Pelajaran yang paling Lili sukai akhirnya dimulai. Mita yang asyik mencoret menggunakan pensil terdiam. Dia bingung mau membuat apa di kertas gambarnya sedangkan yang lain sangat semangat untuk menggambar.
Bu Inoh telah kembali lalu menjelaskan jika tema yang diangkat adalah menggambar sosok pahlawan yang seketika membuat Mita makin syok mendengarnya. Semua murid kelas 1 diperbolehkan keluar ruangan untuk melihat para tokoh pahlawan yang kebetulan dipajang di setiap sudut kelas. Tinggal pilih mau gambar sosok pahlawan siapa yang mereka inginkan.
Dari keluar Mita mengikuti Nila yang entah kenapa asyik memperhatikan berbagai pahlawan yang ditemui pada setiap sudut ruangan. Dia tak henti membaca deskripsi yang dijabarkan begitu juga Mita sama melakukannya hanya bedanya di dalam hati.
"Mau gambar pahlawan yang mana?" tanya Nila melirik Mita yang tak kunjung membuat gambar. Dia bingung tentang pilihan yang begitu banyak.
"Kamu mau yang mana?" Mita malah balik bertanya.
Keduanya belum bisa memutuskan apalagi Mita yang masih bingung bagaimana cara menggambar dengan kemiripan yang lumayan sedangkan disudut lain ada Lili yang sudah mulai menggambar begitu juga murid sisanya.
Tak berselang lama, kini Mita memutuskan untuk menggambar ibu R.A Kartini. Dia memperhatikan detail gambarnya kemudian mulai menggambar menggunakan pensil. Garis-garis yang dibentuk lalu dihapus sedikit jika kurang simetris. Dari bentuk bulat, lengkungan sampai aneka detail yang menurut Mita harus ditambahkan sangat dia perhatikan.
Mirip tidaknya terserah nanti karena ini dikerjakan dengan serius. Setelah selesai Mita duluan ke kelasnya lalu menyimpan gambarnya di kolong bangku sembari menunggu Nila yang entah sampai kapan selesainya padahal tadi Mita sempat melihatnya sudah setengah jadi.
Setelah mendapat instruksi agar dikumpulkan, semuanya menyimpan di meja depan. Bu Inoh pun memeriksa satu persatu hingga tertawa kecil melihat gambarnya. Memang tidak terlalu mirip tetapi usaha mereka membuktikan jika bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan pengerjaan.
Mendapat nilai 7 bukan masalah dan Mita memakluminya. Dia akan lebih baik lagi dalam menggambar suatu hari nanti karena sekarang gambarnya tidak terlalu bagus lagipula gambar ini mungkin akan jadi satu-satunya sebab Mita agaknya harus berpikir ulang jika melakukannya lagi untuk kedua kali.
Di sore hari bukannya siap-siap untuk pergi mengaji, Mita malah diajak bapak ke lapangan sepak bola. Disana sedang berlangsung pertandingan antar desa yang menjanjikan berbagai hadiah menarik untuk diraih.
Tadinya Mita menolak tetapi Rido menunggu jadi Mita pun ikut. Tempat sepak bola itu ternyata tepat di lapangan tempatnya nanti membangun rumah. Mita baru hapal setelah melihat luasnya lapangan kemudian tembok yang hampir roboh.