Temuiku di Surga

Dudun Parwanto
Chapter #19

Sebuah Sudut di Al Manar

Malam itu, Zul sedang terburu-buru bergegas menemui Zulaeha tak sempat membawa telepon genggamnya. Zulaeha telah menghubungi Zul dengan suara cemas, memberitahukan bahwa ia sedang mendapat masalah dengan mutawin—polisi agama di Saudi Arabia. Seorang mutawin menangkapnya di Al Manar, karena ia ketahuan keluar sendirian di sore hari. Bocah itu tahu, Zulaeha berada dalam bahaya. Tanpa berpikir panjang, ia segera menuju ke tempat yang disebutkan Zulaeha.

Lorong-lorong toko di Al Manar terasa begitu sunyi malam itu. Zul berjalan cepat, mengingat-ingat kejadian serupa yang pernah menimpa seorang pria bernama Cak Kandar. Cak Kandar pernah ditahan oleh mutawin di pojok barat Al Manar, di sebuah tempat yang tersembunyi, tidak jauh dari Balad. Waktu itu Cak Kandar ditangkap karena keluyuran saat sholat berjamaah di Masjid. Di Arab, seorang muslim dilarang keluyuran saat di masjid sedang shalat berjamaah.

Di Arab Saudi, khususnya di kota-kota seperti Mekah dan Madinah, terdapat peraturan ketat terkait pelaksanaan sholat di masjid, terutama untuk sholat lima waktu. Meskipun hukum atau sanksi untuk orang yang tidak sholat di masjid secara umum mungkin tidak ditentukan secara eksplisit dalam hukum negara. 

 Di Arab Saudi, sholat di masjid, terutama di masjid-masjid utama seperti Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, sangat ditekankan. Masyarakat di sana umumnya sangat menjaga kewajiban sholat berjamaah. Ketaatan terhadap praktik ini adalah bagian dari kehidupan sehari-hari dan identitas agama mereka.

Pemerintah Arab Saudi menerapkan peraturan yang ketat terkait praktik agama. Di beberapa tempat, terutama di sekitar Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, petugas keamanan atau pihak berwenang mungkin mengawasi pelaksanaan sholat berjamaah. Namun, sanksi atau hukuman langsung bagi individu yang tidak sholat di masjid tidak selalu diumumkan secara resmi atau dilakukan secara rutin.

Jika seseorang terlihat tidak mengikuti kewajiban sholat berjamaah, mereka mungkin mendapatkan teguran atau nasihat dari masyarakat sekitar atau petugas masjid. Di luar itu, sanksi tidak resmi seperti tekanan sosial atau ketidaknyamanan mungkin terjadi.

 Meskipun tidak ada hukum atau sanksi yang tertulis secara spesifik tentang ketidakhadiran di masjid, sholat berjamaah di masjid merupakan salah satu aspek penting dalam praktik Islam di Arab Saudi. Dalam konteks agama, tidak sholat di masjid terutama untuk sholat lima waktu dianggap kurang memenuhi kewajiban agama, dan hal ini bisa dianggap sebagai pelanggaran terhadap ajaran Islam.

Secara umum, hukuman bagi seseorang yang tidak sholat di masjid di Arab Saudi lebih terkait dengan konsekuensi sosial dan keagamaan daripada sanksi hukum formal. Praktik ini didorong oleh norma-norma agama dan sosial yang kuat di negara tersebut.

***

Zul langsung menuju tempat yang sama dengan harapan menemukan jejak Zulaeha di sana. Sesampainya di lokasi, ia melihat sebuah ruangan yang tampak gelap dan sepi. Di tengah kebisuannya, tiba-tiba terdengar suara jeritan seorang wanita. Ia mengenali suara itu. Ya suara Zulaeha. Dengan cepat ia mencari sumber suara dan menemukannya di sebuah gedung bekas toko yang tak terpakai. Pintu tidak terkunci. Dengan hati-hati, bocah itu masuk dan mendapati Zulaeha terpojok, ketakutan.

Di depannya, berdiri seorang pria berjubah dengan sorban di kepala. Mereka berbicara dengan bahasa Arab dengan dialog versi Indonesia.

"Hai anak muda, apa urusanmu di sini?" tanya pria itu dengan nada merendahkan.

"Saya mendapat telepon dari Zulaeha. Dia bilang dia butuh bantuan saya," jawab Zul tegas. Meskipun hatinya tetap berdebar-debar.

Pria itu, yang ternyata bernama Faruk, tertawa keras. "

"Bantuan? Hahaha, apa yang bisa kamu lakukan? Dia adalah calon istriku. Aku sedang mencoba meyakinkannya agar menerima lamaranku, " uhar Faruk.

Zul tak dapat menahan diri.

"Kenapa di tempat seperti ini? Kenapa harus berduaan? Anda adalah mutawin, seharusnya Anda lebih paham soal aturan,"kata Zul.

Faruk tampak bingung sejenak, tak siap menerima tantangan dari Zul. Ia lalu mmanggil tiga orang anak buahnya datang. Tak lama kemudian mereka datang. Dengan isyarat tangan Faruk meminta mereka untuk maju dan menghajar Zul. Tanpa ampun, mereka mulai menyerang. Zul mencoba melawan, tetapi tubuhnya terlalu kecil dibandingkan pria Arab yang berbadan besar itu. Zulaeha menagis dan berteriak meminta tolong.

Namun, sebelum situasi semakin parah, datanglah Abu Wazir, seorang pria berwibawa.

"Cukup, hentikan!" teriaknya.

Faruk langsung mundur, dan menyuruh anak buahnya untuk menghentikan serangan. Faruk merasa malu, lalu menarik anak buahnya untuk segera meninggalkan tempat itu. Sementara bocah itu berdiri dengan wajah lebam, berusaha menenangkan Zulaeha.

Abu Wazir mendekati bocah itu dan berbisik, "Antar dia pulang, lupakan semuanya. Dia bukan mimpimu."

Lihat selengkapnya