Ruangan itu terasa semakin dingin seiring dengan bayangan-bayangan yang terus bergerak di dinding. Arya berdiri di tengah, menatap gelang di pergelangannya yang mulai berdenyut, seolah-olah hidup. Laras memandang Arya dengan cemas, sementara Kinar tetap diam, wajahnya penuh penyesalan.
“Jadi, aku hanya pengganti, ya?” Arya bertanya lirih, suaranya hampir tenggelam di antara suara bayangan-bayangan yang mengelilinginya. “Kamu dan Genta ingin aku melakukan sesuatu yang kalian tidak sanggup lakukan. Itu saja?”
Kinar mendekati Arya, namun berhenti saat melihat tatapan dinginnya. “Arya, ini bukan tentang menggantikan siapa pun. Kamu adalah kunci. Genta percaya padamu, dan aku...” Kinar menundukkan kepala. “Aku percaya kamu lebih kuat daripada yang kamu pikirkan.”
Arya menatapnya tajam. “Percaya? Bagaimana aku bisa percaya, kalau semua ini hanya membuatku semakin jauh dari hidupku yang normal? Dari keluargaku, dari segalanya?”
Laras melangkah mendekat, meletakkan tangan di bahu Arya. “Hei, kita sudah sejauh ini. Kalau Genta dan Kinar menyimpan sesuatu, kita harus memahaminya dulu, kan? Bukannya kabur begitu saja.”
Arya menggeleng frustrasi. “Aku bahkan nggak tahu siapa yang harus aku percaya. Laras, aku cuma ingin semuanya kembali seperti dulu.”
Di sudut ruangan, cahaya dari gelang itu semakin terang, menciptakan sebuah lingkaran bercahaya di lantai. Kinar mendekati lingkaran itu dengan langkah hati-hati. “Arya, ini adalah pintu menuju bagian terakhir dari kebenaran. Kalau kamu tidak ingin melanjutkan, kita bisa berhenti di sini.”
Arya mengamati lingkaran itu, jantungnya berdegup kencang. “Apa yang akan terjadi kalau aku masuk?”
Kinar menatapnya serius. “Kamu akan melihat apa yang sebenarnya terjadi pada Genta. Dan kamu harus memilih—membantu kami mengakhiri kutukan ini, atau meninggalkannya selamanya.”
Arya terdiam, memandang Laras seolah meminta dukungan. Laras mengangguk pelan. “Aku akan bersamamu, apa pun yang terjadi.”
Dengan berat hati, Arya melangkah maju, berdiri di dalam lingkaran cahaya itu. Gelang di pergelangannya mulai bersinar lebih terang, hingga ruangan di sekitarnya menghilang dalam kilauan putih.
Saat cahaya memudar, Arya, Laras, dan Kinar mendapati diri mereka berada di tempat yang aneh. Langit di atas mereka berwarna merah tua, dan di sekeliling mereka, tanah retak-retak dengan uap panas mengepul dari dalamnya.