Malam itu, Dimas tak tidur. Ia duduk di pojok mushala dengan sajadah yang dulu diberikan Kyai.
Di hadapannya, lampu gantung berkedip pelan. Di dalam hatinya, nama yang sama kembali bergema.
“Dewi… kamu di mana?
Aku cari kamu sampai ke kota, ke pasar, ke stasiun, ke terminal…
tapi tak pernah kudapati kabar apapun tentangmu.”
Ia menarik napas dalam-dalam. Tapi napas itu seolah menusuk paru-paru dengan sesal yang menahun.
“Kalau kamu bahagia… aku rela.