Teman Lamaku

Yaraa
Chapter #4

4. Menyendiri

Tidak banyak murid yang datang karena masih pagi. Namanya pertama kali masuk sekolah pasti rasa canggung menyelimuti. Sesampainya dikelas, Mita benar-benar menjadi murid pertama datang bahkan Nila belum juga muncul membuat Mita sendirian menunggu.

Hanya ada sosok Pak Jali sebagai petugas kebersihan sibuk menyapu halaman depan. Dia begitu telaten membersihkan dedaunan yang jatuh menggunakan sapu lidi lalu dikumpulkan setelahnya dibawa ke dalam tong sampah sesuai jenisnya. Mita yang selesai menyimpan tas dan duduk di teras kelas sedikit kebingungan dengan tulisan organik dan non-organik pada tempat sampah itu. Setiap kelas memiliki dua tempat sampah dan Mita belum mengetahui apa arti kata juga fungsinya.

Nanti setelah bel masuk, Mita akan coba bertanya pada Bu guru di kelas supaya sampah yang dilihat atau sengaja dibuang dimasukan dengan benar. Mita yang bosan akhirnya masuk lagi ke dalam kelas setelah melepas sepatu yang diletakkan di tempat khusus rak. Hanya ada sepatunya dan membuatnya terdiam cukup lama. Dia memperhatikan rak itu memiliki tiga tingkat terbuat dari kayu yang kokoh tak seperti rak sepatu plastik dirumahnya mudah goyah karena kelebihan muatan.

"Kamu cepat banget datangnya?" tanya seseorang tersenyum ceria sambil membetulkan resleting tasnya yang terbuka.

Wajah kebingungan tercetak jelas di wajah polos Mita ketika teman satu kelasnya datang. Seorang anak perempuan mengenakan tas pink juga sepatu senada membuat Mita speechless begitu melihatnya.

"Ih aku mau juga nyimpen sepatu tapi di rak paling atas deh," putusnya lalu melenggang duduk dengan tenang ke bangkunya.

Begitu seterusnya sampai kelas sudah dipenuhi murid-murid baru SD Cendikia. Hari ini agak berbeda dengan pertama masuk karena beberapa dari mereka tidak lagi bersama orangtuanya namun ada satu dua murid cuma bisa dibujuk akhirnya si orang tua bisa pulang.

"Baris dulu yang rapi ya. Ayo semuanya!" ajak Bu Inoh mempersilahkan.

Ketika mendapatkan arahan tersebut, murid-murid kelas satu yang berjumlah 14 orang akhirnya membuat sebuah barisan. Lucunya karena baru pertama kali barisannya agak kacau namun ibu Inoh mengajarkan dengan sabar bagaimana caranya berbaris.

"Nah sekarang kukunya ibu mau periksa," lanjutnya memberi arahan.

Beberapa anak terlihat takut dan panik sebab kukunya belum dipotong juga yang kotor setelah bermain kemarin. Satu persatu diperiksa hingga dua murid ditegur setelahnya diperbolehkan masuk kelas. Ibu Inoh tak setega itu membiarkan muridnya ada diluar kelas. Solusinya dia dengan senang hati membantu memotongkan kuku murid itu dengan catatan, jika mau.

Pelajaran sedang berlangsung, Mita yang tadinya sibuk melihat papan tulis berisi angka satu mulai bosan. Dia pikir ada pelajaran lebih seru dari hari pertama tapi ternyata beberapa murid saja yang fokus belajar, sisanya teriak-teriak tidak jelas sampai berlarian sesuka hati membuat bu Inoh mengelus dada, sabar. Dia sudah tahu konsekuensi mengajar dikelas satu karena ini bukan pengalaman pertamanya.

Murid-murid terutama anak laki-laki sungguh sulit untuk diatur terutama anak dari guru kelas 5 bernama Pak Herman sangat terbaik dalam menguji kesabaran Bu Inoh.

Lihat selengkapnya