Suatu malam yang tenang di Jeddah, Zul membuka surat dari Zulaeha yang dikirimkan oleh Faridah. Ternyata Zulaeha mengirimkan buku kecil tentang Novel Pengantin Laut Merah yang sangat terkenal di Mesir. Zulaeha juga menulis sepucuk surat yang ininya ingin agar Zul mengajarinya menulis novel. Zul melihat ini adalah peluangnya untuk mengenal lebih jauh tentang Zulaeha. Bagaimana pun Zul masih punya keyakinan, gadis bercadar dalam mimpinya adalah Zulaeha bukan Zalwa. Tapi dia tahu tantangannya sangat besar untuk menjalin hubungannya dengan gadis mesir itu. Siapa lagi kalau bukan Faruk, komandan Mutawin di Jeddah yang sangat tergila-gila pada paras jelitanya.
Hari itu Zul menerima WA dari Zulaeha. Pesan itu mengajaknya bertemu di sebuah tempat yang baru dan asing baginya, Corniche. Zul pun kebetulan sedang off meliput. Ia sempat browsing di google tentang Corniche. Kawasan Corniche di Jeddah, yang juga dikenal sebagai Jeddah Corniche, adalah salah satu tempat paling ikonik di kota ini. Terletak di sepanjang pantai Laut Merah, Corniche menawarkan pemandangan indah laut yang memukau dan merupakan destinasi favorit bagi warga lokal maupun wisatawan.
Jeddah Corniche membentang sepanjang sekitar 30 kilometer, menghadap langsung ke Laut Merah. Di sepanjang jalan ini, pengunjung dapat menikmati pemandangan spektakuler matahari terbenam yang memukau di atas lautan. Udara segar dan angin laut membuat kawasan ini menjadi tempat yang menyenangkan untuk berjalan-jalan, jogging, atau hanya duduk santai sambil menikmati pemandangan.
Di sepanjang Corniche, terdapat banyak taman-taman yang tertata rapi dengan pepohonan, bunga, dan area hijau yang luas. Taman-taman ini dilengkapi dengan tempat duduk, area bermain anak-anak, serta fasilitas untuk piknik. Ini menjadikan Corniche sebagai tempat favorit untuk keluarga yang ingin bersantai atau menikmati waktu bersama di luar ruangan. Di malam hari, kawasan ini semakin hidup dengan pencahayaan yang artistik, menciptakan suasana yang nyaman dan romantis.
Bagian baru dari Jeddah Corniche yang disebut Jeddah Waterfront telah mengalami renovasi besar-besaran, menjadikannya salah satu tempat wisata utama di Jeddah. Area ini dilengkapi dengan jalur khusus untuk pejalan kaki, jalur sepeda, restoran, kafe, serta fasilitas untuk berbagai aktivitas olahraga air. Jeddah Waterfront juga menampilkan instalasi seni yang unik, seperti patung-patung modern dan air mancur.
Salah satu landmark paling terkenal di Jeddah Corniche adalah Air Mancur Raja Fahd (King Fahd's Fountain), yang dianggap sebagai air mancur tertinggi di dunia. Dengan semburan air setinggi lebih dari 300 meter, air mancur ini dapat terlihat dari berbagai sudut di sekitar Jeddah. Pada malam hari, air mancur ini diterangi oleh lampu-lampu yang menambah keindahannya, menjadikannya pemandangan yang sangat menarik.
Sepanjang Corniche, terdapat berbagai monumen dan instalasi seni publik yang menarik. Banyak patung dan karya seni yang diletakkan di sepanjang jalur ini, menampilkan keanekaragaman budaya dan seni di Jeddah. Salah satu yang terkenal adalah Al-Salam Circle, sebuah monumen berbentuk globe yang melambangkan keterbukaan dan toleransi.
Jeddah Corniche juga menawarkan berbagai aktivitas untuk keluarga. Ada taman hiburan kecil, pusat bermain, dan berbagai tempat rekreasi lainnya. Pada akhir pekan, kawasan ini menjadi pusat aktivitas sosial, dengan banyak keluarga yang berkumpul untuk bersantai, menikmati makanan, atau hanya sekedar berjalan-jalan.
Sepanjang Jeddah Corniche terdapat banyak restoran dan kafe yang menawarkan berbagai hidangan, mulai dari masakan lokal hingga internasional. Pengunjung dapat menikmati makanan laut segar sambil melihat pemandangan laut, atau hanya bersantai dengan secangkir kopi sambil menikmati angin laut.
Meskipun sempat ragu dan was-was, Zul tak mampu menolak ajakan Zulaeha. Nasihat dari Faridah, temannya, masih terngiang di telinga: "Jangan temui gadis Mesir itu, apalagi di tempat umum. Polisi syariah sedang meningkatkan pengawasan di bawah komando Faruk." Namun, hati Zul mengalahkan rasa takutnya. Meski sudah mendapat peringatan, ia tetap nekat. Hatinya yang bergejolak seakan menutup telinganya dari segala nasihat.
Zul meminta bantuan Syaiful, untuk mengantarkannya ke Corniche.
“Kamu yakin, Zul? Bukannya Faridah sudah bilang kamu harus hati-hati?” tanya Syaiful dengan nada khawatir.
Zul hanya tersenyum samar dan berkata, “Aku harus pergi. Ada sesuatu yang perlu dibicarakan dengan Zulaeha.”
Malam itu, udara Jeddah terasa lebih sejuk dari biasanya. Sepanjang perjalanan menuju Corniche, Zul merenungkan keputusan yang diambilnya. Rasa kuatir terus menghantui, namun dorongan untuk bertemu dengan Zulaeha mengalahkan semua itu. Syaiful tampak tenang di balik kemudi, meskipun sesekali ia melirik Zul dengan penuh tanda tanya. Dia ingat pesan Abu Senja yang memintanya menjebak Syaiful dengan gadis Mesir dengan melaporkan ke Mutawin. Namun sebenarnya Syaiful tidak tega melaporkan mereka ke mutawin, tetapi iming-iming 1000 riyal dari Abu Senja menggelapkan hatinya. Dia pun tersenyum karena momentum itu hadir sendiri tanpa dia melakukan rakayasa. Syaful tersenyum dalam hatinya.
***
Setibanya di Corniche, Zul melihat keindahan pesisir Laut Merah yang memukau. Sepanjang 75 kilometer garis pantai itu dipenuhi dengan bangunan-bangunan mewah, taman bermain anak-anak, dan restoran yang elegan. Lampu-lampu kota memantul di permukaan laut yang tenang, menciptakan suasana yang romantis dan menenangkan. Di kejauhan, air mancur Raja Fahd tampak menjulang, memancarkan air setinggi 100 meter ke udara, menjadi salah satu landmark terkenal di Jeddah. Restoran-restoran di sepanjang pantai tampak megah dengan suasana yang eksklusif, salah satunya adalah tempat di mana Zul dan Zulaeha berjanji untuk bertemu.