Sisa hari dalam minggu itu aku gunakan untuk mencari radio. Aku pergi ke toko barang elektronik bekas, lalu membeli radio tua menggunakan uang tabungan. Bukan radio yang bagus, tidak tahu juga mereknya apa, tapi karena masih berfungsi dan harganya cukup murah aku membelinya.
Sabtu malam berikutnya aku berbaring di atas ranjang sambil mendengarkan Melodi Nite. Kedengarannya memang klise, sebuah acara bernama Melodi Nite dipandu oleh seorang gadis bernama Melodi. Siaran berlangsung dari pukul sembilan sampai pukul dua belas. Setelah serangkaian pariwara yang menjemukan telinga dan musik pembuka selesai diputar, Melodi mulai menyapa para pendengarnya dengan suara yang renyah. Suaranya tak terdengar seperti gadis murung yang kutemui tempo hari.
Tak seperti siaran pada umumnya yang kerap memutar lagu-lagu populer, Melodi Nite lebih sering memutar lagu-lagu klasik yang lembut dan pilu, menenangkan malam dengan nuansa romansa yang suram. Tak hanya memutar lagu, Melodi juga sering membacakan pesan yang dikirim oleh pendengarnya. Isinya aneh-aneh, cenderung liar, dan kadang tak masuk akal. Karena itulah Melodi Nite terkadang disebut juga sebagai bualan larut malam.
Malam itu Melodi bertanya, “Kalian ingin menjadi apa seandainya bisa terlahir kembali?” Setelah jawaban terkumpul, Melodi mulai membaca pesan yang masuk satu persatu. Tentu saja hanya jawaban aneh dan tak masuk akal yang akan dibaca.
Aku ingin menjadi pohon. Kupikir menjadi pohon sangat menyenangkan. Berdiam diri di satu tempat, melihat orang-orang, menatap langit sepanjang hari, berfotosintesis, berbincang dengan burung. Kalau bisa terlahir kembali, aku ingin menjadi pohon yang tinggi dan besar
“Semoga dengan menjadi pohon hidupmu bisa lebih berguna," timpal Melodi.
Gara-gara pertanyaan itu aku berpikir. Kalau saja aku mati sekarang, rasanya aku ingin dilahirkan kembali menjadi seekor kucing, kucing rumahan lebih tepatnya. Menurutku kucing rumahan adalah makhluk paling bahagia di dunia. Bagaimana tidak? bisa bermalas-malasan seharian, tidak perlu khawatir akan kelaparan, juga tidak perlu khawatir akan masa depan. Lagipula, everybody wants to be a cat, bukan?
Melodi selalu membacakan pesan yang masuk dengan nada dan intonasi yang baik. Selain itu dia juga lincah dalam berkata-kata. Melodi bisa terdengar senang seolah-olah memang merasa senang, lalu sedetik kemudian terdengar sedih seakan-akan sedang mengalami musibah. Perubahan nada bicaranya terjadi dengan baik dan tampak natural.
Saat siaran sudah berlangsung setengahnya Melodi tiba-tiba bicara, “Malam ini ada yang spesial. Tadi siang, aku baru saja menerima sebuah surat. Jarang-jarang ada orang yang mengirim surat di zaman seperti ini. Aku membaca surat itu berkali-kali dan menangis, karena itulah aku rasa kalian juga harus mendengarnya. Surat ini bercerita tentang seorang gadis yang tinggal bersama laki-laki tua bernama Tuan Kafka.
Dan perlahan, Melodi mulai membaca surat itu.
***
Kalau aku memikirkan ingatan pertama dalam hidupku, jawaban yang muncul adalah ingatanku pada saat berumur tiga tahun. Tentu saja waktu itu aku tidak tahu kalau sedang berumur tiga tahun, tapi setelah beranjak dewasa aku yakin betul kalau kejadian itu terjadi di kisaran umurku yang ketiga.
Dan ingatan itu berlangsung selama tujuh detik, sekeras apapun mencoba aku tidak bisa mengingat satu detik sebelumnya ataupun satu detik setelahnya. Dalam tujuh detik itu, aku melihat diriku menabrak seorang anak perempuan menggunakan sepeda roda tiga. Aku tidak tahu kenapa aku melakukannya, mungkin tidak sengaja. Yang jelas, aku menabraknya hingga membuat anak perempuan itu jatuh dan menangis.