Temuiku di Surga

Dudun Parwanto
Chapter #11

Profil Petugas Haji Teladan

Sore itu, Zul bertugas di Bandara Jeddah, tepatnya pada shift malam. Udara terasa dingin, membuat Zul sedikit menggigil. Angin kencang dari bandara semakin memperburuk keadaan, dan sayangnya, ia lupa membawa jaket tebal. Dengan Soleman sebagai teman tugas malam itu, Zul harus bertahan, meski tubuhnya mulai merasa lelah dan masuk angin. Kohar dan Badrun, yang bertugas di shift pagi, sudah berganti dan beristirahat.

Sebelum memulai tugasnya, Zul mendapatkan instruksi dari Mas Imam, supervisor mereka di Media Center Haji (MCH). Mas Imam meminta Zul untuk membuat profil dokter muda, Zalwa, yang merupakan satu-satunya dokter wanita dalam tim haji yang masih gadis yang bertugas di BKHI. Balai Kesehatan Haji Indonesia (BKHI) di Bandara King Abdulaziz, Jeddah, adalah fasilitas yang disediakan oleh Kementerian Kesehatan Indonesia untuk melayani jemaah haji Indonesia yang tiba di Arab Saudi. BKHI di Bandara King Abdulaziz dilengkapi dengan fasilitas medis dasar untuk memberikan perawatan kesehatan awal, termasuk obat-obatan, peralatan medis, dan ruang pemeriksaan.

BKHI menyediakan layanan kesehatan awal untuk jemaah haji yang tiba di Bandara King Abdulaziz. Ini termasuk pemeriksaan kesehatan, penanganan darurat, dan pengobatan untuk masalah kesehatan ringan atau gangguan kesehatan yang mungkin dialami selama perjalanan.

Petugas kesehatan di BKHI akan melakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan bahwa jemaah dalam kondisi baik dan dapat melanjutkan perjalanan ke Mekah atau Madinah. BKHI memberikan informasi dan edukasi kesehatan kepada jemaah mengenai cara menjaga kesehatan selama berada di Arab Saudi, termasuk tips pencegahan penyakit dan perawatan diri.

BKHI berkoordinasi dengan pihak berwenang lokal dan panitia penyelenggara haji di Arab Saudi untuk memastikan kelancaran layanan kesehatan dan penanganan masalah kesehatan yang mungkin muncul. Jika jemaah memerlukan perawatan medis lebih lanjut, BKHI akan merujuk mereka ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang lebih lengkap di Jeddah atau lokasi lain sesuai kebutuhan.

Zalwa dikenal ramah dan profesional, serta menjadi perhatian banyak petugas, terutama para pemuda yang belum menikah. Soleman, yang bertugas sebagai fotografer, menemani Zul ke tempat praktik Zalwa usai salat Isya. Suasana saat itu sepi, tidak ada pasien yang harus dilayani, sehingga mereka bisa berbincang dengan leluasa. Zalwa mengenakan pakaian berbeda dari petugas haji pada umumnya, yang biasanya mengenakan atasan dan bawahan putih. Ia memilih mengenakan baju putih dengan celana panjang hitam, tampak elegan dan profesional. Bidan Gayatri, rekannya, sibuk hilir mudik di sekitar mereka.

Tak lama setelah mereka memulai wawancara, Bidan Gayatri bergantian dengan Zalwa untuk shalat. Namun, sebelum meninggalkan ruangan, Bidan itu sempat mendengar sepotong pembicaraan Zul tentang mimpinya. Merasa penasaran, Bidan Gayatri mendekati Zul dan meminta penjelasan lebih lanjut.

Zul terpaksa menceritakan mimpinya, meski awalnya ia ragu.

"Hmmm, aku bisa memahami mimpimu," ucap Bidan Gayatri sambil tersenyum.

"Istana dan gadis cantik adalah simbol mimpi besar. Tapi aku yakin kamu akan menemukannya, asalkan kamu tidak bangun dari mimpi itu." saran bidan.

Zul tertegun mendengar nasihat itu. Kata-kata bidan ini mengingatkannya pada peramal yang pernah ia temui sebelumnya.

"Tetapi kamu harus banyak berkorban untuk meraih mimpi itu," lanjut Gayatri.

"Itu bukan mimpi yang mudah dicapai. Kamu akan menghadapi tantangan besar, dan hanya dengan kesabaran kamu bisa mencapainya."

Zul merasa mendapatkan semangat baru. Perkataan Bidan Gayatri memberinya dorongan untuk terus mengejar mimpinya, sesuatu yang berbeda dari saran kakek angkatnya yang sering mengusik dan meragukan mimpinya. Zul merasa lebih percaya diri untuk melanjutkan perjuangannya. Ia pun pamit untuk mengetik tulisan di kantor MCH di Bandara Jeddah.

***

Kehadiran dokter Zalwa tidak hanya memberikan warna baru di lingkungan tempat kerja, tapi juga menimbulkan perbincangan hangat di kalangan petugas haji, terutama di Wisma Haji Jeddah. Tak hanya kecantikan dan profesionalismenya yang menarik perhatian, tapi juga statusnya yang masih lajang membuatnya menjadi pusat perhatian, terutama di kalangan para pemuda yang masih bujang. Salah satu yang paling tertarik adalah Faizal, seorang mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Al-Azhar, Mesir yang menjadi temus.

Temus atau Tenaga Musiman adalah orang-orang yang direkrut untuk membantu penyelenggaraan haji di Arab Saudi selama musim haji. Tenaga Musiman ini biasanya terdiri dari mahasiswa Indonesia yang kuliah di luar negeri, terutama di negara-negara Timur Tengah seperti Mesir, serta dari pekerja atau masyarakat yang tinggal di Arab Saudi. Mahasiswa Indonesia yang kuliah di Mesir sering terlibat dalam peran ini karena kemampuan bahasa Arab dan pengetahuan mereka tentang budaya dan agama Islam

Wawancara Zul dengan Zalwa rupanya menarik perhatian beberapa tenaga musiman, khususnya mahasiswa. Berita tentang wawancara itu cepat menyebar di kalangan mereka. Seorang mahasiswa bernama Farid bahkan diam-diam mengambil foto saat Zul sedang berbincang dengan Zalwa di klinik kesehatan haji. Foto tersebut kemudian ia tunjukkan kepada Faizal.

Lihat selengkapnya