Seminggu yang lalu, Zul menyampaikan surat dari Pemimpin Redaksi Majalah Mabrur kepada Sekretaris Dirjen Haji. Isinya adalah permohonan audiensi untuk memperkenalkan majalah tersebut kepada pejabat -pejabat tinggi pemerintah yang mengelola urusan haji. Surat ini dimaksudkan untuk membangun hubungan kerja sama dan silaturahmi, mengingat Kementerian Agama (Kemenag) adalah mitra strategis bagi Majalah Mabrur yang berfokus pada peliputan haji.
Permohonan audiensi ini disetujui, dan Zul bersama Pak Waluyo sebagai komisaris, Pak Asnawi sebagai pemimpin redaksi, dan Pak Sinaga, sebagai pemimpin usaha, dijadwalkan untuk bertemu langsung dengan Menteri Agama. Bagi Pak Waluyo, pertemuan ini adalah kesempatan penting untuk memperkenalkan majalah yang ia dirikan dan untuk menjalin komunikasi dengan Menteri Agama bersama jajarannya. Pertemuan tersebut menjadi momentum bersejarah bagi Majalah Mabrur untuk mendapatkan dukungan, terutama dalam liputan berita haji dan kontribusi pemerintah dalam mendukung operasional Majalah.
Setelah menunggu beberapa saat di ruang tamu, Zul dan tim Majalah dipersilakan masuk oleh sekretaris Menteri. Ternyata, baik Menteri Agama maupun Dirjen Haji sudah menunggu kedatangan mereka dengan penuh antusias. Kehangatan menyelimuti ruangan saat mereka menyambut kedatangan tim Majalah Mabrur. Pak Waluyo memulai pertemuan dengan menceritakan sejarah berdirinya majalah tersebut, serta rencana-rencana ke depan yang sudah dipersiapkan untuk mengembangkan majalah. Sementara itu, Pak Asnawi menjelaskan lebih lanjut mengenai isi majalah dan kebutuhan untuk peliputan berita yang lebih luas, terutama dalam hal pelayanan haji. Di sisi lain, Pak Sinaga yang dikenal dengan "otak bisnis" dari tim, membicarakan kemungkinan kerja sama dengan Kemenag, khususnya dalam hal kontribusi peerintah untuk kelangsungan hidup Majalah.
Pak Menteri Agama mendengarkan dengan seksama dan memberikan tanggapan positif. Beliau memberikan beberapa masukan berharga untuk perkembangan Majalah Mabrur ke depan. Dirjen Haji pun turut menyumbang pemikiran mengenai redaksi dalam membuat peliputan yang cerdas dan konstruktif yang akan membantu dalam meningkatkan pelayanan haji serta informasi kepada masyarakat luas. Setelah perbincangan inti selesai, Zul yang sejak tadi diam akhirnya ikut angkat bicara.
"Pak Menteri, Majalah Mabrur ini kan satu-satunya majalah yang khusus mengulas tentang haji. Rasanya tidak akan afdhol kalau kami tidak bisa melakukan peliputan langsung di tanah suci," kata Zul.
"Iya, Pak. Mungkin bisa dibantu agar kami dapat mengirimkan reporter ke tanah suci," tambah Pak Asnawi menimpali.
Pak Menteri tersenyum, lalu melirik ke arah Dirjen Haji.
"Iya ya, seharusnya majalah yang fokus pada haji memang perlu diikutsertakan. Silakan ajukan berkasnya untuk petugas media center, Pak Dirjen mohon dibantu, ya," kata Menteri Agama.
"Insyaallah kami akan menugaskan Zulfikar Pak , " ujar Pak Waluyo.
Pak Dirjen mengangguk setuju. Dalam hati, Zul merasa sangat lega dan bersyukur. Baginya, jika hal ini nanti dilancarkan akan menjadi pencapaian yang sangat besar dalam hidupnya. Meski belum resmi, ucapan Pak Menteri sudah seperti "lampu hijau" yang menunjukkan bahwa dia akan bertugas ke tanah suci. Langit cerah saat mereka keluar dari gedung Kemenag, seolah menyambut kemenangan kecil mereka hari itu.
***
Sebagai bentuk rasa syukur, Pak Waluyo mentraktir mereka makan siang di restoran Bakmi Menteng. Tak lupa, ia juga menyelipkan uang Rp 300 ribu ke saku Zul sebagai bentuk apresiasi atas kerja kerasnya. Zul senang, mengingat dompetnya saat itu hanya berisi beberapa lembar uang bergambar Pattimura yang membawa parang.
Setelah pertemuan itu, Zul segera mengurus persyaratan untuk menjadi petugas haji. Meskipun Kemenag adalah instansi pemerintah yang terkenal dengan birokrasinya, namun Zul tidak merasa kesulitan mengurus berkas-berkas yang diperlukan. Hanya dalam beberapa hari, ia sudah berhasil memasukkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan ke Subdit Petugas Haji untuk diproses.
Usai melakukan pemberkasan, Zul bertemu dengan Kohar di kantin Kemenag.
"Alhamdulillah kalau berkas sudah masuk, insyaallah kita bisa tugas bareng," ujar Kohar.
"Iya, haji itu panggilan, kita hanya berusaha," sahut Zul.
"Betul, namun tidak semua orang akan dipanggil kalau tidak ada niat dan usaha. Banyak orang mampu yang tidak berangkat haji karena tidak ada niat dan usaha untuk mendaftar," kata Kohar.