Tempurung Kaca

Panca Lotus
Chapter #5

Bab III - Pernahkah Kamu Memukul Seseorang?

Saat Panca menelepon aku sedang tiduran di atas ranjang sambil membaca Orang Aneh karya Albert Camus. Panca memintaku datang ke kedai teh malam nanti. Ada hal penting yang ingin dia ceritakan, katanya.

“Panca memintamu datang jam tujuh tapi dia sendiri masih sibuk bekerja,” cibir Arini.

“Biarkan saja, lagipula aku juga sedang senggang.”

“Kamu punya rokok?” tanya Arini, tapi saat teringat kalau aku tidak merokok dia langsung meralat ucapannya, "Ah, aku lupa kalau kamu tidak merokok. Sayang sekali." Setelah itu dia mengeluarkan sebungkus rokok dari dalam tas, mengetuk ujungnya beberapa kali, lalu memintaku untuk menyalakan api.

Arini adalah kekasih Panca, sekaligus pemilik Kedai Teh Gemawang. Mereka menjalin hubungan sejak tahun pertama kuliah. Wajahnya tidak terlalu cantik, tapi memiliki aura yang membuatnya enak dipandang. Kupikir dia tahu betul cara merawat diri. Kulitnya bersih, rambutnya juga bagus. Panjang, hitam, dan menyibak ke samping menutupi sebagian dahinya. Panca pernah bilang kalau dia menyukai bentuk dahi gadis itu. 

“Sudah lama di sini?” 

Arini berdeham beberapa kali, “Tidak,” katanya. “Tidak tahu. Tapi aku sudah habis lima batang rokok, dua gelas kamomil, satu piring kentang goreng, dan dua kali pergi ke kamar mandi. Bayangkan saja berapa lama waktu yang kuhabiskan untuk semua itu.”

“Tidak tahu.” 

“Pokoknya lama sekali. Dan Semua itu kulakukan sendirian. Panca dari tadi cuma sibuk melayani pelanggan. Untungnya kamu datang, jadi aku punya teman mengobrol.”

“Kalau tidak datang?”

“Pasti menyedihkan, aku seperti gadis linglung yang patah hati,” ujarnya lantas terkekeh. 

Aku menoleh sekilas ke arah Panca. Saat itu dia sedang sibuk berbicara dengan pelanggan sambil membuat pesanan orang-orang. Panca mengenakan kaos putih lengan panjang yang dibalut celemek berwarna krem. 

"Lihatlah, kalau sedang serius seperti itu dia terlihat seperti tukang teh betulan," celetuk Arini.

Aku mengangguk membenarkan perkataannya. Aku tidak tahu darimana dia belajar membuat teh, tapi teh buatannya betul-betul enak.

“Eh, ngomong-ngomong apa kamu tidak sibuk mengerjakan tugas kuliah? Kelihatannya akhir-akhir ini kamu sangat senggang,” Arini kembali bertanya.

“Tidak, semester ini aku mengambil lebih sedikit mata kuliah, jadi waktu luangku sangat banyak.”

“Waktu luang sebanyak itu tidak kamu gunakan mencari pacar?”

“Mana ada yang seperti itu!” sanggahku.

“Hmm ... padahal kalau kamu punya pacar pasti menyenangkan. Kita berempat bisa pergi bersama-sama dan melakukan banyak hal.”

“Seperti?”

“Macam-macam! Pergi ke pantai, pergi memancing, bermain ludo, menyewa villa, mengobrol sampai larut, banyak hal bisa dilakukan. Atau cuma duduk-duduk minum teh seperti ini juga bisa.”

“Kalau cuma itu sih kita bertiga juga bisa,” tukasku.

Lihat selengkapnya