Alis mata Prof. Loya mulai berkerut, sambil menatap tulisan yang sudah beberapa halaman dia coret-coret dengan berbagai istilah. Dia sangat berharap penelitiannya segera selesai dan menghasilkan teknologi yang dapat mengakselerasi proses konversi sampah plastik menjadi energi. Sedang asyik merunut langkah penelitian yang telah dia lakukan, tiba-tiba saja Prof. Loya merasa dia tidak sendiri di malam yang sepi di laboratoriumnya. Beberapa menit kemudian dia menepiskan pikiran tersebut dan menganggap karena dia merasa kesepian saja.
Saat asyik mengotak-ngatik hitungan pada logbooknya, kali ini jelas Prof. Loya mendengar suara langkah orang mendekat dari lorong di luar ruang kerjanya. Prof. Loya merasa sedikit tenang, Hm… pasti pak Redo, satpam yang suka keliling pada jam seperti sekarang ini untuk menyalakan lampu lorong dan mengecek semua kondisi aman. Biasanya pak Redo akan mengetuk pintu sambil langsung membuka pintu ruang kerja Loya.
Tiba-tiba saja belum sempat Prof. Loya menoleh dan menyapa Redo, terasa ada yang memukul kepalanya dari arah belakang dengan kerasnya. Tanpa ampun Prof. Loya terjerembab jatuh dari kursinya dan kepalanya terasa pusing.
Samar-samar dia mendengar dua orang berbicara satu sama lain.
“Ayo cepat cari…! Kamu tahu yang mana yang di maksud?”
“Sebentar, aku perlu waktu. Karena tampaknya strain yang dia miliki cukup banyak. Entah yang mana yang benar.”
“Jangan lupa bukunya juga harus kita ambil.”
Prof. Loya berupaya untuk bangun dan mencegah kedua orang itu mencuri hasil karyanya, namun baru saja dia berupaya bangkit dengan menyangga badannya oleh kedua tangannya di lantai, kembali ada yang memukul kepalanya. Kali ini lebih keras. Dengan usianya yang tidak lagi muda, tidak ada yang bisa dia lakukan. Dengan mudah lawannya menaklukkannya. Kepalanya makin terasa berat dan pandangannya menjadi gelap.
Prof. Loya pun jatuh pingsan.