“Ayo tunjukkan posisi tegak seperti seorang ksatria!”
“Tunjukkan bahwa kamu bukan pria cengeng!” Baru saja Lenor menyelesaikan porsi latihan lari selama hampir 2 jam, pak Sagu telah menginstruksikan posisi berikutnya. Satu kali menggunakan alat tread mill dan 1 jam mengelilingi lapangan yang merupakan latihan fisik kecepatan, kelincahan dan kekuatan. Pada latihan terakhir ini Lenor kadang harus berjalan dengan langkah sependek mungkin mengatasi rintangan, kemudian berlari secara zig zag melewati penghalang yang di pasang saling berdekatan dan juga kemudian gerakan berloncat loncat melampaui rintangan yang terpasang di sekeliling ruang olah raga tersebut.
Kini pak Sagu sudah menyuruhnya memasang ancang-ancang. Suaranya lantang terdengar juga akibat dibantu dengan struktur bangunan aula yang luas dan kosong. Lenor paham kalau pak Sagu sudah menginstruksikan seperti itu, berarti dia harus segera siap-siap untuk berlatih melawan gurunya. Masih terengah-engah Lenor berupaya memposisikan dirinya dalam keadaan siap. Badan tegak menghadap searah dengan arah telapak kaki. Pandangan di arahkan sedikit ke kanan. Tangan kirinya membentuk siku . sembilan puluh derajat di mana kepalan tangannya diposisikan tepat di depan perutnya dan menghadap ke arah kanan badannya. Sementara tangan kanannya lurus kearah bawah membentuk sekitar sepuluh derajat dari posisi berdirinya yang tegak, sejajar dengan kaki kanannya. Lenor mencoba untuk berkonsentrasi.
Walaupun saat masih sekolah sebelumnya Lenor secara rutin berlatih lari dan taekwondo, namun menurut Lenor olahraga yang terberat adalah ketika berlatih dengan pak Sagu. Setiap pagi dan sore Lenor ditempa tanpa ampun, tanpa boleh mengeluh. Kadang muncul kekesalan Lenor dan dengan sengaja Lenor berhenti di tengah-tengah latihan larinya. Namun kemudian yang terjadi adalah pak Sagu akan menambah porsi latihannya. Dan upaya tersebut memang berhasil, Lenor kapok melakukannya dengan sengaja. Lenor hanya bisa mengumpat dalam hati, apalagi kalau melihat sementara dia latihan dengan keras, pak Sagu sendiri hanya berdiam di tengah lapangan, duduk di kursi yang ditariknya sendiri sambil mengotak ngatik gawainya. Memikirkan itu setiap hari, kebencian Lenor makin bertambah, mengingat dia sendiri tidak diperbolehkan memiliki gawainya sendiri.
Siang hari saat makan siang, kesempatan bagi Lenor untuk bertemu dengan kakeknya.
“Kakek apa tidak ada pelatih lain selain pak Sagu?” Lenor membuka pertanyaan sambil membuka lunch box nya berbentuk kotak berwarna merah dan terbuat dari bahan melamin dan bergambarkan naga. Menu siang itu adalah Rolade, Ayam cah jamur dan perkedel kentang. Lenor makan cukup lahap setelah berlatih sejak pagi yang menguras habis energinya.
“Memangnya kenapa?” sejenak kakek Lenor berhenti menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.
“Ya Lenor hanya tidak suka saja gayanya melatih. Tidak melihat kondisi Lenor sedang fit atau tidak,” Lenor mulai mengeluh kepada kakeknya dengan harapan ada pengganti untuk pelatihnya.
“Lagian buat apa Lenor harus berlatih sekeras itu? Kalaupun ada yang mengincar, yang diincar kan kakek, bukan Lenor,” rasa bosan tinggal di tempat itu mulai dirasakan oleh Lenor. Ingin sekali dia segera kembali ke kehidupan normalnya.
“Hmm, kakek tidak bisa mengikuti kemauanmu. Pak Sagu itu menurut kakek sudah merupakan pelatih yang paling mumpuni di tempat ini,” kakek Lenor mencoba menyemangati cucunya.
Lenor hanya menunduk sambil menyantap makanannya. Terlihat wajahnya dengan raut muka kesal dan bibirnya cemberut. Lenor tidak bisa membayangkan kalau harus terus berlatih dengan pak Sagu dalam jangka waktu lama.
“Lalu-sampai kapan Lenor harus berlatih?” tanya Lenor masih dengan wajah tidak puas.
“Kakek tidak tahu, Nak. Sampai kapan…,” Kakek Lenor bisa memahami kekesalan cucunya. Pertanyaan yang tidak pernah bisa dijawabnya.
“Begini saja, Kakek coba ijin ke pak Sagu untuk melewatkan latihan mu siang ini,” tiba-tiba saja ide tersebut muncul dari kakek Loya.
“Lalu?” Lenor mulai mengangkat alisnya. Dia berharap akan di ajak menyelinap ke luar dan berjalan-jalan.
“Kakek akan ajak kamu ke laboratorium yang dipimpin oleh Dr Kiki. Dia ahli di bidang IT,” kakek Lenor merasa ide tersebut baik buat Lenor.