Temuiku di Surga

Dudun Parwanto
Chapter #8

Bidadari di Toko Roti

Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) non-kloter adalah petugas yang tidak secara langsung mendampingi jemaah dalam satu kelompok terbang (kloter) selama perjalanan haji. Mereka memiliki peran yang berbeda dari petugas kloter, tetapi tetap sangat penting dalam mendukung pelaksanaan haji, terutama dalam aspek operasional dan logistik. Berikut adalah penjelasan mengenai PPIH non-kloter:

PPIH non-kloter berperan di berbagai bidang yang berhubungan dengan penyelenggaraan haji di Arab Saudi maupun di Indonesia. Petugas PPIH ada yang bekerja sebagai administrasi di kantor pusat PPIH, baik di Mekah, Madinah, atau Jeddah, untuk mengelola dokumen, mengurus akomodasi, transportasi, hingga visa jemaah.

Selain itu PPIH juga sebagai pelayanan di Bandara. Mereka bertugas membantu kedatangan dan kepulangan jemaah di bandara, seperti memandu proses imigrasi dan pengangkutan barang. Ada juga Pelayanan Kesehatan. Petugas medis non-kloter bertugas di klinik kesehatan yang ditempatkan di Mekah, Madinah, atau tempat-tempat transit, memberikan layanan kesehatan bagi jemaah yang membutuhkan, termasuk mengelola ambulans dan rujukan ke rumah sakit setempat.

PPIH juga bertugas melakukan pengawasan akomodasi dan transportasi. PPIH non-kloter bertanggung jawab memastikan jemaah mendapat layanan akomodasi yang layak di Mekah, Madinah, dan Arafah. Mereka juga mengatur transportasi antar kota dan selama ibadah haji, termasuk saat wukuf di Arafah. Sebagian PPIH non-kloter bekerja sama dengan Kedutaan Besar atau Konsulat Jenderal Indonesia di Arab Saudi untuk menangani masalah konsuler, seperti kehilangan paspor, pengaduan jemaah, dan bantuan hukum jika diperlukan.

PPIH non-kloter biasanya ditempatkan di beberapa titik penting selama ibadah haji. Di Bandara Internasional Raja Abdulaziz di Jeddah atau Bandara Pangeran Mohammad bin Abdulaziz di Madinah, petugas non-kloter mengelola kedatangan dan kepulangan jemaah. Selain itu mereka juga berada di Mekah dan Madinah. Banyak petugas non-kloter yang bekerja di posko PPIH di dua kota suci ini, memberikan berbagai layanan termasuk bimbingan ibadah, kesehatan, hingga logistik. Pada musim Haji PPIH bertugas di Arafah, Mina, dan Muzdalifah. Selama fase puncak haji, mereka bertugas di tempat-tempat ini untuk memastikan kelancaran ibadah, distribusi makanan, serta pemenuhan fasilitas jemaah.

PPIH non-kloter bekerja di bawah koordinasi Kementerian Agama dan bekerja sama dengan otoritas setempat di Arab Saudi. Mereka juga berkoordinasi dengan petugas kloter yang mendampingi jemaah dalam setiap kloter, sehingga dapat menangani permasalahan yang muncul dan memastikan segala sesuatu berjalan lancar.

Beberapa jenis petugas non-kloter meliputi: Petugas kesehatan non-kloter yang bekerja di klinik kesehatan PPIH. Petugas transportasi yang mengatur kendaraan bagi jemaah selama pelaksanaan haji. Petugas bimbingan ibadah, yang memberi konsultasi dan membantu jemaah yang membutuhkan bimbingan dalam melaksanakan manasik haji. Petugas keamanan yang bertugas menjaga keamanan jemaah dan memberikan bantuan jika ada masalah keamanan. Petugas Media Center Haji (MCH) yang bertugas melakukan peliputan pada pelaksanaan ibadah haji.

Kehadiran PPIH non-kloter sangat membantu kelancaran haji, terutama dalam hal logistik, kesehatan, dan penyelesaian masalah-masalah yang mungkin dihadapi jemaah. Mereka berperan sebagai tulang punggung dalam operasional besar penyelenggaraan haji, mendukung keberhasilan pelaksanaan ibadah dari balik layar. Dengan demikian, PPIH non-kloter memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan setiap aspek perjalanan haji berjalan dengan lancar, meskipun mereka tidak mendampingi jemaah dalam kloter tertentu.

  Petugas haji non kloter ditempatkan di beberapa Daerah Kerja (daker) . Selepas umroh, petugas haji daker Mekah langsung menuju ke wisma haji Mekah, petugas daker Madinah menuju Madinah dan petugas daker Jeddah kembali ke Jeddah. Masing-masing daker dipimpin oleh Kepala Daker, biasanya setingkat pejabat eselon tiga di kementerian agama.

Pada pelaksanaan ibadah haji, daerah kerja merujuk pada lokasi-lokasi strategis di Arab Saudi yang menjadi pusat aktivitas petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) dan jemaah haji. Daerah-daerah kerja ini berfungsi untuk memfasilitasi layanan bagi jemaah, seperti administrasi, transportasi, kesehatan, dan bimbingan ibadah. Secara umum, daerah kerja pada pelaksanaan haji dibagi menjadi beberapa lokasi utama yang masing-masing memiliki peran penting dalam keseluruhan penyelenggaraan haji.

Daerah Kerja Jeddah meliputi Bandara Internasional Raja Abdulaziz (KAIA): Jeddah merupakan pintu masuk utama jemaah haji internasional yang tiba melalui udara. Di sini, PPIH memiliki tugas untuk membantu proses kedatangan, seperti imigrasi, pengangkutan bagasi, hingga memastikan jemaah diberangkatkan ke Mekah atau Madinah. Jeddah juga menjadi pusat logistik dan transportasi, di mana jemaah yang tiba di bandara akan diarahkan untuk perjalanan selanjutnya ke Mekah atau Madinah. Jeddah merupakan pusat layanan konsuler dan diplomatik, terutama untuk menangani masalah-masalah hukum atau administratif yang mungkin dihadapi jemaah.

Daerah Kerja Mekah meliputi Akomodasi Jemaah: Mekah adalah lokasi utama pelaksanaan ibadah haji, termasuk thawaf, sa’i, dan wukuf di Arafah. Di sini, PPIH bertugas mengelola akomodasi jemaah di hotel-hotel atau wisma yang telah disediakan. Petugas memberikan bimbingan manasik haji dan memastikan jemaah memahami tata cara ibadah dengan baik. Pos-pos kesehatan di Mekah disediakan untuk memberikan pelayanan medis bagi jemaah yang membutuhkan perawatan selama mereka berada di kota suci ini. Petugas PPIH juga mengatur transportasi untuk pergerakan jemaah dari Mekah menuju lokasi-lokasi penting seperti Arafah, Muzdalifah, dan Mina selama puncak ibadah haji.

Daerah Kerja Madinah meliputi Pelayanan di Masjid Nabawi: Madinah adalah kota kedua yang biasanya dikunjungi jemaah sebelum atau sesudah ibadah haji. Di sini, PPIH menyediakan layanan bimbingan ibadah, terutama terkait ziarah ke Masjid Nabawi dan tempat-tempat suci lainnya. Sama seperti di Mekah, PPIH di Madinah bertanggung jawab atas akomodasi dan kesehatan jemaah. Petugas memastikan jemaah tinggal di hotel yang layak dan mendapat akses layanan kesehatan jika diperlukan. PPIH juga mengelola transportasi jemaah dari Madinah ke Mekah, biasanya menggunakan bus yang sudah terorganisir dengan baik.

Daerah Kerja Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Pada hari wukuf, jemaah berkumpul di Arafah untuk melaksanakan rukun haji yang paling penting. Di sini, PPIH menyediakan layanan logistik, seperti distribusi makanan dan air, serta layanan kesehatan bagi jemaah yang membutuhkan.  Setelah meninggalkan Arafah, jemaah berhenti di Muzdalifah untuk bermalam. PPIH mengelola transportasi jemaah dari Arafah ke Muzdalifah dan memastikan kelancaran pergerakan massa. Mina adalah lokasi tempat jemaah melaksanakan ibadah lempar jumrah. PPIH bertugas di sini untuk memastikan jemaah mendapatkan layanan akomodasi (berupa tenda), makanan, serta bantuan kesehatan selama mereka berada di Mina. Logistik dan Keamanan: Di seluruh area Armuzna (Arafah, Muzdalifah, Mina), petugas juga bertanggung jawab untuk menjaga keamanan, mengelola arus transportasi, dan memastikan kebutuhan dasar jemaah terpenuhi.

Daerah Kerja Bandara meliputi ; Bandara Internasional Raja Abdulaziz, Jeddah: Selain melayani kedatangan, bandara ini juga menjadi tempat keberangkatan jemaah setelah menyelesaikan ibadah haji. Petugas PPIH di bandara memastikan proses kepulangan, seperti cek imigrasi, penanganan bagasi, dan penerbangan, berjalan dengan lancar. Bandara Pangeran Mohammad bin Abdulaziz, Madinah: Bandara ini melayani jemaah yang pulang langsung dari Madinah. PPIH bertugas membantu proses keberangkatan dan memastikan jemaah siap terbang kembali ke tanah air. Posko PPIH didirikan di setiap daerah kerja untuk menjadi pusat layanan dan informasi bagi jemaah. Petugas yang berada di posko ini berfungsi sebagai pusat koordinasi, pengaduan, dan tempat jemaah mencari bantuan jika mengalami masalah.

Daerah kerja dalam pelaksanaan haji meliputi berbagai lokasi strategis di Arab Saudi, seperti Jeddah, Mekah, Madinah, serta kawasan Armuzna (Arafah, Muzdalifah, Mina). Setiap daerah kerja memiliki fungsi spesifik untuk memastikan jemaah mendapatkan layanan yang optimal, mulai dari kedatangan hingga pelaksanaan dan kepulangan. PPIH bekerja di daerah-daerah ini untuk mendukung kelancaran dan keselamatan jemaah selama menunaikan ibadah haji.

*** 

Wisma haji Indonesia Jeddah, disitulah tempat tinggal mereka selama bertugas di Jeddah. Letaknya di Madinah Street. Wisma berlantai delapan ini fasilitasnya memadai. Kamar yang ditempati untuk enam orang dengan tempat tidur bersusun. Petugas media center haji Jeddah yang berjumlah 13 orang menempati kamar di lantai tiga.

Sesuai jadwal, hari ini kloter pertama jamaah haji Indonesia tiba. Artinya, saatnya petugas haji menunaikan tugasnya melayani jamaah. Konsentrasi petugas Daker Jeddah saat keberangkatan jamaah haji adalah di bandara King Abdul Azis. Para petugas menggunakan sistem shift untuk menjaga kondisi tubuh. Apalagi di Arab Saudi perubahan iklimnya sangat ekstrim.

Hari itu, Zul, Kohar dan Bang Badrun mendapat giliran shift pertama dari pagi sampai sore. Tugas utama media center melakukan peliputan berita selama di Arab Saudi untuk dipublikasikan di situs informasihaji.com milik pemerintah dan di media masing-masing jurnalis. Untuk peliputan, mereka disediakan sebuah mobil dengan seorang driver yang bernama Syaiful. Dia seorang mukimin, orang Indonesia yang tinggal dan bekerja di Arab Saudi. Pria asli Madura ini tinggal bersama istrinya di Jeddah selama 5 tahun. Selain fasih berbahasa Arab, Syaiful juga hafal jalan-jalan di kotaJeddah.

”Kalau musim haji tiba, kebanyakan mukimin ingin menjadi petugas haji,” cerita Syaiful.

Menurutnya, para mukimin ada yang bekerja sebagai sopir, penerjemah, tukang masak dan sebagainya. Pengetahuan wilayah dan penguasaan bahasa Arab menjadi nilai tambah para mukimin.

 ”Kita diseleksi di Konjen, tidak semuanya lulus sih,” ujar Saiful seraya melaju mobilnya.

”Alasannya apa jadi petugas?” tanya Kohar.

”Ya karena fulus (uang), kalau kita bertugas di musim haji digaji tujuh puluh riyal per hari, kalau ada perjalanan dinas ke luar kota ada tambahan, ya minimal sebulan dapat 3000 riyal. Kalau sopir pribadi, gaji kita hanya seribu lima ratus riyal. Sementara biaya hidup di sini tinggi. Untuk kontrak rumah saya saja sebulan empat ratus riyal,” kata Syaiful.

Kohar langsung memencet kalkulator di hapenya, menghitung gaji Syaiful sebagai petugas haji.

"Lumayan ya kalau 1 riyal Rp 3.500 sebulan hampir Rp 11 jutaan ..." jelas Kohar.

"Wajarlah hidup di negeri orang segitu bang," sahut Syaful.

”Apa majikan mengijinkan?” tanya Zul.

”Tergantung majikannya, kalau pengertian dikasih cuti dua bulan. Kalau yang kaku ya nggak. Tapi ada juga yang nekat keluar dari pekerjaan, terutama yang gajinya kecil. Apalagi pembantu, gajinya hanya 1000 riyal, mendingan jadi juru masak untuk petugas haji,” jelasnya.

Oh ya sebentar lagi kita sudah masuk bandara. Di depan ada check point, tolong disiapkan kartu ID-nya,” Syaiful mengingatkan.

Lihat selengkapnya