Ruangan itu kembali sunyi setelah Kinar menghilang. Arya duduk bersandar di dinding, napasnya berat, matanya menatap kosong ke lantai. Laras berjongkok di depannya, wajahnya penuh kecemasan.
“Arya... kamu baik-baik saja?” Laras bertanya pelan.
Arya mengangguk, tetapi tubuhnya gemetar. Ia tahu jawabannya tidak sesederhana itu. Ada sesuatu di dalam dirinya yang hilang, sesuatu yang terasa kosong, meskipun ia tidak tahu pasti apa itu.
“Genta?” Arya bertanya, suaranya hampir tak terdengar. “Di mana Genta?”
Laras menoleh ke sekeliling ruangan, berharap menemukan sosok yang mereka cari. Namun yang terlihat hanya bayangan dinding yang membisu. Hanya suara kecil dari gelang Arya yang masih bersinar samar.
“Dia harusnya kembali... bukan?” Laras berkata, setengah pada Arya, setengah pada dirinya sendiri.
Tiba-tiba, gelang Arya mulai bersinar lagi, tetapi kali ini cahaya itu membentuk bayangan kecil di udara. Bayangan itu berubah menjadi Genta, berdiri di depan mereka dengan senyum tipis.
“Genta!” Arya hampir saja bangkit, tetapi tubuhnya lemah. Ia hanya mampu memandang temannya yang kini tampak lebih damai.