Tempus Reverte

White Blossom
Chapter #2

002 - Yang Terungkap


*** 


Kegelapan selalu menjadi temanku setelah menyalurkan semuanya. Tubuh yang lelah, hati yang lemah berakhir tumbang menuju lelap. Hanya ada kesunyian hingga kesadaran kembali kepada tubuh.

Samar-samar, aku mendengar panggilan yang sudah lama hilang. Suara yang familiar, kehangatan yang dirindukan dan saat kedua mataku terbuka … wajah familiar itu memenuhi pandangan. Tangannya yang kokoh dan besar itu kembali mengusap puncak kepala, membuatku tersadar dari rasa terkejut yang datang.

“Anak ayah sudah bangun?”

Suaranya amat lembut disertai senyum tipis yang menghiasi wajah. Mata yang berada dibalik kacamata itu memandangku hangat membuat air mata mengalir tanpa bisa kucegah. Kedua tanganku reflek meraih tubuh tinggi tegapnya, memeluk erat kehangatan yang sudah lama aku rindukan.

Tangisku menggema membuat sosoknya bingung dan memilih mengusap punggung. Samar-samar aku bisa mendengar detak jantungnya, kehangatan yang mengelilingiku berhasil menghapus sosoknya yang terbaring kaku.

“Ada apa? Kamu sakit? Ayo kita pergi berobat.”

Aku menggeleng, sesekali tersedu. Sudah lama aku tidak menangis sekuat ini, rasanya batu berat yang terus menerus menghimpit dadaku menghilang. Bertemu dengannya adalah obat dari segala sakit. Ketidakhadirannya di dunia nyata jelas meninggalkan lubang kosong di dalam hati.

“Sudah-sudah. Lebih baik kamu cuci muka, sebentar lagi kita akan pergi.”

Aku mengusap sisa air mata yang masih turun lalu memandang sosoknya yang tersenyum. “Ke mana?”

Tidak ada jawaban. Sosoknya hanya tersenyum, lalu berjalan keluar ruangan. Aku segera bangkit untuk menyusul langkahnya, tetapi kemudian aku terhenti. Pantulan diri di cermin membuatku bergeming. Jemari tanganku bergerak menyentuh cermin, merasakan dinginnya kaca menelusup ke dalam kulit.

Itu adalah penampilanku 12 tahun yang lalu. Cerah dan penuh warna. Tidak ada kekhawatiran atau beban di sana. 

Tubuhku mungkin menyusut, tapi pikiranku tetaplah dewasa. Setiap inci luka itu masih terekam jelas oleh otak. Aku hanyalah orang dewasa yang terperangkap di tubuh remaja. Apa ini kesempatan dari semesta untukku? Apa doa-doaku terjawab?

“Sudah siap, Vrana?”

Lihat selengkapnya