Teman Hidup

Nandita Aprilias
Chapter #11

S E B E L A S

***

Freya berjalan menyusuri area kampus yang asing baginya. Dia berjalan sambil kedua mata menatap jeli sekitarnya. Mencari-cari di mana sebenarnya letak gedung jurusan, tempat suaminya menimba ilmu. Ya. Gadis itu tengah berada di kampus Adam. Hari ini entah kenapa hatinya mendorongnya mengantarkan bekal untuk Adam yang belum sepenuhnya sehat akibat kejadian kemarin malam, tetapi memaksakan diri untuk tetap berkuliah. Freya berkilah pada hatinya sendiri bahwa apa yang dia lakukan ini semata-mata hanya karena merasa kasihan pada pemuda itu sekaligus untuk membalas budi karena Adam sudah melindunginya mati-matian tadi malam.

Freya tiba dijurusan Adam. Berdasarkan instruksi orang-orang yang ditanyainya, tempat dia berpijak adalah benar jurusan di mana Adam belajar. Tetapi Freya tidak menemukan Adam di mana-mana, meski dia berpapasan dengan beberapa orang. Malas bertanya, Freya berinisiatif untuk mencari tahu sendiri di mana keberadaan Adam, dengan mencoba menghubungi lelaki itu sambil terus berjalan.

Agak lama Freya mencari, tetapi Adam tak kunjung ia temukan. Bahkan ketika kakinya sudah sampai ke area di mana beberapa kelas berada, dia belum juga beruntung bertemu dengan suaminya itu. Yang membuatnya semakin sial adalah, Adam tidak bisa dihubungi. Ponselnya mati. Freya berpikir mungkin Adam masih mengikuti kelas. Tak ingin berputus asa, meski aslinya hatinya sudah mendumel kesal, Freya meneruskan pencariannya. Kini dia kembali menaiki tangga untuk sampai ke lantai tiga. Mungkin dia akan menemukan Adam di lantai itu. Tetapi ketika dia tiba di anak tangga teratas, tepat ketika dia menolehkan ke arah kiri, dia melihat sosok yang dicarinya tengah berada di depan sebuah mading. Freya hendak merekahkan senyumnya ketika menemukan Adam. Tetapi melihat apa yang tengah dilakukan pemuda itu, dia urung menarik kedua sudut bibirnya. Dia terpaku dengan tatapan tak percaya dan sorot mata kecewa melihat pemandangan yang ada dihadapannya.

Adam tengah berpelukan. Dengan seorang wanita. Wanita yang Freya rasa dia mengenalnya. Itu- itu Gwen!

Adam tak menyadari keberadaan Freya sebab posisinya membelakangi gadis itu. Tetapi tidak dengan kedua temannya, Bayu dan Uji yang langsung terkesiap ketika kedua mata mereka melihat kedatangan Freya yang sangat tidak terduga itu. Bayu yang memberi kode pertama kali. Memberikan isyarat pada Adam yang masih berkutat dengan usahanya melepaskan diri dari pelukan Gwen lewat gerakan tangan dan bibir. Bayu seolah tak sanggup mengucapkan sebuah kalimat untuk memberitahu Adam bahwa istrinya sedang memergokinya berpelukan dengan mantannya.

Adam mengernyit. Tak terlalu mengerti maksud isyarat Bayu. Tapi toh pada akhirnya dia tetap menolehkan kepala ke arah belakang. Dan betapa terkejutnya dia ketika melihat Freya sudah berdiri dibelakangnya tengah menyaksikan Adam tengah berpelukan dengan Gwen. Wajah terkejutnya kentara jelas. “Frey-“ bibir Adam menyebutkan nama itu, tatkala Freya berbalik dan berlari menuruni tangga. Membuat jantung Adam berdebar semakin hebat. Dia berteriak memanggil Freya, berharap gadis itu menghentikan berlarinya sambil terus berusaha melepaskan diri dari pelukan Gwen. Gadis itu- Adam tidak habis pikir kenapa Gwen seperti ini hari ini. Mungkin pertemuan beberapa hari yang memicunya. Tetapi tidak pernah Adam duga bahwa Gwen akan datang menemuinya di kampusnya, memintanya untuk kembali bersama, dan berakhir memeluk Adam erat ketika Adam menolak permintaannya.

“Gwen, lepasin gue!” Adam sudah tidak bisa menahan diri lagi. Dia terpaksa bersikap agak kasar pada wanita itu. pikiran tentang Freya yang mungkin telah salah paham padanya karena menyaksikan Gwen memeluknya, membuat Adam kacau. Pemuda itu pun mendorong tubuh Gwen hingga dia terlepas dari pelukan gadis itu.

Gwen mundur beberapa langkah, meski tidak sampai terjatuh. Dia kemudian menatap Adam dengan wajah tak percaya. Dia tidak percaya Adam akan mendorongnya seperti itu.

“Lo udah keterlaluan Gwen! Lo gila tau nggak?!” teriak Adam dengan wajah memerah karena menahan marah dan kesal. Sedikitpun dia tidak menyesal ataupun merasa bersalah telah mendorong gadis itu, sekalipun Gwen memberikan tatapan mengibanya.

“Dam-“ Gwen masih mencoba meraih tangan Adam, tetapi pemuda itu telah lebih dulu berbalik dan berlari sekencang angit ribut, untuk menyusul Freya. “ADAM!”

Namun Adam tidak memperdulikan teriakan parau Gwen. Yang ada dipikirannya sekarang hanya Freya. Freya, istri satu-satunya yang dimilikinya di dunia.

***

Hujan turun dengan derasnya. Mengguyur jalanan tak henti-hentinya. Sebuah mobil merah menepi di pinggir jalanan yang lumayan sepi setelah melaju bagai kilat beberapa saat tadi.

Di dalam, nampak Freya sedang menangis tersedu-sedu dengan membenamkan wajahnya dikedua tangannya yang terlipat di atas setir mobil. Bahunya berguncang. Tangisnya pecah terdengar memenuhi seluruh ruangan. Tapi toh tak akan ada seorang pun yang mendengar. Sebab tangisnya teredam suara hujan.

Freya menangis ketika dia mengingat bagaimana Adam dan Gwen berpelukan tadi. Sebenarnya dia juga tidak mengerti kenapa dia menangis. Kenapa dia harus berlari dengan perasaan marah dan kecewa seperti tadi. Tetapi melihat bagaimana kedua orang itu berpelukan hatinya sangat sakit, hingga membuatnya menangis terisak-isak seperti sekarang. Berbagai macam pertanyaan bergumul dalam kepalanya. Mengapa mereka berpelukan? Apa sebenarnya hubungan mereka? Apa Adam berselingkuh dibelakangnya? Atau apa mungkin Gwen adalah mantan yang belum bisa dilupakan Adam? Lalu apa mereka kembali bersama sekarang? Apa Freya akan diceraikan?

Memikirkan kemungkinan Adam akan menceraikannya, membuat Freya diserang kecemasan. Tidak. Dia tidak rela jika Adam menceraikannya. Bukan karena Freya takut akan menjadi janda diusia yang sangat muda. Tetapi dia merasa dia tidak bisa melepaskan Adam. Dia tidak ingin merelakan pemuda itu pergi dari sisinya. Freya tidak ingin kehilangan suaminya.

Freya ingin memiliki Adam sepenuhnya. Dia ingin pemuda itu. Ini gila. Tapi itu yang Freya rasakan. Dia seperti orang yang sedang jatuh cinta.

Freya tertegun sesaat, menghentikan tangisnya. Bukannya tidak sadar, bahwa ada yang aneh dengan perasaannya terhadap Adam. Freya sangat sadar, ketika jantungnya berdebar kencang setiap kali melihat Adam tersenyum, atau bahkan berada di dekatnya, sekalipun tidak melakukan apa-apa. Dia juga sadar, ketika setiap malam sebelum tidur bayang Adam selalu hadir. Dia memikirkannya, bahkan kadang sampai memimpikannya. Lalu, ketika dia tersipu ketika Adam menggodanya, atau perasaan rindu yang Freya tidak mengerti kenapa dia merasakannya, Freya menyadari itu semua. Freya menyadari setiap perubahan-perubhan yang terjadi pada hatinya untuk Adam. Tetapi dia tidak pernah mau mengakuinya dan hanya terus menyangkalnya.

Hingga kejadian hari ini membuatnya berpikir kembali. Jika memang dia tidak sedang jatuh cinta pada Adam, kenapa jantungnya berdebar-debar karena Adam? Kenapa Freya selalu memikirkannya setiap malam? Kenapa juga Freya kerap kali merindukannya meskipun tahu bagaimana menyebalkannya Adam? Dan kenapa dia harus menangis sampai sesedih ini ketika pemuda itu berpelukan dengan seseorang? Jika ini bukan cemburu lalu bagaimana menjelaskan apa yang tengah Freya rasakan sekarang?

Air mata Freya kembali berjatuhan dengan derasnya tatkala perasaannya yang samar-samar kini seolah bisa dengan jelas ia lihat.

Tiba tiba..

Brak! Brak! Brak!

Suara kaca digedor terdengar bersamaan dengan bunyi guyuran hujan. Freya mendongakkan keplanya dan menoleh ke arah samping. Seketika, kedua matanya membulat sebab melihat Adamlah yang menggedar-gedor kaca mobilnya.

"Adammm?!" Pekiknya kaget melihat keberadaan pemuda itu yang sudah basah kuyup karena sudah bisa dipastikan dia hujan-hujanan.

“Frey! Buka!”

Freya memang tidak mendengar, tetapi dia bisa membaca gerakan bibir Adam. Gadis itupun menghapus air matanya, lalu buru-buru membuka pintu dan turun dari mobilnya. Tetes demi tetes air hujan yang seketika menimpa seluruh tubuhnya. Tetapi toh Freya tidak perduli. Dia menutup pintu mobil dengan kasar, lalu menatap Adam.

“Apa?! Ngapain ngejar gue?!”

“Frey- biar gue jelasin. Apa yang lo lihat tadi, gak seperti yang lo pikirin!” Adam langsung to the point. Dia menatap Freya dengan tatapan sungguh-sungguh dan penuh harap, Freya akan mengerti penjelasannya.

Hati Freya seketika sakit. Teringat dengan pelukan Adam dan Gwen tadi. “Terus seperti apa? Gila ya Dam! Ternyata kelakuan lo kayak gitu di belakang gue!”

“Frey- gak gitu!”

“Gue tahu lo gak cinta sama gue, tapi lo bisa cerain gue kalau lo emang suka sama orang lain!” Freya tidak tahu kenapa bicaranya malah melantur dan malah membahas hal yang sangat bertolak belakang dengan isi hatinya. Bukankah dia takut diceraikan? Tapi kenapa sekarang dia malah- ah! Gengsinya memang terlalu tinggi. Dia hanya tidak ingin terlihat menyedihkan di depan Adam.

“Frey gue gak suka sama orang lain. Dan gue gak mungkin cerain lo. Apa yang lo lihat tadi sungguh gak seperti yang lo pikirin. Gwen yang tiba-tiba datang meluk gue. Gue-“

“Apa Gwen mantan lo?”

Adam seketika bungkam ketika Freya menanyakan hal itu.

“Gue tanya apa dia mantan yang gak bisa lo lupain itu? Yang kalau sama dia lo gak mau nikah itu?!”

“Frey-“ Adam mencoba meraih tangan Freya yang dia lihat sudah berkaca-kaca.

“Jawab gue Adam!”

Adam memejamkan matanya, lalu dengan berat hati dia menjawab, “Ya- iya emang benar dia!”

Air mata Freya luruh. Bersamaan dengan tetesan air hujan yang mengaburkannya. “Kalau begitu udah jelas!

“Apanya?!”

“Kalau lo balikan lagi sama dia!”

“Frey sumpah demi apapun, gue gak balikan sama dia! Gue sama Gwen udah gak ada hubungan apa-apa!”

“Terus kenapa lo pelukan sama dia tadi?”

“Gwen yang meluk gue! Gue gak pelukan sama dia!”

“Tapi tadi gue liat lo dan Gwen pelukan!” Freya menangis. Dia bahkan mengalihkan pandangannya sebab tiba-tiba saja tangisnya pecah.

“Frey lo nangis?”

Freya terdiam. Dia hanya menutup hidungnya dengan punggung tangannya.

“Frey jangan nangis.” Adam mengangkat tangan menyentuh wajah Freya yang seketika tertegun karena sentuhan lembutnya. “Gue minta maaf. Kalau gue bikin lo sedih dan lo sakit hati karena kejadian tadi, gue minta maaf. Tapi please percaya sama gue, gue sama Gwen udah gak ada hubungan apa-apa.”

Freya terdiam. Terbuai dengan perkataan dan sentuhan lembut Adam pada kedua pipinya. Riak dimatanya kian menjadi, ketika perasaannya semakin tak terkontrol ketika Adam bersikap demikian lembut padanya. Gadis itupun menepis kedua tangan Adam kasar. “Jangan kayak gini Dam! Tolonggg..” lirihnya dengan kepala yang perlahan tertunduk.

Adam agak bingung. Bukan karena Freya menepis tangannya. Tetapi karena ucapan gadis itu.

“Kalau lo terus kayak gini, gue gak bisa nahan perasaan gue!” Freya mengatakannya dengan kepala tertunduk. Tak berani menatap Adam.

Sementara Adam sudah tercengang ketika kepalanya mencoba mencerna perkataan Freya. “Ma-maksud lo Frey?”

Freya lalu mendongakkan kepalanya, dan dengan air mata yang berjatuhan dia berkata dengan parau diantara suara rintik hujan, “Gue suka sama lo, gue sayang sama lo, gue cinta sama lo! Jadi plis jangan berhenti ngebuat gue lebih jatuh lagi, kalau pada akhirnya lo bakal campakin gue!”

Adam tertegun tak mampu mengucapkan apapun. Pengakuan Freya seolah menohok perasaannya sampai dia tidak tahu harus merespon bagaimana. “A-apa?”

Ketika Adam tertegun, Freya berbalik hendak melarikan diri setelah memberikan pengakuan. Tapi Adam tentu tidak akan membiarkannya pergi semudah itu.

“Frey tunggu! Apa maksud lo?!” Adam mencegat tangan gadis itu.

“Apa masih kurang jelas?”

“Frey lo- gak mungkin-“

“Kalau lo gak mau percaya terserah! Gue gak perduli! Tapi biarin gue pergi! Lepasin gue!” Freya menangis. Dia terus bersusah payah melepaskan tangan Adam yang menggenggam erat pergelangan tangannya. Namun ketika Adam tiba-tiba menarik tubuhnya dan memeluknya erat, rontaan Freya terhenti. Dia diam tak berkutik dengan kedua mata membulat lebar ketika Adam mendekapnya dalam pelukannya.

Freya tak bisa memikirkan apa makna dari pelukan yang sedang berlangsung itu. Otaknya benar-benar blank ketika Adam memeluknya seperti itu. Ini pelukan pertama mereka. Maksudnya, pertama kalinya Adam memeluknya. Memeluk Freya dibawah hujan.

Beberapa detik kemudian, Adam melepaskan pelukan itu. tetapi dia tidak melepaskan tangannya yang melingkar dipinggang Freya. Dia tetap membiarkannya pada posisi itu. Lalu tanpa sepatah kata apapun terucap, dengan menatap mata Freya yang kini juga tengah menatapnya, Adam kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Freya. Membuat Freya membelalakkan mata, ketika sadar apa yang hendak Adam lakukan padanya. Dan sebelum Adam benar-benar melakukan hal itu padanya, Freya buru-buru mendorong tubuh Adam lalu melayangkan sebuah tamparan pada pipi pemuda itu.

Plak!

Dengan keras Freya menampar Adam. Membuat Adam merasakan panas di pipinya meski basah karena air hujan.

"Brengsek!" Gumam Freya marah.

Adam terdiam menatapnya. Bingung. Seperti orang linglung. "Brengsek?"

"Jangan main main sama gue Dam! Hanya karena gue suka lo, bukan berarti lo bisa nyium gue sembarangan!"

Lihat selengkapnya