Tempat paling aman

Ris Aruni
Chapter #6

Curiga

Enam bulan berlalu….

“Lenor! Tolong buang sampah dari dapur ya,” teriak Pak Tono dari garasi yang berbatasan dengan dapur.

Hari Sabtu terkadang kalau tidak ada acara keluar, keluarga Tono biasanya menyempatkan waktu untuk beres-beres rumah. Apalagi sejak pemakaman Prof. Loya, semua terlalu terpaku, cemas menunggu kabar keberadaan kakek Lonar tersebut. Sulit bagi Rosa untuk menerima bahwa ayahnya sudah tidak ada di dunia ini. Juga bagi Lenor, yang sejak kecil sering di antar ketika harus ikut ektra kulikuler atau latihan taekwondo dan lain-lain. Namun menurut agen kepolisian Anto, tidak ada tanda-tanda kakek Lenor masih hidup. Semua penyelidikan buntu, walaupun kasus kebakaran belum ditutup.

“Baik Ayah, Lenor nanti buang,” jawab Lenor tanpa mengalihkan matanya dari layer komputer di depan dirinya.

“Sekarang, Lenor! Ayah tahu kamu sedang main game. Ayo berhenti. Hari ini kita beres-beres rumah,” lanjut pak Tono tegas.

Mendengar teriakan suaminya, ibu Lenor masuk ke kamar Lenor dan ikut menegur dengan lembut,” Ayo Lenor, dengarkan apa yang ayahmu minta.”

“Mana mang Dodo tukang kebun sudah sebulan ini absen. Jadi rumput di halaman harus dipotong oleh ayahmu. Sebaiknya Lenor bantu Ayah potong rumput juga, supaya cepat selesai.”

“Yah, jadi berlanjut dong kerjanya,” jawab Lenor sambil mulai mematikan komputernya karena dia tahu bisa seharian waktu digunakan untuk membantu ayahnya beres-beres.

“Kenapa sih mang Dodo sudah lama absen? Kan kasihan kalau setiap bulan Ayah yang harus melakukan potong rumput.” Lenor berdiri sambil bersungut-sungut.

“Ibu sudah kontak putrinya mang Dodo, katanya nanti ada yang datang menggantikan, namanya mang Dayat. Harusnya sih hari ini dia sudah mulai menggantikan mang Dodo,” jelas ibunya.

“Namun ayahmu sudah tidak sabar dari pagi ingin membereskan rumah ini. Ayo segera bantu ayahmu, nanti ibu buatkan kue waffle kesukaanmu,” bu Rosa sekali lagi membujuk Lenor.

***

Kurang lebih satu jam lamanya Lenor dan ayahnya memotong rumput di halaman depan. Ayah Lenor ysng memotong rumput menggunakan mesin, Lenor yang mengumpulkan sampah hasil potongan, dilanjutkan dengan menyiram halaman. Sementara kakaknya, Lita, juga membantu menyiram semua jenis tanaman hias kesukaan ibunya, dan beberapa tanaman disiram menggunakan pupuk sambil mengorek-ngorek tanah dalam pot menggunakan sekop kecil dengan tujuan untuk menggemburkan.

Sesekali Lenor sengaja menyasarkan semprotan airnya ke arah kakaknya sehingga terciprat air. Lita langsung menengok ke adiknya dengan tatapan tajam, namun Lenor berpura-pura tidak menyadarinya walaupun dalam hati dia tertawa.

“Lenor, apa-apaan kamu? Lihat jadi basah celanaku,” Lita protes ke adiknya.

“Oh maaf kakak yang baik hati, hamba tidak sengaja rupanya,” jawab Lenor pura-pura kaget.

“Aku tahu, pasti kamu sengaja,” sungut Lita apalagi ketika beberapa detik kemudian Lenor sudah mulai senyum-senyum.

“Selamat pagi,” tiba-tiba terdengar suara orang menyapa dari balik pagar. Mendengar itu ayah Lenor menghampiri orang tersebut.

“Lita, Lenor, kenalkan ini mang Ayat,” setelah beberapa menit mereka mengobrol di luar, ayah Lenor mengajak mang Ayat, tukang kebun baru pengganti mang Dodo.

Lihat selengkapnya