Teman Tapi Setan

Titin Hartini
Chapter #9

Bab 9: Jejak Luka di Antara Kita

Di tengah keheningan malam, Arya terduduk di sudut ruangan, memandang gelang di pergelangan tangannya yang kini terasa semakin berat. Laras tertidur di seberang ruangan, pisau kecilnya masih tergenggam erat, seakan ia tak pernah benar-benar istirahat sepenuhnya. Sementara itu, suara Genta kembali terdengar, lembut namun tegas.

"Arya, aku tahu kamu bingung. Tapi kamu harus ingat satu hal: aku ada di sini untukmu."

Arya memejamkan matanya, mencoba meredam kegelisahan di dadanya. "Tapi kenapa Laras bilang kamu menyembunyikan sesuatu dariku? Apa yang sebenarnya terjadi, Genta?"

Hening sejenak, lalu suara itu menjawab dengan nada penuh penyesalan. "Dia benar. Aku memang menyimpan sesuatu darimu. Tapi itu bukan karena aku ingin membohongimu. Aku hanya... belum siap untuk kamu tahu semuanya."

Arya membuka matanya dan menatap ke arah gelang itu. "Aku nggak bisa terus begini, Genta. Aku butuh kejelasan. Siapa sebenarnya kamu? Dan apa hubungannya semua ini dengan aku?"

Genta tidak langsung menjawab. Namun, bayangan Arya di dinding tiba-tiba bergerak sendiri, menciptakan sosok samar. Arya tersentak, namun ia mengenali siluet itu—Genta, dengan senyum tipis dan tatapan yang penuh beban.

“Aku bukan musuhmu, Arya. Aku hanya seseorang yang mencoba menebus kesalahan,” ujar bayangan itu.

Arya mendekat, suara di hatinya mendesak untuk tahu lebih jauh. “Kesalahan apa? Dan kenapa aku yang harus terlibat?”

Bayangan itu mendekat, lalu duduk di samping Arya, meskipun tubuhnya tetap tidak sepenuhnya nyata. “Dulu, aku kehilangan seseorang yang aku cintai. Namanya Kinar. Dia adalah segalanya untukku. Tapi aku gagal melindunginya. Dan sekarang, aku melihat dia dalam dirimu.”

Arya merasa napasnya tercekat. "Jadi, aku cuma... pengganti buatmu?"

Genta menggeleng pelan. “Bukan begitu. Kamu dan Kinar berbeda. Tapi ada sesuatu dalam dirimu yang mengingatkanku pada dia—keberanianmu, tekadmu. Dan aku ingin memastikan apa yang terjadi padanya tidak terjadi padamu.”

Arya terdiam. Di satu sisi, ia merasa iba pada Genta. Tapi di sisi lain, ia merasa seperti pion dalam permainan yang tidak ia pahami.

“Lalu apa yang sebenarnya terjadi pada Kinar?” tanya Arya, suaranya hampir berbisik.

Lihat selengkapnya