-- William --
Ini adalah kedua kalinya Kirana menghancurkan hidupku. Setelah meninggalkanku dan membuatku nyaris menjadi mayat hidup sepuluh tahun lalu. Kali ini ia kembali dan mengacaukan seluruh perasaanku lagi.
Aku tahu seharusnya aku bisa menahan diri. Karena sekarang aku telah memiliki Jessica dan Kayla, bertemu Kirana lagi akan membuat seluruh ketenangan ini kacau. Tapi menghindarinya juga sesulit menghindari gelombang ketika kau sudah berdiri di bibir pantai. Begitu sulit untuk menghindar, dan lebih mudah untuk membiarkan kakimu basah oleh gelombang itu.
Ya, aku masih mencintainya. Hingga detik ini pun, rasa cintaku padanya tetap seperti sepuluh tahun yang lalu. Karena itulah aku merasa bahkan menatap matanya saja terasa salah bagiku. Dan karena itu juga, aku tak mampu mengabaikan dirinya sekali lagi.
Seperti hari ini.
Aku memutar kemudiku memasuki parkiran Sea World. Hari ini Kayla dan para anak - anak di TK mengikuti tour ke Sea World. Dan jujur saja, satu - satunya alasan aku mau mengantar Kayla ke tempat ini hanyalah karena aku tahu, aku kemungkinan besar akan bertemu Kirana. Brengsek. Aku tahu. Tapi siapa yang tidak menjadi bodoh setelah mengenal cinta? Aku juga hanya bagian dari manusia biasa yang bisa berbuat salah.
Setelah mobilku terparkir manis di area parkiran. Aku bergegas turun dari mobil lalu membukakan pintu untuk gadis kecilku dan menuntunnya turun dari mobil.
"Gak ada yang ketinggalan kan, sayang?" Tanyaku pada Kayla
Kayla menoleh kebelakang dan segera menggeleng. "Gak ada pah" Katanya.
Aku mengambil alih tas besar berbentuk kepala beruang milik Kayla dan menyampirkannya ke bahuku. Kemudian menuntun gadis kecilku itu berjalan ke depan pintu masuk Sea World. Disana, para murid - murid TK bersama orang tuanya sudah berkumpul bersama. Termasuk Kirana dan putranya.
"Okay, anak - anak karena semuanya udah ngumpul..... Silahkan pamit ke orang tuanya, dan kita masuk." Kata sang pemandu dengan nada ceria
Kayla mendekat ke arahku. Aku segera menunduk untuk menyamakan tinggiku dengan putriku itu.
"Semuanya beneran udah lengkap kan?" Tanyaku seraya melepaskan tas beruang besar itu dan melihat isinya.
"Udah pahh!" Seru Kayla merebut tas itu.
Aku tertawa, "Then kiss me, sweetie."
Kayla menunduk dan mencium pipiku, lalu memelukku. Aku balas memeluknya erat. Sayangnya itu hanya berlangsung beberapa saat, beberapa detik kemudian Kayla melepas pelukannya dan dengan senyum cerianya ia melambai padaku dan melangkah masuk ke dalam barisan. Semua anak - anak kecil itu sekarang berkumpul menjadi satu dalam barisan panjang, mereka melambai sebentar pada para orang tuanya, lalu mereka berbalik dan mendengarkan instruksi pemandu mereka sepenuhnya.
Melihat itu, aku berjalan mendekati Kirana. Aku jelas merasakan pikiranku berkecamuk dalam setiap langkah yang kuambil. Tapi tentu saja aku tidak berpikir ketika aku melangkah ke arahnya. Karena jika aku berpikir sedikit saja, maka seluruh akal sehatku hanya akan berseru untuk menghentikan langkahku. Tapi bagaimanapun, cukup seorang Kirana saja sudah mampu membuatku mengabaikan seluruh dunia.
"Hai" Sapaku begitu berada disampingnya.
Kirana menoleh, mata hitamnya menatap langsung ke mataku, seketika membuatku lupa bahwa kini kami bukanlah kekasih lagi. Secara perlahan, senyum mengembang di bibirnya, senyum yang sudah sangat kuhapal akan mencapai matanya.
"Hai William" Balasnya dengan senyum lembut.
"Habis ini, kamu mau kemana?" Tanyaku langsung
"Mm, balik ke rumah." Jawabnya
"Wanna get lost with me?"
Kirana terdiam, matanya tertunduk, jelas ia tampak ragu. Tapi aku tidak berani memaksanya. Karena aku sendiri juga sama ragunya dengan dirinya. Hatiku berkecamuk antara berharap ia menolak dan menerima tawaranku ini.
"Kemana?" Tanyanya akhirnya
"Monas"Jawabku, "Lagian mereka bakal balik jam empat, daripada bolak balik mending kita manfaatin jalan - jalan." Aku menambahkan
Kirana tertawa, "Kenapa? Kenapa harus mengajakku jalan - jalan?" Tanyanya lagi
"Karena kita teman lama? Karena kita saat ini sedang disini? Karena kita berdua sedang free? Karena kita berdua sama - sama memanfaatkan waktu sebelum jam empat? Kamu bisa memilih salah satu alasan itu. "
Sialan, bahkan pikiran terdalamku saja tahu semua alasan itu adalah kebohongan.
"As an old friend. Okay."Katanya akhirnya
Aku tersenyum, dan berusaha setengah mati agar senyum itu tak terlalu menggambarkan kebahagiaanku.
"Pakai mobil aku aja, biar ada jaminan kamu bakal balik." Kataku berjalan lebih dulu
Kirana tak berkata apapun, ia hanya melangkah mengiringi langkahku dari belakang. Dan mendadak saja, semuanya terasa benar. Seakan tak ada Jessica, Kayla, Rio, mantan suami Kirana ataupun sepuluh tahun perpisahan yang ada diantara kami. Rasanya, kami seakan kembali berumur tujuh belas tahun. Rasanya, seakan ini bukanlah pelanggaran.
*
Seperti perkataanku, aku membawa Kirana menuju monas. Aku memarkirkan mobilku di parkiran, lalu aku dan Kirana berjalan ke loket tiket. Setelah mendapat tiket, kami berjalan masuk ke dalam monas.
Aku dan Kirana naik ke puncak monas. Tidak ada orang lain disini, karena memang saat ini sedang jam dan hari kerja. Pasti ada sedikit sekali orang di Jakarta yang tidak punya kerjaan dan memilih untuk berjalan - jalan ke puncak monas. Dan, mungkin saja memang tidak ada. Jadilah kami seakan menjadi pemilik puncak monas hari ini.
"Kamu ingat pertama kali kita kesini?" Tanyaku menatap Kirana.
Kirana tertawa, "Kita ngebolos!" Serunya. Untuk pertama kalinya aku melihat lagi senyum lepasnya yang seperti sewaktu kami remaja.
"Mm, gara - gara kamu telat bangun." Sahutku
Kirana mentapku dengan marah, tapi bibirnya mengembang tersenyum, "Kan gara - gara kamu gak bangunin aku!"