Tempat Terakhir Namamu Kucuri

Temu Sunyi
Chapter #4

Gubuk dan Muslihat




Hari itu hujan belum turun, tapi langit sudah abu-abu.

“Temui aku sebentar. Hanya bicara," pinta Dimas lewat pesan.

“Di gubuk belakang ladang ayahku, kau tahu tempatnya. Tak ada siapa-siapa.”

Dewi menolak. Berkali-kali. Tapi suara Dimas di telepon begitu meyakinkan.

“Aku cuma mau bicara, aku janji. Demi Allah, aku hanya ingin melihat matamu lebih lama.”

Dan ketika gadis itu akhirnya datang, dengan langkah kecil penuh ragu, Dimas merasa telah memenangkan dunia.

Gubuk itu sunyi, bau kayunya basah dan dingin, dan hanya ada satu tikar lusuh yang membentang di lantai tanah.

Dimas bicara tentang masa depan. Tentang menikah. Tentang rumah. Ia memeluk Dewi, dan meskipun gadis itu ingin melepaskan diri, tangannya terlalu lemah, dan janjinya terlalu berat.

“Setelah kau lulus, aku akan nikahi kau. Demi Allah, aku tidak main-main.”

Kalimat itu lebih tajam dari belati, lebih hangat dari pelukan.

Dan ketika semuanya pecah, ketika kepolosan itu direnggut oleh desakan dan nafsu yang dibungkus cinta, Dewi menangis diam-diam.

Tubuhnya diam, tapi jiwanya merintih. Dimas memeluknya, merasa benar, merasa telah mengikat sesuatu yang tak akan lepas.

Tapi ia lupa, luka pertama adalah luka yang paling dalam.

Lihat selengkapnya