Teman Kontrak

Wardatul Jannah
Chapter #1

PROLOG

Sudah dua hari ini Dzakira mencari pekerjaan sana-sini. Sore ini pun berakhir sama seperti kemarin. Orang yang sudah berijazah SMA saja sukar mencari pekerjaan, apalagi dirinya yang mulai besok duduk di bangku kelas sebelas SMA. Duduklah dia di sebuah kursi depan toko yang sudah tutup. Tatapan kosongnya mengarah pada jalan raya di mana kendaraan beralu-lalang. Tak ada senyum di wajah lesu itu. Hal itu mengundang perhatian seseorang yang tengah bersantai di kafe bagian outdoor, di seberang jalan sana tepatnya. Dzakira menghela napasnya, tidak berniat untuk beranjak pulang sebelum menemukan apa yang dia cari. Hingga kedatangan seorang cowok membuatnya tersentak kaget, karena terlalu tiba-tiba. Cowok itu, seseorang yang tadi memperhatikannya dari seberang sana, tanpa sepengetahuannya.

Kedua tangan cowok itu tenggelam dalam celana bahannya. Bibir tebal cowok itu menyunggingkan senyum untuk cewek yang duduk di hadapannya itu. Yang pasti, itu bukan sebuah senyum yang menyenangkan. Karena dibalik senyum itu ada maksud lain. Maksud yang hanya terdengar menyenangkan bagi si cowok itu sendiri. Tidak untuk si cewek.

Dzakira merasa aura tak enak kala memandang cowok yang ada di hadapannya itu. Cowok itu bertubuh jangkung, hidungnya mancung, bibirnya tebal, dan bola matanya hitam pekat. Tampan, tapi menyeramkan. Rambutnya gondrong, seperti preman. Dzakira tidak ingin tertipu dengan tampang cowok itu. Siapa tahu kalau dibalik wajah tampan itu ada hal-hal yang berbahaya. Apalagi senyum cowok itu terlihat ada maksud lain. Sebelum terlambat, Dzakira harus menjauh dari cowok itu. Oleh sebab itu, dia bangkit berdiri dan hendak berlari. Namun, sia-sia tatkala tangan kukuh cowok itu berhasil menghentikannya.

‘’Gue bukan orang jahat,’’ ujar cowok itu. Dia sadar dengan gelagat ketakutan dari cewek yang dia tahan langkahnya itu.

Dzakira menepis tangan kukuh cowok itu dari lengannya. Lalu mulai mengeluarkan tuduhannya. ‘’Pasti lo mau culik gue, kan? Zaman sekarang tidak boleh mudah percaya pada orang yang tidak dikenal. Bisa saja lo itu sebenarnya orang jahat."

Cowok itu terkekeh mendengar tuduhan yang ditujukan padanya itu. Tangannya terulur untuk berjabat tangan. ‘’Gue Archer Putra Akando. You can call me Archer. Dan gue, orang baik.’’

Tanpa menerima uluran tangan Archer, Dzakira menatap Archer curiga. Dia harus berhati-hati. Bagaimana kalau ternyata Archer adalah tukang hipnotis? 

‘’Lo masih gak percaya kalo gue orang baik?’’ Archer mengeluarkan dompetnya dari saku celananya. Lalu mengambil KTP miliknya untuk dia perlihatkan pada Dzakira. 

‘’KTP tidak menjamin seseorang itu baik,’’ balas Dzakira.

Lihat selengkapnya