Temuiku di Surga

Dudun Parwanto
Chapter #5

Nasihat Sang Kakek

Siang yang amat panas. Saking teriknya sengatan matahari, laksana menyetrika seluruh tubuh. Musim panas di Indonesia biasanya 30-an derajat celsium, namun kadang kala bisa menembus 40 derajat celcius. Apalagi di Arab yang menurut informasi bisa mencapai 50 derajat. Sungguh menyiksa.

Zul sedikit lega, uang yang diberikan pada sang peramal telah dilupakan, semenjak ia mendapatkan kesempatan akan berkunjung ke tanah suci. Sebulan lagi Zul akan berangkat ke negeri para Nabi.

      Menjelang sholat Dhuhur, Zul pergi ke sebuah masjid yang indah, masjid Darussalam. Di situ Zul ingin menemui, Abu Wazir, imam Masjid yang juga kakeknya sendiri. Zul bermaksud menceritakan tentang penugasan dirinya menjadi petugas haji. Abu Wazir adalah seorang pembimbing haji yang setiap tahun berangkat haji dan mempunyai perusahaan biro perjalanan haji.

         Pria tua itu mengajak Zul ke ruang di samping masjid, dia menyodorkan segelas air putih. Zul meminumnya, rasanya berbeda, sangat menyegarkan tenggorokannya. Apalagi diminum di musim panas, sangat terasa segarnya.

”Itu air zam-zam diambil dari sumur Zam-zam di Mekah,” ucap lelaki tua berjanggut putih,

”Saya insyallah akan ke Mekah musim haji ini kek ...” Zul bicara lepas.

Oh ya syukurlah ......gimana ceritanya Zul? ” sang kakek penasaran.

         Zul lalu menceritakan asal muasalnya bisa mendapat anugerah panggilan haji sebagai petugas ke tanah suci.

”Itu namanya rezeki yang terduga dan itu bukan kebetulan, karena semua yang terjadi di alam ini adalah kehendak Nya” ujar sang kakek.

         Zul juga percaya bahwa di dunia ini tak ada yang namanya kebetulan. Sepertinya sang kakek mempunyai pemikiran yang sejalan dengannya.

”Dalam Al Qur'an dikatakan wa maa yataqillaha wayarzuqu min haisu laa yahtazib.... barang siapa yang bertakwa kepada Allah, maka ia akan diberi rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka.....” ujar Abu Wazir.

” Bagaimana kamu bisa mendapat laa yahtazib?” tanya kakek.

         Zul pun menceritakan pengalamannya, termasuk permasalahan pekerjaannya di kantor, keuangannya yang seret dan sebagainya.

”Ya, ada pepatah kuno mengatakan malam yang paling gelap adalah menjelang fajar, dan kamu sudah memasuki fajar itu. Namun kamu bisa memdapatkan waktu subuh lebih cepat.....”

”Maksudnya kek?” Zul kurang paham

”Intinya Allah menguji seseorang sesuai dengan kemampuan hambanya. Dan kamu sudah melewati ujian itu, nah Allah pun memberi anugerahnya. Namun jika kamu mau nikmat itu bertambah, maka akan Allah akan memberikan pahala yang berlipat ganda”

         Zul masih belum paham maksud kakeknya.

”Katanya kamu ada janji untuk membelikan Budi, keponakanmu baju, kenapa tidak kau tunaikan dulu janji itu..” ingat kakek.

Zul bingung. uang yang ada disakunya tinggal 300 ribu rupiah, sementara kebutuhannya ke depan untuk persiapan ke tanah suci masih banyak. Kalau dihitung, sebenarnya malah tidak cukup.

         Zul kaget karena ia belum mengutarakan pikirannya, namun kakek tua itu sudah bisa membaca isi hatinya.

”Aku tak bisa membaca hatimu, aku hanya melihat pertanda di wajahmu...”

”Pertanda apa Kek ” tanya Zul.

”Pertanda kamu tak punya uang heheh..”kakek itu tertawa lirih.

Zul malu. Tak lama kemudian Abu Wazir pamitan, karena ada undangan dari temannya. Namun sebelum pergi dia menanyakan kapan Zul berangkat ke tanah suci.

      Zul pun pulang. Di perjalanan teringat nasihat Abu Wazir untuk mendermakan uangnya. Kemudian ia mengecek saldonya di ATM. Tersisa Rp 300 ribu. Tanpa pikir panjang, ia mengirim saldo itu semuanya ke rekening kakaknya. Uang itu untuk membeli sepatu dan baju keponakannya. Sesaat kemudian Zul merasa lega, karena janjinya sudah ditepati. Meski ada sedikit kecemasan untuk menjalani hari-hari selanjutnya. Namun di sakunya masih ada uang untuk makan 3 hari ke depan.

****

         Beberapa hari kemudian, Zul bersama sekitar 400-an orang dari seluruh Indonesia mengikuti pelatihan petugas haji di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur. Petugas media center masuk dalam petugas haji non kloter yang akan bertugas selama dua bulan di Arab Saudi. Di samping petugas non kloter, ada petugas kloter, yakni petugas yang mendampingi kloter (kelompok terbang). Mereka berangkat dan kembali bersama jamaah kloternya.

Lihat selengkapnya