Malam itu, hujan deras mengguyur kota kecil, menciptakan suara gemuruh yang mengisi setiap sudut rumah Arya. Ia duduk di meja belajarnya, mencoba fokus pada tugas-tugas sekolah yang diberikan hari pertama. Namun pikirannya terus melayang.
Pemandangan Genta di kantin tadi siang masih mengganggunya. Bagaimana mungkin Genta bisa ada di sana? Arya sudah mencoba menepis pikiran itu, tetapi rasa tidak nyaman tetap merayap di benaknya.
“Ah, cuma kebetulan,” gumamnya pada diri sendiri, mencoba meyakinkan dirinya.
Namun, saat ia bangkit untuk mengambil buku dari rak, sesuatu membuatnya berhenti. Dari sudut matanya, ia merasa seperti ada gerakan di cermin di sudut kamarnya.
Arya menoleh perlahan. Cermin itu memantulkan bayangan kamar yang gelap, diterangi hanya oleh lampu meja yang redup. Tapi ada sesuatu yang tidak benar.
Bayangan di cermin itu… bergerak.
Arya mematung, napasnya tercekat. Ia tahu tidak ada orang lain di kamar itu selain dirinya. Namun di dalam cermin, ia melihat siluet seseorang berdiri di belakangnya.
Dengan panik, Arya menoleh ke belakang. Tidak ada apa-apa. Hanya ruangan kosong.
Arya kembali menatap cermin, dan kali ini, bayangan itu hilang. Ia menggelengkan kepala, mencoba menyadarkan dirinya.