Hari ini pertandingan volley digelar. Zul masuk dalam tim petugas haji Indonesia melawan tim petugas haji Arab yang terdiri dari orang Saudi, Yaman, Mesir dan sebagainya. Pertandingan ini merupakan upaya menjalin persahabatan antar umat Islam dan penyegaran untuk mereka di tengah kepenatan dalam bertugas. Dari MCH hanya Zul dan Badrun yang disertakan. Petugas lain, ada dokter Batubara, Yanto, Faisal dan sebagainya. Tim terdiri dari 12 orang pemain dengan Batubara sebagai pelatih merangkap kapten tim.
Pertandingan akan digelar 30 menit lagi. Kadaker minta mereka bersatu dan melupakan perpecahan masa lalu. Mereka pun melakukan pemanasan. Zul meregangkan otot - otot dil uar lapangan. Jika dilihat dari postur tubuh, jelas tim Indonesia kalah jauh. Badan lawan lebih tinggi dan besar. Tapi secara teknis, mereka yakin bisa bermain lebih baik.
Kohar berbincang dengan Zalwa di sudut gedung. Zul menitipkan print out profilnya yang sudah dipublikasikan di situs informasi haji .com. Di situ terdapat berita Zalwa. Dari jauh Zalwa mengucapkan terimakasih. Kohar pun mengacungkan jempolnya. Zul menyambutnya dengan lambaian tangan.
Penonton ramai di pinggir lapangan. Semua petugas haji yang tidak berdinas ikut menyaksikan. Sebentar lagi pertandingan akan dimulai. Pak Mahmud maju ke depan ditunjuk sebagai wasit dan membawa peluit. Semoga bisa adil karena dia kan Kepala suku petugas Indonesia. Meski partai ini sekadar refreshing, tapi Zul ingin sportifitas dijunjung tinggi. Kohar menghampiri Zul yang pemanasan di tepi lapangan.
”Faridah, nggak jadi datang ya? ”katanya.
Zul menggeleng, dia belum membuka HP. Zul lebih konsens ke pertandingan. Zalwa dan para tenaga medis berdiri di pinggir kanan lapangan.
”Zul tunjukkan kemampuanmu ya...” kata Zalwa memberi semangat.
"Siap dok," sahut Zul.
Bagi Zul ucapan yang keluar dari bibir kecil itu sebuah lecutan yang memiliki energi besar. Faisal masih di barisan cadangan, dia menghampiri Zalwa. Tiupan peluit Pak Mahmud membuat Zul tidak memperhatikan mereka. Zul ingin bermain sebaik mungkin. Motivasinya menyala karena ada Zalwa.
Sebuah umpan lambung Batubara, berhasil dismash keras Zul dan masuk. Poin pertama untuk petugas haji Indonesia. Tepuk tangan pun bergema. Zul melirik Zalwa, dia mengangkat jempolnya sambil tersenyum lebar. Belum pernah Zul melihat tertawa gadis Medan itu selebar itu. Faisal di pinggir lapangan sudah gatal untuk bermain. Pertandingan berjalan alot, ternyata tim musuh memberi perlawanan yang sengit. Poin saling berkejaran. Jual beli serangan pun terjadi. Sementara tim petugas haji Indonesia hanya berlatih dua hari sebelum pertandingan, pembentukannya pun terkesan mendadak.
Pertandingan makin panas, skor berjalan imbang. Suatu ketika giliran Zul menservis bola dengan keras. Servis smashnya mengarah ke pojok kiri lapangan lawan. Zul sengaja mengarahkan bola ke pemain Arab brewok karena dia menjadi titik lemah pertahanan. Servisnya tajam berhasil menghujam masuk. Akhirnya skor berubah menjadi 24-23untuk tim Indonesia. Kini Bocah itu servis lagi. Namun, tim Arab mengambil time out dan mengganti si Brewok dengan pemain lain.
Kali ini servis Zul bisa mereka kembalikan dengan baik. Terjadi kesalahpahaman antara Batubara dan Badrun sehingga bola menerjang deras ke jantung pertahanan mereka. Skor sama 24-24 sehingga deuce 2. Giliran tim lawan servis. Sebuah smash keras tim Saudi berhasil diblok, lalu Badrun mengirim umpan lambung dan zul menyikatnya dengan keras. Masuk. Petugas haji Indonesia pun akhirnya menang tipis babak pertama dengan 26-24.
”Horeee,” teriakan petugas haji Indonesia membahana.
Pertandingan babak pertama usai. Jeda istirahat 10 menit.
”Hidup Zulfikar...” terdengar teriakan seseorang wanita berpakaian abaya bertepuk tangan di sudut lapangan.
Semua terdiam. Zul mencari arah suara itu. Wanita berjilbab serba hitam di sisi kiri lapangan. Semua orang memperhatikannya, termasuk Zalwa.
”Itu si pramugari...” bisik Kohar di samping Zalwa.
Dokter muda itu kaget siapa wanita yang baru datang itu. Dia heran apa hubungannya dengan Zul. Lalu ia pun pergi meninggalkan arena itu.
Saat istirahat Zul menghampiri Faridah. Dia tersenyum mengangkat tangannya tanpa salaman. Waktu istirahat pun ia gunakan berbincang dengannya.
“Wah tak kusangka kamu jago main Volley...,” kata Faridah.
”Enggak, cuma bisa saja, ke sini sendiri ya,” jawab Zul.
”Ya, tadi saya nyasar jadi kesini agak telat,”sahut Faridah
”Oh nggak apa apa,” kata Zul.
Pertandingan babak kedua dimulai. Namun pak Batubara tiba-tiba mengganti Zul dengan Faisal. Zul tidak tahu alasannya. Beberapa penonton mempertanyakan keputusan itu. Zul akhitnya minta ijin ke kantin kepada pak Batubara.
Zul meninggalkan lapangan lalu mengajak Faridah ke kantin. Letaknya tidak jauh dari arena. Mereka bisa ngobrol di temnpat itu sambil minum kopi.
"Di mana Zulaeha,” tanya Zul.
”Dia di hotel, aku mendapat pesan dari utusan Faruk, agar kamu menjauhi Zulaeha, karena Faruk sangat menginginkannya, meski Zulaeha sekarang belum memberi jawaban yang pasti ,” ujar Faridah.