Tempat Terakhir Namamu Kucuri

Temu Sunyi
Chapter #8

Malam-Malam yang Menghapus Arah



Tak ada yang tahu bahwa Dimas diam-diam mulai menyimpan koin-koin kecil di balik kamarnya.

Bukan untuk membeli sepatu baru, bukan pula untuk membayar kursus. Ia menabung rindu.

Setiap sisa dari uang makan siang, setiap langkah yang ia percepat di tengah panas kota untuk mengantar berkas lebih banyak, adalah bentuk cintanya yang tak bisa ia akui bahkan pada dirinya sendiri.

Ia ingin pulang.

Bukan untuk membenarkan diri. Bukan pula untuk bertemu keluarganya.

Ia hanya ingin menatap wajah yang pernah ia tinggalkan tanpa pamit—Dewi. Sekali saja. Cukup sekali.

Bahkan kalau itu hanya untuk mendengar amarahnya, atau melihat tatapan benci dari mata yang dulu memanggilnya “sayang.”

Namun rahasia selalu punya cara sendiri untuk terbongkar.

Suatu malam, saat hendak keluar dengan dalih lembur, kakaknya menunggu di ambang pintu seperti bayangan gelap yang mencium niat.

 “Kau pikir aku bodoh, Dim?

Kau kira aku gak tahu arah langkahmu?

Lihat selengkapnya