-- Jessica --
Aku duduk sendirian di sofa, saat ini William sedang di kamar kecil dan aku tengah memegang ponsel milik William. Tujuh tahun menikah dengannya, aku tak pernah mencurigainya sekalipun. Aku tak pernah bertanya padanya kemana dia pergi, siapa saja teman nongkrongnya, dan bahkan ponselnya sendiri saja aku tak pernah memeriksanya. Aku ingin memberikan kebebasan padanya, juga seluruh kepercayaanku.
Tapi hari ini, untuk pertama kalinya aku penasaran dengan ponsel William.
Tadi aku mendengar William berbicara di telepon dengan seseorang. Aku mendengarnya berbicara tentang keadaan Kayla, yang awalnya sama sekali tidak membuatku curiga. Tapi kemudian, William membahas hal lain dengan siapapun itu di ponselnya. Ia membahas keputusan. Keputusan yang terdengar seakan ia ingin meninggalkan Kayla--juga aku--agar bisa bersamanya.
Dan jika pembicaraannya hari itu disambungkan dengan keanehan William beberapa hari ini, maka semuanya menjadi jelas. Saat ini, William telah bertemu kembali dengan cinta masa lalunya itu, dan mereka membahas tentang pergi bersama.
Aku mengambil ponsel William, mencari daftar panggilan terakhir yang ada di kontak WhatsApp miliknya. Aku segera mengernyit. Orang terakhir yang ada di panggilannya adalah aku, dan itu lima jam yang lalu, saat aku mengabarkan kondisi Kayla padanya. Aku kemudian menggulirkan jempolku di layar ponsel tersebut, dan tak ada menemukan apapun yang aneh. Tak ada kontak yang tak kukenal disana. Semuanya adalah panggilan dariku, temannya, ibunya dan juga asistennya. Hanya itu.
Kemudian, aku beralih ke panggilan biasa. Aku mengecek semua daftarnya. Benar saja, ada satu nomor yang belum disimpan disana. Aku menggulirkan jempolku menyusuri layar tersebut untuk menemukan panggilan dengan nomor yang sama. Tidak ada.
Bunyi klik terdengar dari pintu kamar kecil, dengan cepat aku menyalin nomor kontak tersebut di ponselku. Dan bergegas mengunci layar ponsel William lalu mengembalikannya ke meja.
"Kamu belum tidur?" Tanya William begitu keluar dari kamar kecil. Wajahnya tampak sembab.
"Belum ngantuk" Jawabku
William tersenyum hangat, "Kayla udah gak apa - apa. Tidur aja, aku yang jagain dia malam ini."
Aku tidak membantahnya, aku lebih memilih mengistirahatkan diriku di sofa empuk tersebut. Lalu diam - diam melihat ponselku lagi.
Nomor orang yang terakhir di telepon William masih tertulis di ponselku. Aku berniat menyimpannya, tapi anehnya kontaknya sudah tersimpan. Aku mengernyit ketika melihat atas nama siapa nomor itu kusimpan.
Nomor tersebut kusimpan atas nama Kirana.
Dan mendadak saja semuanya jelas bagiku.
Saat pergelangan tanganku retak karena kecelakaan kecil di lokasi syuting, William menjemputku bersama Pak Heru, ketika aku bertanya dimana Kayla dia bilang Kayla bersama Rio. Dan aku tahu, William juga berada dirumah Rio, menemui Kirana.
Lalu saat Kayla punya kegiatan di Sea World, aku sudah memutuskan agar Kayla diantar jemput supir, tapi William memilih untuk mengantarkan Kayla sendirian--hal yang dulunya paling ia benci. Itu karena, di Sea World juga ada Kirana bersama putranya. Itu juga alasan kenapa William memilih untuk tidak datang ke kantor hari itu. Dia ingin pergi bersama Kirana, menggunakan alibi 'mengantar Kayla'.
Dan kemudian, saat aku ingin mengajak Kirana hang out, dua berkata dia sakit. Dan siangnya, ketika William mendengar hal itu, ia segera pergi. Dan tak kembali sampai keesokan harinya.
Entah Kirana benar - benar sakit atau tidak malam itu, siapa perduli? Kenyataannya mereka sudah menghabiskan malam bersama. Dan hanya Tuhan yang tahu apa yang mereka lakukan di belakangku sepanjang malam itu.
Mendadak saja rasanya hatiku sakit sekali. Aku telah berjuang selama ini, aku telah menghancurkan karirku, aku telah bersusah payah menjadi ibu dan istri yang baik, aku telah merelakan kehidupanku hanya diisi kesunyian dalam rumah besar itu, aku telah merelakan seluruh kebiasaan yang membuatku senang dulu agar bisa menyesuaikan diri dengan kebiasaan William. Untuk apa? Hanya untuk penghianatan!
Pada akhirnya, William tak pernah bisa mencintaiku. Lebih buruk lagi, dia berniat meninggalkanku. Hanya karena ia bertemu lagi dengan cinta masa lalunya. Semudah itu! Apakah pengorbananku bahkan pernah ada artinya dalam hidup William?
Lalu untuk apa aku selama ini berusaha bertahan? Di rumah tangga yang selalu rapuh ini, aku selalu merekatkannya dengan perekat setiap harinya. Tapi dalam sekali pukulan, William menghancurkannya tanpa memperdulikan usahaku.