Tempurung merah muda

Edi sandayu
Chapter #3

Yang tak di rencanakan

Tidak semua pertemuan harus dimulai dengan kalimat sapa.

Beberapa hadir begitu saja seperti hujan yang jatuh tanpa angin, seperti senyum yang lahir sebelum alasan. Kau datang saat aku tidak mencari siapa pun. Saat hatiku tenang, tapi kosong.

Kau hadir seperti matahari pagi yang malu-malu menembus celah jendela, hangat tapi tak menyilaukan. Aku masih ingat hari itu. Bukan tanggalnya, tapi rasanya. Rasa seperti saat pertama kali membuka jendela setelah sekian lama mengurung diri. Ada udara baru, ada aroma asing, tapi menyenangkan. Kau memakai warna-warna biasa. Tak ada yang istimewa dari penampilanmu.

Tapi entah kenapa, aku merasa seperti sedang menonton film yang sudah kutahu akhirnya, tapi tetap kutonton karena caramu berjalan membuatku ingin tahu tiap adegannya. Kita duduk berseberangan, dalam diam yang tidak canggung.

Dan di antara detik-detik yang perlahan, aku sadar, bahwa perasaan bisa tumbuh bahkan sebelum kita saling mengenal. Lucu ya, bagaimana dunia bekerja. Aku yang datang ke kota ini untuk menenangkan diri, justru bertemu seseorang yang diam-diam membuat hatiku tak tenang.

Lihat selengkapnya