-- Jessica --
Aku kembali ke rumah sakit, disana sudah ada mertuaku sedang duduk disamping Kayla yang tengah tertidur lelap. Ah benar juga, mama kemarin menelpon akan datang, karena masalah Kirana tadi, aku jadi sepenuhnya melupakan kedatangannya.
"Mama? Kapan sampai?" Sapaku sambil segera menyalami ibu mertuaku itu.
"Satu jam yang lalu kayanya."
Aku tersenyum malu, "Aku ... uhm ... Aku ada urusan diluar bentar tadi, ma."
Mama tersenyum lembut, "Iya gak apa. Kamu sekarang sibuk gak?"
"Enggak ma...."
"Temenin mama ke cafetaria yuk? Mama belum ada makan nih." Ajak mama
Aku sekali lagi meringis, "Maaf ya ma, Jessica lupa mama datang. Tau gitu, Jessica bawain makanan kesukaan mama."
"Iya, gak apa sayang. Lagian mama juga mau ngomong sama kamu."
Aku mengernyit bingung, "Ngomong apa, ma?"
Mama mengambil tasnya, lalu segera berjalan menujuku, lalu menggamit tanganku. "Kita bahas disana aja." Kata mama dengan senyum lembutnya.
Tentu saja aku tak punya pilihan lain selain mengikutinya.
*
"Jessica, kamu dulu selalu penasaran sama gadis yang dicintai William dulu, bukan?" Tanya mama
Aku mengaduk minumanku dengan perasaan tidak enak, "Kenapa emangnya ma?" Tanyaku balik
Mama hanya tersenyum lalu membuka tasnya. Mama kemudian mengambil sejumlah foto dari tas tersebut, lalu menyerahkannya ke hadapanku. Jantungku berdebar keras dan perasaan marah segera menguasai perasaanku begitu aku melihat foto - foto tersebut. Ada banyak sekali foto yang menangkap momen William bersama cinta masa lalunya, Kirana.
Foto saat mereka masih seumur Kayla dan tersenyum bersama menghadap sebuah kue ulang tahun dengan lilin membentuk angka enam. Sejumlah foto mereka semasa kecil saat mengunjungi berbagai tempat wisata di Jakarta. Foto saat mereka menggunakan baju SD sambil tersenyum lebar, foto saat mereka mengenakan baju SMP, foto saat William memenangkan sejumlah lomba, foto mereka di depan motor pertama William, foto mereka memakai baju SMA, puluhan foto saat mereka SMA di berbagai tempat di Jakarta. Semua foto itu menjadi bukti nyata tentang betapa dekatnya William dan Kirana dulu.
Perasaan sakit hatiku semakin menjadi - jadi, perasaan itu mendorong hingga aku ingin meneteskan air mata. Dengan sekuat hati aku mencoba menahannya. Aku tidak mau terlihat konyol di depan mertuaku.
"Mama sudah tahu semuanya, kan?" Tanyaku sambil menatap mama tajam.
"Iya, William udah cerita sama mama."
Aku mendengus kasar, "Jadi sekarang mama mau minta aku pisah sama William? Dengan alasan klise biar William bisa bahagia?"
"Jessica...." Kata mama lembut seraya menggenggam tanganku. "Semenjak kamu menikah dengan William, mama sudah menganggap kamu sebagai putri mama sendiri. Mama gak pernah bedain kasih sayang antara kamu dan juga William."
"Lalu... Kenapa mama nunjukkin ini sekarang?"
"Mama hanya ingin memberi kalian bertiga saran. "