Bibir tipis Dzakira tertarik, membentuk senyum. Sebab mendapat pesan dari Archer, bahwa uang sudah ditransfer ke rekeningnya. Dia yang tadinya bersandar di kepala tempat tidurnya pun bangkit berdiri. Bergegas menemui ibunya di ruang tengah, sedang menjahit.
Linda, ibunya Dzakira, memang seorang penjahit rumahan. Ruang tengah, tak ada sofa, di sisi kanan ada televisi dan sisi kiri ada mesin jahit serta perlengkapan jahit. Sofa usang ada di ruang tamu. Ruang tengah adalah ruang yang paling banyak dilalui, pintu kamar Dzakira dan Linda yang bersebelahan ada di sana.
Sekilas Dzakira menatap Fatih, adik laki-lakinya yang duduk di bangku kelas 2 SD, sedang menonton televisi.
Menyadari kedatangan Dzakira, Linda menghentikan aktivitasnya. Menatap ke arah putrinya itu dengan raut wajah heran. "Kenapa, Nak?"
Penuh semangat dia menjawab, "Dza udah punya uang untuk lunasi utang. Kapan mau Ibu tarik?"
"Kamu dapat uang dari mana? Kamu gak mungkin kerja, kan?" Linda bertanya, penuh selidik.
Dzakira tampak sangsi, apa sebaiknya dia berterus terang saja pada Linda dari mana dia mendapatkan uang itu?
"Dari mana, Nak?" Linda bertanya lagi karena Dzakira tak kunjung menjawab.
"Itu," Dzakira menggaruk rambutnya yang sama sekali tidak gatal, "ada seseorang yang memberinya pada Dza. Karena Dza jadi temannya."