Temuiku di Surga

Dudun Parwanto
Chapter #24

Faisal Dipulangkan

Di tengah situasi yang semakin tegang, muncul isu lain yang melibatkan Faizal dan Farid, dua orang yang sebelumnya terlibat dalam kasus fitnah terhadap Zul. Mas Imam dan tim Media Center Haji (MCH) akhirnya menemukan bukti bahwa Faizal dan Farid lah yang telah menyebarkan fitnah dengan mengedit sebuah foto yang menampilkan Zul. Bukti tersebut kemudian disampaikan kepada Pak Kadaker, yang memanggil Faizal dan Farid untuk dimintai keterangan.

“Betulkah kalian yang memfitnah Zul dengan mengedit foto itu?” tanya Kadaker dengan nada serius.

Faizal yang merasa terpojok akhirnya mengakui kesalahannya. “Iya, saya yang menyuruh Farid mengedit foto itu untuk menghapus gambar Bidan Gayatri,” ujarnya dengan nada menyesal.

Pak Mahmud yang turut hadir dalam pertemuan itu merasa geram dengan tindakan Faizal. "Ini kan fitnah, dan fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan, lho!" serunya.

Namun, Pak Batubara mencoba meredakan ketegangan dengan bercanda. "Waduh, Pak Mahmud ini sadis sekali, hehehe," ujarnya sambil tertawa kecil.

Pak Kadaker kemudian menjelaskan bahwa masa tugas mereka di Jeddah akan segera berakhir.

"Sebenarnya, seminggu lagi kita selesai bertugas. Kebetulan saya ada tiket ke Mesir besok. Mungkin tiket itu bisa dipakai Faizal," kata Kadaker dengan nada tegas.

Pak Batubara, yang suka bercanda, menimpali.

"Kenapa nggak kita bawa Faizal ke Laut Merah dulu, Pak? Dia kan sedang melamar Zalwa, siapa tahu bisa menunggu jawaban sambil refreshing. " sahut Batubara.

Namun, Pak Kadaker dengan tegas menolak ide tersebut.

"Saya sudah bilang, tidak ada urusan asmara selama bertugas. Baik Faizal maupun Zul, tidak saya izinkan untuk menikah saat bertugas. Itu urusan pribadi setelah selesai masa kerja petugas," ujar Kadaker.

Faizal, yang kecewa karena harus segera kembali ke Mesir tanpa mendapatkan jawaban dari Zalwa, hanya bisa pasrah.

"Saya masih menunggu jawaban dari Zalwa, Pak," ujarnya lirih.

Namun, Pak Mahmud memberikan nasihat yang bijak.

"Menunggu jawaban kan tidak harus di sini, Zal. Jawaban bisa datang kapan saja, bahkan setelah kamu kembali ke Mesir," kata Pak Mahmud.

***

Di sisi lain, terjadi konflik lain yang melibatkan Syaiful dan Abu Senja. Syaiful merasa kesal karena tidak dibayar setelah menjalankan tugasnya untuk Abu Senja. Syaiful hanya mendapat 300 riyal dari yang dijanjikan 1000 riyal. Alasannya, Abu Senja akan memberikan 700 riyal kalau dipastikan Zulfikar menikah di Arab Saudi dan tidak kembali ke tanah air. Bagaimana pun ia ingin mendapatkan warisan travel haji dari kakaknya.

Akhirnya, Syaiful melaporkan Abu Senja kepada kakaknya, Abu Wazir. Syaful melapotkan yang sejujurnya bahwa, Abu Senja terlibat dalam rencana untuk menjebak Zul, dan Syaiful menjadi bagian dari rencana tersebut. Namun, Abu Wazir memberikan kesempatan kepada Syaiful untuk menebus kesalahannya, asalkan ia bisa memberikan hukuman yang setimpal untuk Abu Senja.

Syaiful kemudian menyusun strategi untuk menjebak Abu Senja. Ia mengatur pertemuan antara Abu Senja dan seorang wanita Badui yang diklaim bisa meramal. Meskipun Abu Senja awalnya tidak percaya pada ramalan, ia akhirnya setuju untuk bertemu dengan wanita tersebut setelah dibujuk oleh Syaiful. Pertemuan tersebut diatur di sebuah kedai kopi di Balad.

Namun, tanpa sepengetahuan Abu Senja, Syaiful telah melapor kepada Mutawwa’in (polisi agama) tentang pertemuan tersebut. Mutawwa’in akhirnya datang dan menangkap Abu Senja serta wanita tersebut karena dianggap melanggar hukum syariah, yaitu berduaan dengan wanita yang bukan mahram. Abu Senja yang merasa dijebak hanya bisa menyalahkan Syaiful dalam hati.

Lihat selengkapnya