Pak Waluyo terkejut mendengar kabar dari istrinya melalui Faridah, bahwa Zul saat ini sedang ditahan di kantor polisi agama Jeddah. Mereka sangat menyayangkan kejadian tersebut yang berakibat Zul akan menjalani hukuman cambuk. Pak Waluyo segera menghubungi pak Asnawi mengenai kabar yang tidak mengenakan tersebut. Pak Wal ingin menghubungi Zul langsung, namun tidak bisa, karena HP Zul disita oleh polisi Jeddah. Paginya di kantor redaksi Majalah Mabrur, Pak Wal mengajak semua awak media diskusi untuk menyampaikan kabar tersebut.
"Saya sangat prihatin, mendengar kabar Zul ditangkap polisi agama di Jeddah, kita harap dia baik-baik saja," ujar Pak Wal.
"Untuk pemberitaan tanah suci, sementara kita mengutip dari Kemenag saja, " tambah Pak Asnawi.
"Loh Pak, bukankah itu berita yang bagus untuk disajikan di Majalah Mabrur mengenai petugas haji yang melanggar hukum etika di Arab Saudi,ini akan menjadi ekslusif kalau kita bisa dapat info langsung dari Zul," ujar Bondi.
"Saya setuju saja sih Pak, Mumpung belum ada media nasional yang mengangkat, justru kita yang lebih dulu mengangkat," tambah Fadoli.
"Menarik sih, tapi saya dapat informasi dari humas Kemenag, menghimbau agar semua berita mengenai hal ini di keep. Karena kebenarannya masih simpang siur ," jawab Pak Asnawi.
"Ya kita ikuti saja arahan pemerintah. Tidak usah kita membuat sensasi diatas penderitaan teman kerja kita. Saya kira sekarang saatnya mencari solusi agar Zul segera dibebaskan," jawab Pak Wal.
"Kita buat surat permohonan saja Pak ke Kemenag agar diteruskan ke Kedubes Saudi. " usul Pak Asnawi.
"Terus bagaimana dengan keluarga Zul di sini, apakah perlu kita kabari? " tanya Pak Wal.
"Saya rasa tidak usah, nanti malah kepikiran. Karena ini sebenarnya kesalahan kecil yang hukumannya ringan," jawab Pak As.
Pak Wal pun mengangguk tanda setuju.
***
Di Arab Saudi, hukuman cambuk adalah salah satu bentuk hukuman yang masih diterapkan untuk pelanggaran hukum tertentu, terutama yang berkaitan dengan syariah Islam, seperti minum alkohol, perzinahan, fitnah, dan pelanggaran moralitas publik di masjid Qishas. Usai Sholat Jumat, beberapa orang memadati lapangan masjid. Sebagian besar petugas asal Indonesia. Tampak di antara mereka Pak Mahmud, mas Imam dan Zalwa yang sudah menyiapkan obat-obatan untuk mengobati Zul.
Tim media center hampir semua datang. Di samping memberikan dukungan moral untuk Zul. mereka juga ingin tahu secara langsung prosesi Qishas yang selama ini hanya mendengar ceritanya saja. Penting, bagi para wartawan untuk membuat reportase mengenai pelaksanaan qishas untuk diketahui masyarakat di Indonesia.
Tak lama kemudian, Zul digiring sekitar enam orang askar berjalan menuju tiang Qishas. Beberapa keluarga orang Arab mencemoohnya. Soleman menenteng kamera. Seorang petugas bersurban membacakan kesalahan Zul. Dia didakwa melakukan pelanggaran karena di ruang umum berduaan dengan orang yang bukan muhrimnya dengan hukuman 30 cambuk.
Zul berdiri dengan tangan diikat di tiang Qishas. Kepalanya menunduk. Tak lama kemudian sebuah mobil datang. Tampak keluar seorang berbadan besar dengan pakaian hitam-hitam memegang cambuk. Dia dikawal tiga askar. Pria itu memakai penutup kepala. Dari jarak sekitar dua meter dari Zul sang algojo itu siap mencambuk.
Para penonton khidmat mengikuti prosesi itu. Zul maju dua langkah. Dia menundukkan badannya, bertumpu pada telapak tangan dan dengkul. Biasanya hukuman cambuk itu dilakukan di punggung terdakwa. Sesaat kemudian sang algojo memutar cemeti. Seorang petugas dari Saudi memberi aba-aba.
Prakkkk,......terdengar suara lecutan. Yang disusul dengan jeritan orang kesakitan
”Aaakhh,” teriak Zul sakit.
Meski menggunakan baju agak tebal yang disiapkan otoritas hukum Arab, tapi cambukan yang dilakukan sang algojo cukup keras. Beberapa ibu-ibu petugas tidak kuasa menyaksikan hukuman itu. Mereka satu persatu meninggalkan area dan masuk ke dalam masjid, termasuk Zalwa.
Mereka dapat merasakan hukuman cambuk itu tidak main-main sakitnya. Pada cambukan ke dua puluhan tampak darah Zul membasahi bajunya. Pada cambukan ke 15 Zul terkapar kesakitan. Darah bercucuran membasahi lantai. Saat cambuk diangkat, tiba-tba seorang datang menghentikan, dialah pria misterius, semua terdiam termasuk Faruk, pak Mahmud, dan dokter Zalwa.
Faruk tampak kaget, seorang yang dikenalnya sebagai Syech menghentikan huikuman itu. Algojopun dipegang beberapa pengawal, Zul telungkup kesakitan.