Tempat Terakhir Namamu Kucuri

Temu Sunyi
Chapter #5

Kota yang Tak Menyembuhkan Apa-Apa



Kota menyambut Dimas bukan dengan pelukan, tapi dengan suara bising yang tak pernah berhenti—klakson yang menyayat telinga, lampu-lampu yang tak kenal malam, dan gedung-gedung yang menjulang seperti tembok penjara baru.

Ia tinggal di kamar kecil di lantai atas rumah kakaknya, tempat yang bahkan tak menyisakan jendela untuk melihat langit.

Kakaknya, Arif, lelaki teladan yang selalu tampak rapi dan tepat waktu, menjadi sosok ayah dalam bentuk lain.

Tidak berteriak, tapi dingin. Tidak memukul, tapi menusuk lewat diamnya. Setiap pagi, ada harapan diam-diam dalam tatapannya:

“Jadilah seperti aku.”

Dan setiap pagi pula, Dimas gagal memenuhinya.

Lihat selengkapnya