Teman Lamaku

Yaraa
Chapter #12

12.

Mita pulang sekitar jam tiga sore itupun karena ayah Nila yang berbaik hati mau mengantar. Sosok Ceri tidak meninggalkannya, dia memang pergi ke warung dan kembali lagi setelahnya. Tadinya Mita ingin pulang saja begitu selesai melihat-lihat namun ajakan Nila membuat Mita betah menjelajahi sudut pesantren.

"Kamu jadi murid pesantren ini sejak kapan?" Mita bertanya keberadaan Nila yang tak terduga.

"Nggak, aku cuma ngaji disini."

"Setiap hari?"

Nila mengangguk. "Iya dan kalau kamu mau ngaji kesini nanti bisa sebangku sama aku kayak di sekolah."

Percakapan itu terngiang di kepala Mita dan makin membuatnya bingung antara pesantren Al Waqi atau musholla yang biasanya tempat mengaji. Mita menarik selimutnya lalu memejamkan mata hingga pagi mulai mengganti gelapnya langit.

Mita telah memakai baju olahraga yang ditetapkan oleh sekolah. Baju training berwarna biru langit dengan tulisan SD Cendikia di bagian belakang serta sisi celananya. Ini penampilan Mita yang sangat beda dari biasanya karena dari rumah sudah memakai baju olahraga ketimbang seragam pada umumnya.

"Bu, aku mau berangkat!" pamit Mita menghampiri Lita.

"Mau sarapan dulu?" tawar Lita menenteng kotak makan pada Mita dan dibalas gelengan hingga akhirnya Mita berangkat dengan jalan kaki.

Disepanjang jalan seperti biasa ada saja orang-orang yang melakukan aktivitasnya seperti biasa hingga tak terasa sudah sampai di gerbang sekolahnya tanpa halangan apapun.

Tetapi, bukannya masuk dulu dia malah diam memperhatikan lapangan yang di depannya ada tiang untuk bendera merah putih. Mita pun mendekat pada tiang itu memperhatikan sebuah tali simpul diikat pada besi lainnya membuat Mita penasaran jika suatu hari mengibarkan bendera tetapi melihat murid-murid dan guru-guru yang hadir pasti rasanya tidak akan mudah melakukannya.

Mita lebih maju untuk merasakan ada di tempat posisi upacara. Dia mencoba semuanya selagi murid-murid SD Cendikia belum datang. Hanya satu dua orang itupun tak Mita kenal jadi tak mempermasalahkan apa yang Mita lakukan.

Bagaimana rasanya jika Mita menjadi panduan suara atau petugas lain? Ah, Mita jadi makin penasaran kemudian langkahnya melanjutkan ke dalam kelas.

Pelajaran olahraga kali ini diajarkan oleh guru laki-laki bernama Pak Ian. Pak Ian ini guru olahraga satu-satunya di SD Cendikia yang lumayan humoris sehingga anak-anak mudah tertawa mendengar ucapannya. Lari-lari di sekitar lapangan tak membuat anak-anak cepat lelah, yang ada dipenuhi canda tawa makin membuat suasana lebih seru.

Pak Ian meniup peluit panjang lalu Reo dan temannya mulai berlari jarak pendek yang kecepatannya diukur menggunakan stop watch. Tiba giliran Mita begitu peluit dibunyikan langsung berlari semampu yang dia bisa dan kembali ke awal untuk menghentikan laju penghitung waktu.

Selesai dengan pelajaran hari ini Pak Ian memperbolehkan murid-muridnya untuk istirahat. Mita yang kecapekan hanya meluruskan kakinya ditemani Nila yang sibuk mengipasi wajah dan bercucuran keringat.

Lihat selengkapnya