Lorong panjang itu terasa seperti tak berujung, dindingnya dipenuhi dengan lumut basah dan bau tanah yang pengap. Langkah Laras mantap, sementara Arya mencoba menyeimbangkan pikirannya yang terus bertanya-tanya tentang semua hal—terutama tentang Genta.
“Arya, kamu baik-baik aja?” Laras menoleh, memastikan.
Arya mengangguk pelan. “Aku... hanya merasa semuanya terlalu cepat. Genta, gelang ini, makhluk-makhluk tadi… apa sebenarnya yang sedang terjadi?”
Laras memperlambat langkahnya. “Aku ngerti ini berat, tapi aku janji akan jelasin semuanya pelan-pelan. Cuma satu hal yang harus kamu tahu sekarang—gelang itu lebih dari sekadar pelindung.”
“Maksud kamu?” Arya mengangkat alisnya.
“Gelang itu bukan hanya untuk melindungimu dari serangan. Itu juga penghubung antara kamu dan... dia,” jawab Laras dengan nada penuh misteri.
“Dia? Maksudnya Genta?” Arya menatap Laras tajam, mencoba mencari jawaban di balik tatapannya yang tenang.
Laras tidak langsung menjawab. Ia memutar pisau kecilnya dengan jari, matanya terfokus ke depan. “Genta adalah bagian dari dunia mereka. Dunia yang selama ini tersembunyi dari kita.”
Arya merasa napasnya tercekat. Ia menghentikan langkahnya. “Tunggu, maksudmu Genta juga... setan?”
“Bukan setan dalam arti yang kamu bayangkan,” jawab Laras. “Tapi dia bukan manusia seperti kita. Dia ada di batas antara dunia kita dan dunia mereka. Itu kenapa dia bisa membantumu, tapi sekaligus... berbahaya.”
Arya menelan ludah. “Jadi, aku cuma alat buat dia? Itu maksud kamu?”
Laras menatap Arya dengan serius. “Aku nggak bilang begitu. Aku cuma bilang kamu harus hati-hati. Kadang, apa yang terlihat seperti niat baik sebenarnya bisa menyembunyikan sesuatu yang lebih gelap.”