Suasana kelas sedang tidak kondusif karena beberapa murid terus saja berteriak hingga lari-lari karena Bu Inoh sedang tidak masuk kelas hari ini. Penggantinya belum juga muncul jadi kelas makin berisik padahal kelas satu dikenal dengan kelas yang tenang setelah ada Bu Inoh tapi kali ini entah apa yang sedang memasuki mereka.
Mita saja yang tadinya diam memilih memejamkan mata dengan buku ditimbun dikepalanya. Dia pusing mendengar suara yang tak kunjung berhenti sejak masuk kelas.
Gebrakan meja membuat Mita tersentak. Dia menoleh pada sumber suara yang pelakunya adalah Dion, dia tersenyum kemudian pergi begitu saja.
"Dia kenapa sih?" gumam Mita terheran.
Padahal Mita tak ada membuat masalah yang menyebabkan keributan tapi anak dari guru itu selalu memulai terlebih dahulu padahal jika mau berteman oke-oke saja Mita menerima.
Saat Mita mengeluarkan buku gambar dan Nila entah hilang kemana sosok anak itu kembali. Dia dengan sengaja mencoret buku gambar Mita dan membuat Mita kesal dibuatnya.
"Kamu kenapa Dion?"
Ditanya seperti itu reaksinya cuma tertawa lalu pergi begitu saja seolah pertanyaan Mita hanya angin lewat.
Mita menghela napas diganggu seperti ini adalah hal menyebalkan dalam hidupnya. Entah ada pikiran apa sampai Dion melakukan kejahilan pada Mita yang notabene teman sekelas lagipula jarang juga dia bicara namun Dion seolah menganggu dengan santainya.
"Nila kemana ya?" Mita celingak-celinguk mencari keberadaan Nila yang menghilang tanpa jejak. Dia ingin ikut juga tapi kemana perginya Nila kalau menyusul.
Daritadi bukannya kelas damai dan tenang malah semakin tak terkendali hingga guru dari kelas sebelah datang membuat si pelaku utama keributan kalang kabut untuk duduk di bangku.
"Apa kalian tidak ada kegiatan lain? Kenapa berisik sampai mengganggu kelas sebelah?" tanya si bapak dengan tegas memperhatikan seluruh murid yang nampak tenang setelah dia datang.
Tidak ada yang menjawab ucapan sang guru entah siapa namanya itu. Dia begitu marah tercetak dari guratan wajahnya dan tak mungkin membiarkan hal ini terus berlanjut.
"Kalau kalian bisa diam mungkin saya tidak akan datang kesini dan kenapa guru yang mengajar dikelas tidak kalian panggil?" tanyanya lagi.
Kembali hening tak ada suara satupun yang menyahut. Beberapa bangku kosong juga tak luput dari perhatian sang guru laki-laki itu.
"Benar-benar ya kalian ini," pak guru itu menggelengkan kepalanya, frustasi.
Pak guru itu pun pergi bukan pergi ke kelas sebelumnya tetapi ke ruang guru untuk menanyakan siapa guru yang harus mengajar di kelas 1 lagipula ketenangan kelas harus dinormalisasi daripada kacau mengganggu konsentrasi.
"Pasti kamu kan yang manggil guru tadi?" tuduh Dion menunjuk Mita yang bahkan diam saja di bangku.
Padahal tidak masuk akal menyalahkan orang yang tak melakukan apa-apa. Dion memang ingin mencari masalah dengan Mita dengan berkata seperti itu. Mita ingin sekali memberikan balasan namun itu bukan pribadinya.
Bahkan Mita daritadi diam malah disalahkan dan itu sangat tidak masuk akal. Mita duduk tenang di bangkunya lalu bisa-bisanya Dion menuduh guru itu datang adalah salah dari Mita. Satu kata yang ingin Mita katakan pada Dion adalah menyebalkan.
"Kamu bisa diam kan?" tanya Mita sebal.
"Bisa," sahut Dion menantang.
"Yasudah kembali ke bangku kamu jangan ganggu aku lagi," kata Mita mengusir.
Dion mendengkus sambil berlalu. Dia suka usil kepada semua murid terutama Mita entah apa sebabnya.
Akhirnya guru lain datang untuk mengajar. Walaupun beda guru pelajaran yang diajarkan sama saja membuat Mita makin percaya jika nilainya nanti akan bagus. Nilai akademik sangat dibutuhkan dalam rapot jangan sampai nilainya dibawah rata-rata yang ada Mita menyesal telah bersusah-payah dalam belajar selama ini.
Nila, Lili, Raya, Tia, dan Rona adalah nama anak perempuan dikelas Mita dan yang paling dekat hanya Nila dan Lili saja. Mungkin belum tidak tahu suatu hari bisa saja mereka mau berteman dengan Mita.