Masjid Terapung di Jeddah, yang lebih dikenal dengan nama Masjid Al-Rahma, adalah salah satu ikon kota yang sangat terkenal. Masjid ini terletak di tepi Laut Merah, dan disebut "masjid terapung" karena posisinya yang dibangun di atas perairan, memberikan ilusi seolah-olah masjid ini mengapung di atas laut, terutama saat air pasang.
Masjid Al-Rahma terletak di Corniche Jeddah, area pesisir yang menjadi tempat wisata populer di Jeddah. Masjid ini memiliki arsitektur yang menggabungkan elemen modern dan tradisional. Kubah besar berwarna putih yang menutupi masjid memberikan kesan megah dan indah. Desain interiornya juga sangat menakjubkan dengan dekorasi kaligrafi Arab yang rumit serta pencahayaan yang memberikan suasana spiritual yang tenang. Fitur khas masjid ini adalah fondasinya yang langsung berada di atas tiang-tiang yang menancap di dasar laut, yang membuatnya tampak seolah terapung saat dilihat dari kejauhan.
Sejarah Masjid Al-Rahma dibangun pada tahun 1985 dan sejak saat itu menjadi salah satu destinasi utama bagi warga lokal maupun turis yang berkunjung ke Jeddah. Nama Al-Rahma sendiri berarti "Kasih Sayang" dalam bahasa Arab, yang mencerminkan pesan spiritual dari masjid ini.
Salah satu daya tarik terbesar dari masjid ini adalah lokasinya yang unik di atas laut, yang membuat pengunjung merasakan ketenangan dan kedamaian sambil menikmati pemandangan Laut Merah yang biru. Banyak wisatawan yang datang ke sini untuk merasakan atmosfer berbeda, terutama saat matahari terbit dan tenggelam.
Selain daya tarik wisata, masjid ini tetap berfungsi sebagai tempat ibadah yang aktif. Banyak orang, termasuk jamaah umrah dan haji, yang mampir ke masjid ini untuk melaksanakan sholat sambil menikmati suasana yang sejuk dan tenang di tepi laut. Keberadaan masjid di atas air memberikan suasana yang sangat reflektif, di mana pengunjung dapat merasakan hubungan yang kuat antara alam dan ibadah. Suara ombak yang menghantam tiang-tiang masjid memberikan pengalaman spiritual yang mendalam bagi banyak jamaah.
Akses dan Kunjungan Masjid ini sangat mudah diakses dari pusat kota Jeddah, dan banyak turis menjadikannya sebagai bagian dari perjalanan wisata mereka di sepanjang Corniche. Selain berfungsi sebagai tempat ibadah, Masjid Al-Rahma juga menarik banyak pengunjung karena keindahan arsitekturnya dan lokasi yang eksotis.
Bagi banyak Muslim yang datang ke Jeddah, terutama yang melaksanakan ibadah haji dan umrah, kunjungan ke Masjid Al-Rahma menjadi bagian penting dari perjalanan spiritual mereka. Masjid ini tidak hanya menawarkan tempat beribadah yang nyaman, tetapi juga sebuah tempat untuk merenung dan menghargai kebesaran ciptaan Tuhan.
Masjid Ar Rahma, yang sering disebut "Masjid Terapung" oleh jamaah haji Indonesia, adalah salah satu masjid yang unik di pinggir Laut Merah. Masjid ini tidak berdiri di atas tanah seperti kebanyakan masjid lainnya, melainkan di atas perairan yang tenang, seolah-olah terapung di atas laut. Masjid ini ditopang oleh ratusan tiang beton yang kuat, yang menjaga bangunannya kokoh meskipun berada di atas permukaan air.
Dengan warna putih yang mendominasi, masjid ini terlihat megah dan anggun, terutama saat senja atau malam hari ketika lampu-lampunya yang berwarna-warni menyala, membuatnya tampak seperti istana yang bercahaya. Bentuk kubahnya yang melingkar dihiasi dengan kaligrafi ayat-ayat suci Al-Qur'an yang memancarkan keindahan spiritual. Di dalamnya, masjid ini dilengkapi dengan lantai marmer yang berkilau dan permadani yang mewah, membuat suasana ibadah terasa lebih khusyuk dan tenang. Di sisi lain, rak-rak Al-Qur'an tersusun rapi, memancarkan aura kesucian dan ketenangan bagi para jamaah.
***
Zul dan Syaiful masuk ke dalam masjid dengan kagum melihat keindahannya. Ketika sampai di sana, mereka disambut oleh seorang marbot yang segera mengantar mereka bertemu dengan imam masjid. Surat dari Kadaker diserahkan, dan tak lama kemudian, muncul seorang laki-laki tua dengan jubah putih dan rambut memutih, yang dikenal sebagai Abu Senja, pemimpin masjid tersebut.
"Assalamualaikum," sapa Syaiful.
"Waalaikum salam, bagaimana kabar, Ful?" jawab Abu Senja ramah.
Syaiful menghampiri dan menyerahkan sepucuk surat kepada Abu Senja. Dia adalah adik ipar dari kakek Zul. Abu Senja tahu, Zul adalag cucu dari kakaknya. Namun Zul tidak kenal Abu Senja, karena dia sering berada di Arab dan mempunyai keluarga di Jeddah. Pada musim haji, Abu ditugaskan oleh Kedubes Arab Saudi untuk mendampingi jamaah Indonesia yang berada di masjid Terapung. Pada masa itu banyak sekali jamaah Indonesia yang berkunjung ke masjid Ar Rahma sehingga perlu ada orang Indonesia yang mendampingi.
Setelah membaca surat tersebut, Abu Senja mengungkapkan bahwa Zul harus tinggal selama tiga hari di masjid untuk membantu mengurus tempat suci itu. Walaupun tampak sederhana, tugas ini menuntut Zul untuk membersihkan seluruh area masjid, termasuk bagian luar yang luas.