Tempat Terakhir Namamu Kucuri

Temu Sunyi
Chapter #10

Pertemuan yang Tak Diminta, Tapi Dibutuhkan


Namanya Kyai Mahfudz. Ia tak banyak bicara. Tak bertanya.

Ia hanya mengajak Dimas duduk di mushala kecil yang remang dan hangat. Memberinya air. Menutup pintu tanpa kunci.

Dimas menangis malam itu. Bukan karena ia paham.

Tapi karena ia lelah menjadi makhluk yang hilang arah.

Ia menangis seperti anak kecil yang tersesat. Air matanya tumpah di lantai dingin mushala, dan entah bagaimana,

untuk pertama kalinya, ia merasa diampuni—walau tak ada satu pun yang mengucapkannya.

Kyai Mahfudz hanya duduk di sampingnya. Mendengarkan tanpa menyela.

Sesekali menepuk punggungnya pelan, seolah berkata:

“Luka itu tidak harus dijelaskan, Nak.

Cukup disembuhkan perlahan.”

Lihat selengkapnya