Umpat Freya singkat dan jelas. Namun mampu membuat Adam terkekeh.

Tak begitu lama menunggu, pesanan pun datang. Seporsi mie ayam yang asapnya masih mengepul dari sana, tersaji di depan keduanya. Adam langsung mencomot sendok dan garpu yang tersedia. Lalu menuangkan kecap dan saos dari botol secukupnya. Freya diam-diam melihatnya lalu menirunya. Menuangkan kecap ke atas mie ayamnya lalu saos, kemudian ia tambah sambal. Adam memang tak suka pedas. Beda dengan dirinya yang maniak pedas. Tak tanggung-tanggung, dia menuangkan sekitar 5 sendok sambal ke dalam mangkoknya.

"Eh buset. Entar diare lo." Komentar Adam dengan sorot mata takjubnya melihat sambal melimpah ruah di mangkok Freya.

"Yang diare juga gue. Apa peduli lo?" Komentar Freya cuek, sembari memasukkan satu suapan ke dalam mulutnya. Mendadak dia membelalakkan kedua matanya. "Anjrit!" Umpatnya sembari membanting sendok, lalu meraih es tehnya dan segera menyuruput air dingin itu untuk meredakan rasa pedas yang membakar lidahnya.

Adam yang terkejut menatap Freya bingung. "Ngapa dah?"

"Huh hah hah hah ha.." Freya menggerak-gerakkan tangannya di depan mulutnya. Dia benar-benar kepedesan. Biasanya dia makan sambal bahkan lebih dari lima sendok di tempat lain. Dan dia fine-fine saja. Tapi kenapa di tempat ini sambalnya begitu menggila? Bahkan meski di cicipan pertamanya. Dan saat itulah Adam mengerti apa masalah yang sedang dihadapi gadis di depannya.

"Mangkanya. Sok sok an sih lo." Cibir Adam merasa menang sebab dia tadi sudah memperingati, tetapi Freya tidak mau mendengarkan.

"Bacot! Diem..hahhh deh..hahhhh.." kesal Freya ditengah tengah siksaan rasa pedas yang menderanya.

Adam tak bisa menahan tawanya. Freya pun menyingkirkan mangkok mie ayam di depannya. Lalu dia mengangkat tangannya, hendak memesan yang baru. Tetapi Adam buru-buru menghentikan aksinya.

"Mau apa lo?" Tanyanya.

"Ya mau mesen lagi lah. Lo pikir gue bakal tetep makan mie ayam ini..?"

Adam mengkerutkan dahi. "Lah. Terus mie ayam ini mau diapain?" Tanyanya sembari menatap mie ayam yang tadi Freya singkirkan.

"Ya buang aja." Jawab Freya santai.

Adam mendengus lalu geleng geleng kelala. "Dasar. Gak boleh buang-buang rezeki." Komennya membuat Freya menatapnya lurus.

"Ya ketimbang gue sakit perut?" Bela Freya. Tak terima dikomentari seperti itu.

Adam tak banyak bicara. Dia menggeser mangkum mie ayamnya ke hadapan Freya, lalu menarik mangkuk mie ayam yang Freya singkirkan ke hadapannya. Freya tertegun sejenak.

"Makan punya gue aja. Belum gue cicipi sama sekali kok." Ujar Adam santai sambil mulai mengaduk aduk mie ayam di depannya.

Sedetik perasaan Freya tersentuh. Melihat mie ayam di hadapannya dan melihat Adam yang mulai menikmati mie ayam yang tadi sempat ingin dibuangnya. Freya tak tau apakah wajar merasa tersentuh pada pemuda di depannya itu. Tapi, dia benar-benar terenyuh melihat Adam memberikan miliknya, meski tau dia tidak akan apa-apa ketika Adam memakan milik Freya.

"Malah bengong." Ujar Adam yang nampak mulai kepedesan. "Sana di makan."

"Awas diare lo."

"Ya kalau gue diare, elo tersangka utamanya."

Freya tergelak. Lalu tangannya mulai mengaduk aduk mie ayam di depannya sembari sesekali melirik Adam. Tangannya tiba tiba terangkat. Hendak memesan. Adam yang melihatnya jadi bingung. Mau apa lagi si freya pikirnya.

"Bang! Nambah es teh ya satu!" Teriak Freya agak kencang. Dan segera dijawab oke oleh sang pemilik warung.

"Es teh?"

"Iya. Segelas aja kayaknya gak akan cukup buat lo nanggung rasa pedesnya.." jawab Freya sambil melirik es teh disamping mangkuk Adam.

Adam mengikuti arah pandangan Freya, dan perlahan mengerti. Sebentar kemudian senyumnya segera terbit. Sebab merasa Freya masih sedikit perduli padanya.

Keduanya pun lanjut memakan mie ayam masing-masing, sembari bercengkerama sampai santapan mereka ludes, habis tak bersisa.

***

"Gimana? Enak kan Frey, mie ayamnya?" tanya Adam ketika dia dan Freya sampai diparkiran. Pemuda itu tengah memasang helmnya ketika mendengar jawaban Freya atas pertanyaannya.

Lihat selengkapnya