"Pertama, harus menjadi teman yang setia. Kedua, menjadi teman yang setia. Ketiga, tetap setia. Keempat, tidak boleh mengakhiri kontrak sebelum masa kontrak habis. Dan terakhir, apabila melanggar perjanjian maka akan mengembalikan gaji dua kali lipat." Dzakira membaca perjanjian kontrak antara dirinya dan Archer. Saat ini dia dan Archer menempati salah satu meja di kantin yang mulai sepi itu.
Dzakira sempat berpikir kalau Archer menipunya. Pasalnya, kala Dzakira bertanya—via pesan—bagaimana kelanjutan tawaran cowok itu, selalu dibalas dengan kata "tunggu". Dan hari ini, tepatnya seminggu sejak pertemuannya dengan Archer. Dzakira dikejutkan dengan Archer yang mulai hari ini resmi menjadi siswa baru di sekolahnya sekaligus menjadi kakak kelasnya. Awalnya dia tidak mengenali Archer karena rambut cowok itu tak lagi gondrong. Rambut Archer kini lebih rapi setelah dipangkas, he looks like a nice guy.
"Cepetan tanda tangan!" seru Archer membuyarkan lamunannya Dzakira.
"Bentar, gajinya berapa?" tanya Dzakira memastikan.
"Terserah lo."
"Bagaimana kalo sepuluh juta?" tawar Dzakira ragu-ragu. Menurutnya nilai nominal yang dia tawarkan terlampau banyak mengingat pekerjaannya hanya menjadi teman Archer. Namun, itulah nominal yang harus segera dia lunasi ke si penagih utang.
"Deal," balas Archer setuju. Sepuluh juta baginya bukanlah jumlah yang terlalu besar. "Kontrak ini hanya berlaku selama dua bulan sejak besok. Kalo lo betah, lo bisa perpanjang kontrak. Oh iya, lo belum tanda tangan kontrak."
"Iya, segera gue laksanakan!" seru Dzakira semangat. Dia pun menandatangani surat bermaterai itu tanpa menaruh curiga sedikit pun. Bahkan senyum licik kembali terbit di wajah Archer, dia tak sadar.
"Nanti kirim nomor rekening lo. Langsung gue transfer uangnya."